Fokus Internasional
Dampak Covid-19 Bisa Lampaui 9/11
New York City menyiapkan kuburan massal korban Covid-19
NEW YORK CITY -- Gubernur New York, Amerika Serikat (AS), Andrew Cuomo, mengingatkan dampak ekonomi infeksi virus korona penyebab covid-19 mungkin melebihi dampak serangan teroris 11 September 2001 atau dikenal sebagai 9/11. Di sisi lain, angka orang yang masuk perawatan rumah sakit New York menyentuh titik terendah per hari.
"Ingat, flu Spanyol pada 1918 terjadi dalam tiga gelombang," kata Cuomo. "Kita (saat ini) ada di gelombang pertama. Setiap orang berasumsi bahwa saat ini berakhir maka semua usai. Tapi saya tidak akan berasumsi seperti itu. Virua ini sudah selangkah di deoan kita sejak hari pertama," kata Cuomo, yang dikutip the Guardian, Jumat (10/4).
Cuomo mengatakan dampak wabah virus korona terhadap perekonomian New York diperkirakan \"lebih buruk\" dari 9/11. Ini diungkapkannya dalam keterangan pers harian, Kamis.
New York City sejauh ini telah menyediakan pemakaman massal bagi pasien infeksi virus korona yang meninggal dunia. Pemakaman massal tersebut berlokasi di Hart Island. Dalam sebuah foto yang beredar, petugas pemakaman yang mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap menurunkan beberapa peti mati.
Pemakaman massal ini digunakan bagi jenazah yang tidak memiliki keluarga dekat atau tidak mampu membayar biaya pemakaman. Hart Island terletak di luar wilayah Bronx, di Long Island Sound. Wilayah ini sudah digunakan sebagai tempat pemakaman massal bagi jenazah tanpa keluarga atau mereka yang tidak mampu membayar biaya pemakaman sejak 150 tahun lalu. Operasional pemakaman di Hart Island telah melonjak dari satu hari seminggu, menjadi lima hari seminggu.
Walikota New York City, Bill de Blasio mengatakan, pemakaman massal akan dioperasikan hingga krisis pandemi virus korona berlalu. "Sudah jelas bahwa tempat yang kita gunakan secara historis adalah Hart Island," ujar de Blasio, dilansir BBC.
Gubernur Cuomo pun mengingatkan agar semua siaga. New York selama ini memiliki pemasukan antara 10 miliar dan 15 miliar dolar AS per tahun. New York City yang sebelnya dikenal sebagai "kota yang tak pernah tidur", kini tampak seperti kota mati. Dunia usaha yang tidak esensial tutup dan warganya tinggal di rumah masing-masing.
Pemerintah New York terpaksa menunda kenaikan gaji sekitar 80 ribu aparatur sipil negara (ASN) selama tiga bulan. Hal ini dilakukan karena pemerintah kehilangan pemasukan rutin akibat hantaman wabah.
Juru bicara Divisi Anggaran New York Freeman Klopott mengatakan, penundaan kenaikan gaji ASN ini dapat menghemat anggaran sebesar 50 juta dolar AS. Sedangkan Cuomo mengatakan, pilihannya memang hanya dua: pemecatan atau menunda pembayaran kenaikan gaji. Meski, langkah ini mengundang protes perhimpunan ASN.
Pandemi akibat virus korona penyebab Covid-19 memang membuat perekonomian AS mandek. Sebanyak 16 juta warganya telah kehilangan pekerjaan hingga pekan ini.
Pemerintah New York mempekerjakan tenaga kontrak untuk menggali makam di sebidang lahan di Hart Island. Sejak abad ke-19 lahan itu biasanya dipakai sebagai pemakaman orang yang meninggal tanpa kerabat atau tak ada biaya untuk melakukan pemakaman biasa.
Rekor tertinggi
Hingga Kamis, kematian di New York mencatat rekor tertinggi selama tiga hari berturut-turut. Pada Kamis saja tercatat ada 799 orang meninggal sehingga jumlah penderita yang berpulang di negara bagian ini melampaui angka 7 ribu jiwa.
Namun. pembatasan sosial atau menjaga jarak tampakmya membuahkan hasil. Ada sedikit harapan karena jumlah kasus baru orang yang masuk rumah sakit per harinya menurun untuk pertama kalinya sejak wabah merebak.
Dengan angka kasus baru sekitar 200 orang, kata Cuomo, " adalah angka terendah yang pernah ada sejak mimpi buruk ini dimulai." Jumlah pasien yang masuk unit perawatan intensif atai ICU per hari juga menurun
"Kita menyelamatkan nyawa melalui langkah-langkah yang kita ambil sekarang," kata Cuomo.
Namun, Cuomo mengingatkan bahw kemajuan yang dicapai ini bisa gugur jika pembatasan sosial dilonggarkan terlalu dini.
Pada Kamis, gedung-gedung di New York dan wilayah lain di AS bercahaya biru. Ini adalah bagian dari kampanye #LightBlue yang ditujukan untuk menghormati dan menghargai para pekerja esensial di garda terdepan melawan wabah virus korona.
Penggagas #LightBlue mengatakan, ada sekitar 150 gedung pencakar langit dan fasilitas olah raga terkenal berpartisipasi dalam kampanye ini. Termasuk di antara yang berpartisipasi adalah One World Trade Center di New York, Minute Maid Park di Houston, Staples Center di Los Angeles dan Soldiers Field di Chicago. Sang pengagas adalah Thinkwell Group, sebuah biro jasa desain dan produksi.
Secara keseluruhan, korban meninggal akibat virus korona di AS jumlahnya telah melampaui 16 ribu jiwa. Berdasarkan data yang dihimpun John Hopkins University and Medicine, hingga Jumat (10/4), AS memiliki 465.750 kasus Covid-19. Negeri Paman Sam menempati posisi teratas dengan kasus Covid-19 terbanyak.
Sementara korban meninggal tercatat sebanyak 16.690 jiwa. Angka itu menempatkan AS di urutan kedua negara dengan kematian akibat Covid-19 terbanyak. Posisi pertama diduduki Italia dengan jumlah korban 18.279 jiwa.
Kepala The U.S. Public Health Service Commissioned Corps Jerome Adams telah memperingatkan bahwa pekan ini akan menjadi pekan yang sangat sulit bagi negaranya. “Ini akan menjadi pekan yang paling sulit dan paling menyedihkan dalam kehidupan kebanyakan orang Amerika,” ucapnya kepada Fox News Sunday. Menurutnya pandemi Covid-19 di AS akan menjadi momen Pearl Harbor dan 9/11.
"Hanya saja itu tidak akan dilokalkan, itu akan terjadi di seluruh negara,” ujar Adams. Wabah Covid-19 telah menyebar ke 184 negara. Hingga berita ini ditulis, kasus di tingkat global telah mencapai 1,6 juta dengan korban meninggal menembus 95.718 jiwa.
Kepala gugus tugas pandemi virus korona AS, Anthony Fauci pada Maret lalu memperkirakan bahwa jumlah kematian akibat virus korona bisa mencapai antara 100.000 hingga 200.00. Proyeksi ini lebih tinggi dari total kematian akibat flu yang mencapai 60.000 antara Oktober 2019 hingga Maret 2020.
Wakil Presiden AS Mike Pence menekankan bahwa penularan virus korona tiga kali lipat lebih tinggi dari influenza. Sebelumnya, Gedung Putih memperkirakan 2,2 juta warga Amerika bisa meninggal dunia karena virus korona, jika tidak ada langkah tegas untuk menghentikan penyebarannya. n
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.