Ekonomi
(EKSKLUSIF) Brasil Butuh Dukungan Indonesia di COP30
Komitmen iklim harus diwujudkan menjadi solusi nyata.
Menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) yang akan digelar di Belém, Brasil, pada November, negara tuan rumah menaruh harapan besar pada Indonesia. Brasil melihat Indonesia sebagai mitra strategis dalam memperjuangkan keadilan iklim bagi negara-negara berkembang, terutama dalam isu pendanaan, perlindungan hutan tropis, dan transisi energi bersih.
Sebagai dua negara dengan hutan tropis terbesar di dunia, Brasil dan Indonesia memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. Keduanya memiliki posisi unik sekaligus tanggung jawab besar untuk menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan.
Dalam wawancara tertulis dengan Republika, Duta Besar Brasil untuk Indonesia George Monteiro Prata menegaskan bahwa dukungan Indonesia sangat penting bagi keberhasilan Brasil dalam menggalang aliansi negara-negara Global South di COP30. Ia juga menjelaskan empat prioritas utama presidensi Brasil, serta inisiatif baru yang akan dibawa ke meja negosiasi iklim dunia.
Apa yang menjadi prioritas utama dan hasil yang diharapkan Brasil sebagai tuan rumah COP30?
Brasil memiliki empat prioritas utama untuk COP30. Pertama kami ingin memperkuat multilateralisme. Aksi iklim bisa berjalan bila negara-negara bergerak bersama sesuai dengan sistem PBB. Kedua, fokus kami adalah kehidupan rakyat. Keputusan di COP harus membuka lapangan kerja, memperkuat ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, daya tahan atau resilience, dan keadilan bagi masyarakat rentan.
Ketiga, kami harus mempercepat dan mengimplementasikan Perjanjian Paris. Artinya tidak sekadar janji-janji, tapi aksi nyata, yang lebih ambisius dari NDC (rencana pemangkasan emisi masing-masing negara), dan hasil yang berarti dari Global Stocktake.
Dan keempat, kami ingin ada Action Agenda, inisiatif global yang konkret di sektor energi, kehutanan, pertanian, perkotaan, dan pembangunan sumber daya manusia, dengan dukungan keuangan, teknologi, dan kapasitas yang kami miliki.
Kami juga akan meluncurkan pendaan iklim, yaitu Tropical Forest Forever Facility atau TFFF. Inisiatif ini akan menjadi hasil dan inovasi yang paling penting di COP30. Inisiatif ini akan mengubah janji-janji iklim menjadi solusi nyata.
TFFF menciptakan pendanaan jangka panjang yang akan memberi insentif terhadap perlindungan hutan tropis dan akan mendukung langsung masyarakat lokal dan masyarakat adat. Bagi Brasil, ini membuktikan kami dapat melawan perubahan iklim, melindungi keanekaragaman hayati, dan memastikan keadilan bagi negara-negara berkembang dalam satu kesempatan.
Peran apa yang harus dilakukan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam menyukseskan pendanaan iklim di COP30?
Ketika kita berbicara tentang pendanaan iklim, poin pentingnya adalah memastikan aliran dana sesuai dengan Perjanjian Paris dan adaptasi (perubahan iklim) mendapat pendanaan yang tepat. Salah satu prioritas presidensi Brasil di COP30 adalah mencoba membawa persoalan ini ke meja negosiasi.
Brasil dan Indonesia dapat memainkan banyak peran besar dalam membentuk pendanaan iklim di COP30. Kami akan mengajak seluruh negara-negara Global South untuk mengadvokasi peningkatan skala besar pendanaan iklim bagi negara-negara berkembang, untuk mencapai 1,3 triliun dolar AS per tahun pada tahun 2035, sesuai peta jalan dari Baku ke Belem. Hal ini termasuk dukungan kuat untuk transfer teknologi dan pembangunan kapasitas.
Agar inisiatif-inisiatif ini dapat berhasil, Brasil membutuhkan dukungan dari semua negara dan terutama Indonesia.
Indonesia dan Brasil merupakan negara dengan hutan tropis yang sangat luas. Kerja sama apa yang dapat dilakukan kedua negara dalam memperkuat perlindungan terhadap hutan tropis dan keanekaragaman hayati?
Brasil dan Indonesia dapat banyak bekerja sama dalam melindungi hutan tropis dan keanekaragaman hayati. Pertama, dengan bekerja sama dalam pendanaan jangka panjang seperti TFFF, yang mana menciptakan insentif nyata untuk menjaga hutan.
Indonesia sudah menjadi bagian dari Interim Steering Committee di TFFF.
Brasil juga berharap Indonesia akan bergabung sebagai salah satu pendiri TFFF.
Kedua, kita dapat berbagi pengalaman, Brasil dengan biofuel dan pemantauan hutan, Indonesia dengan program reforestasi dan gambutnya yang sangat luas.
Ketiga, kita harus membangun persekutuan yang lebih kuat di forum internasional. Brasil dan Indonesia sudah menjadi mitra di berbagai inisiatif seperti United for Our Forest Group; Tropical Forest and Climate Action Cooperation, yang juga diikuti Republik Demokratik Kongo.
Dalam kunjungan kenegaraannya ke Brasil bulan Juli lalu, Presiden Prabowo mengingatkan kembali Brasil dan Indonesia merupakan “paru-paru dunia” dengan hutan tropis yang sangat besar yang sangat penting bagi manusia. Bersama-sama kami dapat melindungi alam yang artinya menciptakan lapangan kerja, melindungi ketahanan energi, dan memastikan keadilan bagi negara-negara berkembang.
Pelajaran apa yang dapat Brasil bagikan dalam konservasi Amazon untuk pengelolaan hutan tropis di Indonesia?
Kita bisa saling belajar satu sama lain. Sebenarnya sudah bertahun-tahun Indonesia mengambil langkah yang serupa dengan Brasil dalam pengelolaan hutan hujan. Sejak 2011 Indonesia sudah moratorium izin baru untuk pembukaan lahan primer dan lahan gambut, dan menggunakan sistem satelit untuk memantau deforestasi, yang juga Brasil lakukan di Amazon.
Mereka juga memiliki program untuk merestorasi lahan gambut, memperkuat hak komunitas lokal dan masyarakat adat, dan menerima pendanaan berbasis hasil (results-based finance), yang serupa dengan Dana Amazon milik Brasil. Jadi kedua negara bergerak secara paralel, mengombinasikan pemantauan, restorasi, aksi komunitas, dan dukungan internasional untuk melindungi hutan mereka.
Pada awal tahun ini, Brasil menjadi tuan rumah program penelitian yang didukung Jerman dan Norwegia. Pesertanya juga ada dari Indonesia dan Republik Demokratik Kongo yang belajar dari upaya konservasi keanekaragaman hayati kami.
Dan baru-baru ini tim dari Brasil dan Republik Demokratik Kongo datang ke Indonesia untuk belajar dari pengalaman Indonesia. Pertukaran ini sangat berharga karena menunjukkan kami belajar dari satu sama lain dan membangun solusi bersama.
Saat ini banyak negara sedang mengembangkan energi terbarukan. Peluang kerja sama apa yang bisa ditingkatkan antara Brasil dan Indonesia dalam hal tersebut?
Brasil dan Indonesia memiliki banyak ruang untuk bekerja sama di bidang energi terbarukan. Dalam biofuel, Brasil memiliki pengalaman panjang dalam etanol dan biodiesel, sementara Indonesia merupakan pemimpin dalam biodiesel berbasis kelapa sawit.
Kedutaan Besar Brasil menyelenggarakan seminar penting tentang etanol pada 2023 bertajuk “The Sustainable Mobility: Ethanol Talks”, yang menarik perhatian sejumlah pakar dari Brasil dan Indonesia. Dengan berbagi teknologi dan standar keberlanjutan, kedua negara dapat saling memperoleh manfaat.
Ada juga potensi besar dalam pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel) dan biofuel untuk sektor pelayaran. Dalam hal pembangkit listrik tenaga air, keahlian Brasil dapat membantu Indonesia mengembangkan sumber daya besar yang masih belum dimanfaatkan. Ke depan, kerja sama di bidang hidrogen hijau serta upaya bersama dalam mengakses pembiayaan iklim dapat memperkuat posisi kedua negara dalam transisi energi bersih global.
Bagaimana kedua negara dapat menyeimbangkan pertumbuhan pertanian dengan keberlanjutan lingkungan?
Brasil dan Indonesia dapat mengembangkan sektor pertanian sekaligus melindungi lingkungan. Kuncinya adalah meningkatkan produksi di lahan yang sudah dibuka dengan teknologi dan praktik yang lebih baik. Pada saat yang sama, kedua negara perlu memperkuat perlindungan dan pemantauan hutan untuk menghentikan deforestasi ilegal.
Dengan membangun bioekonomi yang memberikan nilai tambah bagi hutan, masyarakat lokal dapat memperoleh manfaat tanpa perlu membuka lahan baru. Dengan cara ini, mereka dapat memenuhi kebutuhan pangan, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus menjaga keanekaragaman hayati.
Brasil telah bekerja menuju hal ini selama beberapa dekade, dan hasilnya terlihat nyata. Saat ini, Brasil menjadi salah satu produsen dan eksportir pangan terbesar di dunia berkat investasi besar dalam teknologi dan keahlian.
Tahun depan, Kedutaan Besar kami akan menyelenggarakan seminar bertajuk “Sustainable Technology Innovation: Advancing Agritech and Green Transformation in Brazil and Indonesia.” Acara ini akan menjadi kesempatan berharga bagi masyarakat Indonesia untuk melihat bagaimana pengalaman Brasil dalam AgriTech mampu mendorong pertumbuhan pertanian sekaligus menghormati prinsip keberlanjutan lingkungan.
Pesan apa yang ingin disampaikan Brasil kepada dunia dan Indonesia melalui COP30?
Brasil ingin menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan. Penyelenggaraan COP30 di Belém bersifat simbolis karena menempatkan Amazon dan seluruh hutan tropis di pusat aksi iklim global.
Pesannya adalah komitmen iklim harus diwujudkan menjadi solusi nyata yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam hal ketahanan pangan, kesehatan, lapangan kerja, dan ketangguhan menghadapi krisis. Bagi Brasil, COP30 harus menghasilkan solusi nyata. Bukan sekadar kata-kata, tetapi hasil konkret yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Warga Miskin Makin Rentan Akibat Perubahan Iklim
Program perlindungan sosial harus lebih responsif terhadap risiko lingkungan.
SELENGKAPNYAWakaf Hijau Solusi Pembiayaan Krisis Iklim
Inisiatif wakaf hijau sejalan dengan kebijakan nasional.
SELENGKAPNYAPBB Desak Negara-Negara Serahkan Aksi Iklim Terbaru
Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah.
SELENGKAPNYA
