
Internasional
Iran tak Gentar Diancam Trump
China dan Rusia akan membicarakan soal Iran.
TEHERAN – Presiden AS Donald Trump kian menunjukkan indikasi akan ikut menyerang Iran dengan melayangkan ancaman pembunuhan terhadap pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Ancaman itu agaknya tak menciutkan nyali Khamenei.
Dalam siaran televisinya semalam, Khamenei menegaskan Iran “akan berdiri teguh melawan perang yang dipaksakan, sama seperti Iran akan berdiri teguh melawan perdamaian yang dipaksakan.” “Bangsa ini tidak akan menyerah kepada siapa pun jika dihadapkan pada pemaksaan.”
Khamenei juga merujuk pada pernyataan yang dibuat oleh Trump, yang mengatakan bahwa mereka yang mengetahui Iran dan sejarahnya “mengetahui bahwa Iran tidak merespons dengan baik bahasa ancaman”.
Ia juga menekankan bahwa intervensi Amerika Serikat akan berujung fatal. “Dan Amerika harus tahu bahwa setiap intervensi militer AS pasti akan disertai dengan konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki.”
Sebelumnya, menyahut ancaman Trump, ia menjanjikan serangan tanpa belas kasihan ke Israel. “Kita harus memberikan respon yang kuat terhadap rezim teroris Zionis,” tulis Ayatollah Ali Khamenei dalam bahasa Inggris di X. “Kami tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada Zionis.”
Aljazirah melaporkan, terjadi sejumlah gelombang serangan rudal terpisah dari Iran ke Israel. Sebagian dari rudal dalam serangan tersebut berhasil menembus pertahanan udara Israel.
Menurut koresponden Aljazirah, masih terlalu dini untuk mengatakan di mana rudal itu mendarat dan fasilitas apa yang jadi sasaran. “Ada juga sensor militer di Israel pada masa perang, sehingga tidak selalu mungkin untuk mengetahui secara pasti pentingnya lokasi yang mungkin terkena rudal Iran jika Israel menganggapnya sensitif secara militer. Misalnya pangkalan militer atau semacamnya, maka media tidak boleh memberitakan di daerah mana saja yang terkena rudal.”
Media Israel melaporkan puing-puing atau rudal jatuh di Israel tengah, mungkin di wilayah Yerusalem, dan sebagian wilayah Tel Aviv. Ini merupakan gelombang rudal kedelapan dari Iran dalam 24 jam terakhir.

Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa AS mengetahui di mana Ali Khamenei bersembunyi selama konflik Israel-Iran tetapi tidak ingin dia dibunuh “untuk saat ini.” Trump mendesak, dalam sebuah postingan di media sosial, “penyerahan tanpa syarat” Iran ketika konflik lima hari terus meningkat.
“Kami tahu persis di mana orang yang disebut ‘Pemimpin Tertinggi’ bersembunyi,” tambah Trump. "Dia adalah sasaran empuk, tapi aman di sana - Kami tidak akan membunuhnya, setidaknya untuk saat ini. Tapi kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil, atau tentara Amerika. Kesabaran kami semakin menipis."
Komentar Trump yang semakin tajam terhadap pemerintah Iran muncul setelah ia mendesak 9,5 juta penduduk Teheran untuk menyelamatkan diri ketika ia mempersingkat partisipasinya dalam KTT G-7 untuk kembali ke Washington guna melakukan pembicaraan mendesak dengan tim keamanan nasionalnya.
Komentar tentang Khamenei dan seruan untuk menyerah muncul tak lama setelah Trump dalam postingan terpisah menggembar-gemborkan kendali penuh atas langit di Teheran. Trump pada hari-hari awal konflik menolak rencana yang diajukan oleh Israel untuk membunuh Khamenei, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut.
Sementara sikap AS terkait serangan Israel ke Iran tampak ambigu belakangan. Menteri Luar Negeri Marco Rubio saat serangan Israel dimulai mengatakan bahwa AS tak terlibat dalam serangan ke Iran. Namun tak lama kemudian Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS mengetahui segalanya tentang serangan Israel.

Pejabat AS juga mengatakan kepada beberapa media pada Ahad bahwa Presiden Donald Trump menolak rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan Iran memiliki “bukti kuat” bahwa AS memberikan dukungan atas serangan Israel. Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu “tidak mungkin dilakukan tanpa koordinasi dan persetujuan Amerika Serikat.” Ia menambahkan bahwa Amerika “akan bertanggung jawab atas konsekuensi berbahaya dari petualangan Israel.”
Hari ini, Trump kembali mengeluarkan pernyataan ambigu soal konflik Israel-Iran. Ia mengatakan menginginkan "akhir yang nyata" dalam perselisihan nuklir dengan Iran dan mengindikasikan bahwa dia mungkin mengirim pejabat senior Amerika untuk bertemu dengan Republik Islam ketika perang udara Israel-Iran berkecamuk di hari kelima.
Trump mengatakan dia mungkin mengirim Utusan AS ke Timur Tengah Steve Witkoff atau Wakil Presiden JD Vance untuk bertemu dengan para pejabat Iran. Washington mengatakan Trump masih mengincar perjanjian nuklir dengan Iran, bahkan ketika konfrontasi militer terjadi.
Pada saat yang sama, ia secara misterius mengunggah tangkapan layar pesan teks bernuansa keagamaan yang menurutnya berasal dari utusannya untuk Israel, Mike Huckabee. Pesan tersebut menunjukkan bahwa Trump dihadapkan pada sebuah keputusan besar tanpa menjelaskan rinciannya.

“Anda punya banyak suara yang berbicara kepada Anda, Pak, tapi hanya ada SATU suara yang penting, suara-NYA,” bunyinya merujuk pada Tuhan. Huckabee adalah seorang Zionis Kristen yang taat.
"Tidak ada presiden seumur hidup saya yang berada dalam posisi seperti Anda. Tidak sejak Truman pada tahun 1945. Saya tidak berusaha membujuk Anda," bunyi teks tersebut. "Hanya untuk menyemangatimu. Saya yakin Anda akan mendengar dari surga dan suara itu jauh lebih penting daripada suara saya atau siapa pun."
Harry Truman adalah presiden AS yang mengizinkan dijatuhkannya dua bom nuklir di Jepang pada penghujung Perang Dunia II.
Bukan hanya ancaman Trump yang memicu spekulasi bahwa AS mungkin akan ikut serta dalam operasi ofensif. Hal ini juga disertai dengan pengerahan pesawat militer AS secara tiba-tiba ke Eropa dan Timur Tengah.
Setelah pengarahan di Situation Room di Gedung Putih dengan anggota tim keamanan nasionalnya semalam, Trump sedang mengevaluasi apakah akan memberikan dukungannya kepada Israel dengan menargetkan fasilitas nuklir Iran. Setelah pertemuan tersebut, beberapa pejabat pemerintahan saat ini dan mantan pejabat mengatakan kepada NBC News bahwa presiden sedang mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk serangan AS. “Kami menunggu keputusan presiden,” kata seorang pejabat senior Israel kepada CNN.
Fasilitas nuklir Fordow Iran terletak di bawah gunung yang akan sulit ditembus pasukan Israel tanpa bantuan Amerika Serikat, yang merupakan satu-satunya negara yang memiliki bom yang dapat menembus bunker bawah tanah. Dua pejabat Israel mengatakan kepada CNN bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berharap Trump menawarkan dukungan atas kemauannya sendiri, daripada memaksanya untuk melakukan hal tersebut.
Ancaman serupa disampaikan pihak Jerman. “Jika Iran tidak mundur, penghancuran total program nuklir Iran akan menjadi agendanya, yang tidak dapat dicapai oleh Israel sendirian,” kata Kanselir Jerman Friedrich Merz kepada televisi ZDF sehari setelah bertemu Trump di KTT G7 di Kanada.
Standar ganda Eropa
Sementara, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan AS mempunyai peran penting dalam memulai kembali diplomasi dengan Iran, sekali lagi memperingatkan bahwa setiap upaya untuk memaksa penggulingan pemerintah di Teheran akan membawa “kekacauan”. “Saya yakin kita membutuhkan Amerika Serikat untuk mengajak semua orang kembali ke meja perundingan,” kata Macron kepada wartawan pada pertemuan puncak G7 di Kanada.
“Kami tidak ingin Iran mendapatkan senjata nuklir,” kata pemimpin Prancis itu. “Tetapi kesalahan terbesarnya adalah menggunakan serangan militer untuk mengubah rezim karena hal itu akan menimbulkan kekacauan, dan tanggung jawab kita adalah memulai kembali diskusi secepat mungkin agar dapat menentukan arah kembali mengenai masalah nuklir dan balistik.”
Ia menunjuk dampak perang yang dipimpin AS di Irak dan Libya dan bertanya: "Apakah ada yang berpikir bahwa apa yang dilakukan di Irak pada tahun 2003 adalah ide bagus? Adakah yang berpikir bahwa apa yang dilakukan di Libya pada dekade berikutnya adalah ide bagus? Tidak!"
Pernyataan Macron ini diwarnai sejumlah standar ganda. Sejarah mencatat bahwa Prancis adalah negara yang membantu Israel mengembangkan senjata nuklir mereka. Bantuan ini diberikan pada 1960-an hingga 1970-an, bahkan saat Amerika Serikat menentang program tersebut.
Awam juga diketahui bahwa Perancis adalah kekuatan terdepan dalam intervensi ke Libya yang dipimpin NATO pada tahun 2011. Prancis meluncurkan serangan udara terhadap pasukan pemimpin Libya saat itu, Muammar Gaddafi bersama negara-negara Barat lainnya. Prancis kala itu disebut khawatir dengan rencana Gaddafi meluncurkan mata uang tunggal Afrika yang akan mengikis pengaruh finansial Prancis di benua tersebut
Perancis juga negara pertama yang mengakui Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai pemerintah sah Libya. Pasukan Prancis, termasuk jet tempur Rafale dan Mirage 2000, melakukan serangan militer pertama terhadap pasukan Gaddafi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa serangan awal Perancis tidak sepenuhnya terkoordinasi dengan sekutu lainnya, sehingga menyebabkan perselisihan. Hingga 2019, Prancis masih mengirimkan bantuan amunisi untuk kelompok-kelompok bersenjata di Libya.
China dan Rusia
Sementara, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping akan membahas situasi di Timur Tengah melalui panggilan telepon dalam beberapa hari mendatang, kantor berita Interfax mengutip pernyataan seorang ajudan Kremlin pada Selasa.
Ajudannya, Yuri Ushakov, juga dikutip oleh TASS mengatakan bahwa Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan telah sepakat untuk mengintensifkan kontak antara kementerian luar negeri dan pertahanan masing-masing sehubungan dengan perang antara Israel dan Iran.
Meski tak punya pakta pertahanan formal, China dan Iran, serta Korea Utara semuanya mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Masing-masing memasok teknologi penting, drone, rudal, dan artileri ke Moskow. Sedangkan Korea Utara telah mengirimkan ribuan tentara untuk mendukung operasi Rusia.
Sebelum kabar soal rencana pembicaraan itu, Xi Jinping menyatakan sangat khawatir terhadap operasi militer Israel terhadap Iran yang telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Itu adalah komentar publik pertamanya mengenai konflik tersebut.
Xi, berbicara di sela-sela pertemuan puncak dengan lima negara Asia Tengah di ibu kota Kazakhstan, Astana, mengatakan China menentang tindakan apapun yang melanggar kedaulatan, keamanan, dan integritas wilayah negara lain.
“Semua pihak harus berupaya meredakan konflik sesegera mungkin dan mencegah situasi semakin memburuk,” kata Xi, dalam komentarnya yang dikutip oleh stasiun televisi pemerintah China, CCTV.
“China siap memainkan peran konstruktif dalam memulihkan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, tambahnya. Kementerian Luar Negeri China sebelumnya mengatakan China telah mulai mengevakuasi warganya dari Israel dan Iran dan mendorong gencatan senjata.
Rusia juga mengecam serangan Israel yang terus menerus terhadap Iran, menyebutnya ilegal dan mendesak penyelesaian diplomatis atas kekhawatiran atas program nuklir Teheran. Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Telegram, Kementerian Luar Negeri Rusia menyoroti “pernyataan jelas” Iran yang menegaskan komitmennya terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), dan menyatakan kesiapannya untuk terlibat dalam dialog dengan AS.
Moskow mengatakan pihaknya sedang menunggu “analisis murni” dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengenai apakah serangan Israel telah merusak fasilitas nuklir Iran. Iran tetap menjadi penandatangan NPT dan sebagian besar mengizinkan IAEA melakukan inspeksi terhadap situs nuklirnya, sementara Israel tidak pernah menandatangani perjanjian tersebut dan secara luas diyakini memiliki persenjataan nuklir.
Sementara menyusul serangan Israel ke Iran, Rusia dan AS menunda proses normalisasi hubungan mereka, kata Ajudan Presiden Yury Ushakov saat menjawab pertanyaan dari TASS. “Awalnya disepakati untuk mengadakan pertemuan berikutnya mengenai normalisasi hubungan di Moskow, namun kemudian Amerika menyarankan untuk menundanya,” katanya dalam jumpa pers.
“Sekarang, tentu saja, semacam kesepakatan akan dicapai antara Departemen Luar Negeri (AS) dan Kementerian Luar Negeri (Rusia) mengenai di mana dan kapan akan mengadakan pertemuan berikutnya,” kata Ushakov. "Sejauh ini, masalah ini agak ditangguhkan."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.