Wisatawan menikmati suasana sore di situs Candi Ratu Boko, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta. | ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Safari

Menikmati Alam di Ratu Boko

Situs Ratu Boko memberi kesempatan pada kita untuk menikmati keindahan alam.

Sepintas, hanya terlihat batu yang berserakan. Bagai merakit kepingan puzzle, merakit bebatuan Candi Ratu Boko di hamparan seluas 25 hektare ini membutuhkan waktu lama. Biaya yang dibutuhkan untuk menegakkan bangunan kuno di Desa  Dawung, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, ini pun tidak sedikit.

Situs Ratu Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira tiga km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan. Persisnya, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta, 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Nama Ratu Boko berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Boko adalah ayah dari Loro Jonggrang. Nama wanita yang menjadi nama candi utama pada komplek Candi Prambanan.

 

Buddha dan Hindu

Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholtz pada 1790 tentang reruntuhan kepurbakalaan di atas Bukit Ratu Boko. Sebuah bukit yang menjadi bagian dari Pegunungan Sewu yang membentang dari Yogyakarta hingga Tulungangung. Seratus tahun kemudian, baru dapat disimpulkan oleh FDK Bosch dkk bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa bangunan keraton.

photo
Pengunjung berswafoto di kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Ratu Boko, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (24/9/2021). - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Adalah Prasasti Abhayagiri Wihara dari 792 M, ditemukan di situs Ratu Boko. Prasasti itu menyebutkan bahwa Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M). Prasasti juga menyebutkan adanya kawasan vihara di atas bukit Abhayagiri Wihara. Sehingga, Abhayagiri Wihara berarti asrama para biksu Buddha di atas bukit yang penuh kedamaian.

Istana ini diperkirakan sudah digunakan pada abad ke-8 pada masa Rakai Panangkaran, Wangsa Sailendra, dan Kerajaan Medang. Meski istana ini didirikan oleh seorang Buddha, ia memiliki unsur-unsur Hindu. Ciri-ciri itu terlihat dari kehadiran lingga dan yoni, arca Ganesha, dan lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa.

 

Menikmati alam

Tak seperti kraton lain di Jawa yang biasanya didirikan di daerah landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini relatif lebih sulit dibangun. Tidak bisa dibayangkan bagaimana batu-batu yang begitu banyak dan besar dinaikkan ke atas bukit. Padahal, waktu itu belum ada alat canggih seperti saat ini. Bahkan, jalan untuk menuju tempat tersebut belum lebar dan tidak mulus seperti saat ini.

"Dalam membangun candi ini, ada rasa kepatuhan yang tinggi dari rakyat terhadap pemimpinnya,” kata Kepala Unit Taman Wisata Ratu Boko Teguh Mariadi kepada Republika, beberapa waktu lalu.

photo
Situs kraton Ratu Boko merupakan lokasi favorit bagi wisatawan yang memiliki panorama candi yang berada dipegunungan dengan pemandangan gunung Merapi serta kota Yogyakarta. - (Susilawati)

 

Demikian pula penataan tempat, seperti pintu gerbang, pendopo yang digunakan untuk berkumpulnya orang banyak, dan keputren yang menunjukkan jika sang pencipta Ratu Boko ini menyenangi keindahan alam. Penghuni atau pengunjung Ratu Boko bisa menikmati keindahan alam.

Sebab, ketika berada di situs yang memiliki ketinggian 195-250 meter di atas permukaan laut (DPL) ini, matahari terbit (sunrise) dan matahari terbenam (sunset) bisa terlihat dengan latar belakang Gunung Merapi. Tak heran, siapa pun yang berkunjung ke Ratu Boko akan berusaha untuk berlama-lama menikmati keindahan alam.

 

Mari Nikmati Sunrise dan Sunset

Taman Wisata Ratu Boko telah merintis paket wisata menikmati sunrise, sunset sejak 2003. Hal ini ditandai dengan dibangunnya Plasa Andrawina dengan segala sarana dan prasarananya. Keindahan alam ini sebagai daya tarik masyarakat agar mau berkunjung ke Ratu Boko. Dan, ini akan terus kami kembangkan,” kata Kepala Unit Taman Wisata Ratu Boko Teguh Mariadi.

Ia menjelaskan, Taman Wisata Ratu Boko telah merintis paket wisata menikmati sunrise dan sunset sejak 2003. “Dari Plasa Andrawina, bisa melihat Candi Prambanan, Gunung Merapi, kalau tidak tertutup awan. Juga bisa melihat sunset, kalau pada bulan Juli ini matahari sedang di utara, sehingga sangat jelas ketika sunset. Paket wisata ini namanya Ratu Boko Sunset,”  kata Teguh.

photo
Wisatawan mengunjungi Candi Ratu Boko, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. - (ANTARA FOTO/Noveradika)

Sedangkan, bagi yang ingin menikmati sunrise harus berjalan menuju ke Gunung Tugel yang berada di sisi timur Plasa Andrawina. Dari Gunung Tugel bisa melihat keindahan panorama di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berlatar belakang Gunung Lawu. “Wisata sunrise atau matahari terbit ini dikemas dalam paket tracking,” katanya.

Menurut Teguh, wisata sunset dan sunrise belum banyak orang yang menikmati. Hal ini disebabkan masih terbatasnya fasilitas yang ada di sekitar situs Ratu Boko. Karena itu, Teguh berupaya untuk mengembangkannya dengan melibatkan masyarakat sekitar candi.

Teguh mengharapkan, warga di sekitar situs Ratu Boko juga mendirikan homestay bagi pengunjung yang ingin menikmati sunset dan sunrise sekaligus. Sebab, ada pengunjung yang menginginkan bisa berbaur dengan masyarakat. “Di sini juga sudah ada cottage, tapi jumlahnya masih terbatas,” katanya.

Adanya keterlibatan masyarakat sekitar ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan. Hanya saja, kata Teguh, masyarakat masih menghadapi kendala, yaitu masalah air yang belum memadai. Karena itu, Teguh sangat mengharapkan kepada pemerintah untuk bisa membangun sarana dan prasarana yang bisa menunjang perkembangan wisata Situs Ratu Boko.

Disadur dari Harian Republika edisi 18 November 2012 dengan reportase Heri Purwata

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Di Kaluppini, Perempuan Adat Menjaga Tradisi

Perempuan di Kaluppini tak sekadar mengurus rumah tangga.

SELENGKAPNYA

Pangalengan, Swiss Tanpa Salju

Ada sejuta identitas yang kita bisa sematkan pada Pangalengan. 

SELENGKAPNYA

Banyak Jalan Menuju Pangalengan

Lokasinya hanya berada di kisaran 40-an kilometer dari pusat Kota Bandung.

SELENGKAPNYA