
Ekonomi
Lima Strategi Pemerintah Pulihkan Ekosistem Danau
Banyak waduk kehilangan fungsinya akibat kurangnya perhatian terhadap daerah tangkapan air.
JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pentingnya langkah konkret dalam penyelamatan danau-danau di Indonesia. Pemerintah sudah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk menyelamatkan danau.
Hal tersebut disampaikan Hanif dalam Peringatan Hari Danau Dunia pada Rabu (1/10/2025. Ia mengatakan, momentum ini harus menjadi gerakan nasional, bukan sekadar seremoni tahunan.
“Puncak peringatan Hari Danau Dunia ini jangan hanya sebatas seremoni saja, melainkan harus menjadi gerakan bersama untuk melakukan penyelamatan danau. Selama ini kita kurang aktif dalam proses penyelamatan danau-danau tersebut,” ujar Hanif.
Hanif menyoroti kondisi danau prioritas nasional yang dinilainya masih jauh dari baik secara fisik, meskipun secara administratif menunjukkan hasil yang cukup positif. Ia mencontohkan bagaimana data formal sering kali tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan, yang dapat terlihat jelas dari berbagai unggahan di media sosial.
Beberapa danau besar seperti Rawa Pening, Rawa Danau, dan Sungai Mahakam menjadi perhatian khusus karena mengalami degradasi lingkungan yang cukup parah.
Menurut Hanif, penyelamatan danau tidak bisa dilakukan secara sektoral, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga. Pemerintah, kata dia, telah bekerja sama dengan belasan kementerian untuk memastikan langkah penyelamatan berjalan secara terintegrasi.
“Dalam kesempatan ini saya mengajak seluruh pihak untuk mengaktifkan diri dan memberikan perhatian lebih terhadap kondisi danau-danau di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Penting bagi kita menjaga daerah tangkapan air untuk mempertahankan fungsi ekosistem danau,” tegasnya.
Hanif menjelaskan bahwa degradasi lingkungan di daerah tangkapan air telah berdampak serius terhadap kualitas air danau. Sedimentasi yang tinggi, penggunaan pestisida dalam pertanian, serta budidaya keramba jaring apung menjadi penyebab utama penurunan kualitas air di sejumlah danau besar.
Ia juga mengingatkan bahwa banyak waduk kehilangan fungsinya akibat kurangnya perhatian terhadap daerah tangkapan air. “Waduk-waduk kehilangan fungsi karena kurangnya perhatian pada catchment area, yang mempengaruhi kinerja fungsi ekosistem danau,” tambahnya.
Lima Langkah Besar
Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup telah menyusun arah baru penyelamatan danau di Indonesia, terutama bagi 15 Danau Prioritas Nasional. Hanif menyebutkan lima langkah besar yang menjadi fokus utama pemerintah.
Pertama, penyelamatan danau harus berbasis data ilmiah dan memperhatikan daya dukung lingkungan. Pendekatan ini telah diterapkan dalam pengendalian keramba jaring apung di Danau Toba dengan menargetkan pembatasan jumlah petak keramba agar ekosistem tetap terjaga.
Kedua, kepatuhan terhadap batas sempadan dan tata ruang harus dipastikan, seperti yang sudah dilakukan di Danau Maninjau dan Danau Singkarak melalui regulasi khusus.
Ketiga, peran pemerintah daerah perlu diperkuat melalui penegakan hukum terhadap perambahan, okupasi ilegal, dan pencemaran yang merusak danau.
Keempat, pelestarian spesies endemik dan pengendalian spesies asing invasif juga menjadi perhatian, terutama di Danau Matano, Danau Sentarum, dan Danau Tempe.
Kelima, pendekatan ekohidrologi dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu diintegrasikan dalam seluruh kebijakan pengelolaan danau.
Selain lima langkah utama itu, pemerintah juga tengah mendorong sinergi pembiayaan hijau yang melibatkan dana APBN, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), serta mekanisme jasa lingkungan dan carbon offset. Di sisi lain, partisipasi publik menjadi kunci melalui gerakan nasional seperti “Bersihkan Danau” dan program “Adopsi Danau” oleh universitas-universitas di sekitar kawasan danau.
Peringatan Hari Danau Dunia 2025 turut dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, akademisi, dunia usaha, pemuda, hingga perwakilan lembaga internasional. Pesan video dari Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Air, Retno L.P. Marsudi, serta kehadiran President of ILEC Dr. Masahisa Nakamura menjadi simbol dukungan global terhadap gerakan penyelamatan danau yang digagas Indonesia.
Turut hadir pula perwakilan dari UNEP, UNESCO, UNDP, IFAD, serta para rektor dari perguruan tinggi di wilayah 15 danau prioritas nasional. Momentum ini menandai bahwa penyelamatan danau bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan gerakan bersama masyarakat dunia.
Hari Danau Dunia sendiri merupakan gagasan Indonesia yang pertama kali diluncurkan pada World Water Forum ke-10 di Bali pada Mei 2024, sebelum akhirnya disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak itu, setiap tanggal 27 Agustus diperingati sebagai Hari Danau Dunia, bertepatan dengan konferensi pertama danau dunia yang digelar pada 1984.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.