Batik Trusmi Cirebon | Agung Supriyanto/Republika

Nasional

Antara Keraton dan Batik Cirebon

Cirebon mengingatkan kita pada batik trusmi. Lokasi Trusmi tepatnya berada di Kampung Trusmi, Desa Plered. Jaraknya hanya delapan kilometer dari pusat kota Cirebon ke arah barat. Sejak abad ke-14, Trusmi telah memopulerkan batik yang tak kalah pamor dengan saudara tuanya, Indramayu. Desa ini, lebih dari 90 persen penduduknya disibukkan dengan aktivitas membatik. Maka, jangan heran desa ini kemudian dikenal dengan sentra batik cirebon.

Kami menemui Katura, salah satu tokoh sekaligus budayawan batik trusmi. Dari tokoh yang telah bergelut dengan aktivitas membatik lebih dari setengah abad itu, batik cirebon memang memiliki tempat khusus dalam paradigma pembatik di nusantara.

"Ada dua kiblat batik khas Cirebon, pesisir dan keraton," kata Katura, salah satu dan memang satu-satunya pegiat batik yang telah mendirikan sebuah sanggar membatik di Trusmi.

Katura menyebut aktivitas membatik di Cirebon ini berawal pada abad ke-14. Trusmi, katanya, dulu merupakan daerah ilalang dan hutan tidak terawat. Satu ketika, beberapa warga menebang tumbuhan tersebut, tapi kemudian tumbuhan itu tumbuh (bersemi) kembali. Tanah tersebut kemudian dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata "terus bersemi".

photo
Pembatik menyelesaikan batik Cirebon. - (Agung Supriyanto/Republika)

"Beberapa warga diperintahkan sultan Cirebon untuk membangun industri kecil batik kemudian di tempat ini," kata Katura.

Sementara itu, untuk ragam motif, ciri khas batik cirebon adalah pesisir yang terilhami dengan panorama laut dan beberapa karya yang lahir dari kehidupan keraton. Cirebon terbagi dalam beberapa periode keraton, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Satu motif yang populer di Cirebon adalah motif mega mendung yang menggambarkan sebuah awan sejuk lantaran dalam kondisi akan hujan. Berdasarkan catatan sejarah, motif ini diciptakan Pangeran Cakrabuana (1452-1479) karena dipengaruhi pemikiran Cina.

Kesultanan Cirebon yang saat itu direpresentasikan melalui Sunan Gunung Jati, dalam satu kesempatan pernah menikahi putri saudagar Cina, Ong Tien. Catatan itu yang membuat dugaan kuat kekerabatan Cirebon dengan Cina makin erat. Beberapa benda seni, seperti keramik, piring yang dibawa dari Cina, tumplak di Pelabuhan Muara Jati yang saat itu jadi pelabuhan internasional. Motif awan saat itu menjadi bahan dasar beberapa karya keramik Cina.

"Motif Mega Mendung sempat tenggelam pada 1991, tapi saya beserta pembatik lainnya mencoba mengangkat kembali motif itu," kata pembatik yang juga mendapat penghargaan Upakarti pada 2009.

photo
Kenaikan Omzet Penjualan. Pengunjung memilih Batik Trusmi di Toko Batik Salma, Cirebon, Jawa Barat. - (Republika/ Wihdan)

Selain mega mendung, pengaruh kuat batik cirebon diperkaya cerita keraton dalam beragam motif lain, seperti paksinaga liman, patran keris, patran kangkung, singa payung, singa barong, banjar balong, ayam alas, sawat penganten, katewono, dan lain sebagainya. "Sedangkan, di motif pesisir tertuang melalui motif ganggang laut, ikan, dan suket," kata dia.

Katura menyebut, ciri khas batik cirebon dibandingkan batik pesisir lainnya terletak pada warna dasar kain yang selalu lebih muda ketimbang motif utamanya. Hal ini, katanya, untuk mengedepankan pesan apa yang pertama kali disampaikan. "Seperti mega mendung yang mengartikan keteduhan hati, tidak ada emosi, tidak ada amarah," katanya menembahkan.

Selain itu, garis motif pada batik cirebon dibuat tunggal dan tegas meski hanya berupa garis tipis. Ini yang membedakannya dengan motif batik saudara tetangganya, Indramayu, yang lebih cenderung dalam garis putus-putus.

Batik cirebon, baik pesisir maupun keraton, cenderung dengan pemilihan warna yang relatif 'aman', tidak menunjukkan keberaniannya. Warna yang dipilih relatif berwarna kuning, hitam sogan, bahkan berwarna krem, ataupun putih gading. "Kami pilih ketegasan warna dan garis pada motifnya, lebih agresif," kata Katura. 

photo
Kenaikan Omzet Penjualan. Pengunjung memilih Batik Trusmi di Toko Batik Salma, Cirebon, Jawa Barat. - (Republika/ Wihdan)

 

Batik Tegal dan Pembeda Kelas Masyarakat

Batik tegal merupakan satu kerajinan yang ingin mengibarkan namanya di tengah kemajuan sentra batik yang mengimpitnya, Cirebon dan Pekalongan. Batik ini ternyata membentuk kelas-kelas tertentu di dalam lapisan masyarakatnya. Kastanisasi, mungkin begitu bahasa ekstremnya.

Di Tegal, terdapat beberapa motif khas yang lahir dari Desa Bengle, Kabupaten Tegal, 10 kilometer dari pusat Kota Tegal ke arah Slawi. Batik Tegal diklaim sebagai batik pesisir lantaran memang wilayah Tegal yang berada di utara lintasan jalur pantai utara. Dari desa ini, motif batik Tegal lahir, seperti motif sidomukti, batu pecah, kawung, beras mawur, dan krikilan.

"Tiga motif yang disebutkan pertama adalah batiknya pejabat kelas atas, sedangkan yang lain dikhususkan untuk selera masyarakat kelas bawah," kata H Waryono, salah satu tokoh pembatik di Desa Bengle saat ditemui di rumahnya.

Pembedaan kelas terjadi lantaran motif tiga teratas merupakan batik yang memiliki motif lebih rumit. Proses pembuatannya juga dijaga, baik kualitas maupun kuantitas. Artinya, motif khas Tegal itu dibuat untuk permintaan-permintaan tertentu.

photo
Perajin menyelesaikan pewarnaan batik tulis tegalan modern di sentra batik Tegalan, Kelurahan Kalinyamat, Tegal, Jawa Tengah. - (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

"Batik tegal yang khusus juga dibuat di atas kain yang telah diminyaki berturut-turut selama seminggu penuh," kata Waryono. Hal itu dilakukan guna memecah serat kain agar warna kain lebih cerah. Cara seperti ini, lanjut dia, sudah tidak dilakukan lagi di beberapa wilayah pemilik batik pesisir lainnya.

Batik tulis tegal yang kemudian dikenal dengan batik tegalan dikenali dari corak gambar atau motifnya yang melebar di atas kain. Konon, motif ini tidak dimiliki daerah lain, sehingga batik tegalan tampak lebih eksklusif. Isen-isen atau pembuatan garis, dipadukan dengan warna spesifik yang lembut atau kontras.

Berdasarkan cerita turun temurun, budaya membatik di Tegal dibawa Raja Amangkurat I (Sunan Amangkurat Mas) dari Keraton Kasunanan Surakarta. Amangkurat yang saat itu menyusuri pantai utara membawa pengikutnya, yang di antaranya pengrajin batik. Maka, kata Waryono, batik tegalan lebih terpengaruh dari batik solo dalam penggunaan warna. Hanya saja, di Tegal cara pembuatan garis relatif lebih kasar.

Selain di Desa Bengle, aktivitas dan usaha batik tulis tegalan di Kota Tegal juga mengelompok dalam industri kecil-menengah di Kelurahan Kalinyamat Wetan, Bandung, Tunon, dan Keturen. Kendati demikian, hampir semua kegiatan membatik ini berada di wilayah Kecamatan Tegal Selatan. Mungkin saja, di wilayah utara adalah miliknya para nelayan yang membuat Kota Tegal dijuluki sebagai Kota Bahari.

Disadur dari Harian Republika edisi 19 Januari 2014 dengan reportase Angga Indrawan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Saksi Bisu Sejarah di Savoy Homann

Sekitar 1870, Hotel Savoy Homann masih berupa rumah bilik bambu.

SELENGKAPNYA

Kopi Aroma dan Sebuah Kejujuran

Proses pembuatan Kopi Aroma sampai sekarang masih menerapkan cara-cara manual.

SELENGKAPNYA

Denting Kacapi Cianjuran

Pada sekitar abad ke-18 kacapi hanya boleh dimainkan oleh laki-laki.

SELENGKAPNYA