
Opini
Pendidikan Anak Dalam Islam
Metode pendidikan ala Rasulullah SAW sangat relevan dengan kondisi kini.
Oleh: Dewi Mulyani*)
Anas bin Malik RA, yang merupakan salah satu pelayan di keluarga Nabi Muhammad SAW, menceritakan pengalamannya dahulu sebagai anak yang gemar bermain. Anas kecil kadang kala kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Pada suatu ketika, ia menolak perintah Rasulullah SAW. Menghadapi hal ini, Nabi SAW tidak memarahi atau menghukumnya dengan keras. Beliau selalu bersikap lemah lembut, memberikan nasihat dengan penuh kasih sayang, serta membiarkan Anas belajar dari kesalahannya.
Dua cucu Rasulullah SAW, Hasan dan Husain, pernah menunjukkan kenakalan dengan mengganggu beliau saat sedang melaksanakan shalat. Mereka menaiki punggung sang kakek ketika sujud, seolah-olah sedang bermain kuda-kudaan.
Saat itu, Rasulullah SAW tidak marah atau menghentikan shalatnya dengan kasar. Beliau membiarkan mereka bermain dan baru bangun dari sujud ketika mereka sudah selesai bermain di punggungnya. Beliau menunjukkan kasih sayang dan kelembutan, bahkan dalam situasi yang memerlukan kekhusyukan.
Dalam riwayat lain, diceritakan bahwa seseorang mengadukan kenakalan anak yang sering memetik kurma milik orang lain. Saat itu, Rasulullah SAW tidak langsung menghukum anak tersebut.

Beliau mendekatinya dengan lemah lembut dan menanyakan alasannya melakukan hal tersebut. Si anak menjawab bahwa ia lapar sehingga terpaksa mengambil kurma milik orang lain.
Rasulullah SAW kemudian menasihati anak itu agar tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Beliau menyarankan agar si anak meminta kepada orang tuanya atau orang lain yang mampu memberinya makan.
Nabi SAW memberikan teladan dalam menangani kenakalan anak-anak. Beliau menerapkan pendekatan yang bijaksana. Terlebih dahulu mencari tahu alasan di balik kenakalan tersebut, memberikan nasihat yang baik, dan akhirnya mencari solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan si anak. Rasulullah SAW juga mendoakannya agar menjadi generasi yang saleh.
Beliau menunjukkan kesabaran dan kelembutan dalam menghadapi kenakalan anak-anak. Nabi SAW memahami bahwa anak-anak memiliki dunia tersendiri dan perlu dibimbing dengan kasih sayang.
Dengan meneladan metode pendidikan Rasulullah SAW, para orang tua dan pendidik diharapkan dapat membimbing anak-anak agar menjadi generasi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
Dalam mengasuh dan mendidik anak-anak, umat Islam memiliki figur teladan, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Metode pendidikan yang beliau terapkan tidak hanya berfokus pada pengembangan kecerdasan kogniitif, tetapi juga pembentukan karakter dan akhlak yang mulia.
Pendidikan ala Rasulullah SAW memberikan solusi yang efektif untuk mencegah dan mengatasi kenakalan anak, serta membimbing mereka menjadi generasi yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya keteladanan dalam mendidik anak. Beliau sendiri menjadi contoh terbaik bagi anak-anak dalam segala aspek kehidupan. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar dari orang tua dan pendidik mereka. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.
View this post on Instagram
Metode pendidikan ala Rasulullah SAW ini sangat relevan dengan kondisi saat ini. Di tengah maraknya kenakalan remaja dan dekadensi moral, pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam menjadi sangat penting. Dengan meneladan Rasulullah SAW, para orang tua dan pendidik diharapkan dapat membimbing anak-anak untuk menjadi generasi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
Pendekatan kasih sayang dalam pendidikan dan pengasuhan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah metode terbaik dalam mendidik anak agar tidak nakal. Dengan mengedepankan kasih sayang, kesabaran, keteladanan, dan pemahaman terhadap alasan di balik kenakalan anak, diharapkan kita dapat mencetak generasi yang berakhlak mulia dan menjadi penerus bangsa yang gemilang.
Kenakalan pada anak dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Seorang anak melakukan kenakalan bisa jadi karena ingin mendapatkan perhatian, sehingga mereka mencari perhatian dengan cara melakukan kenakalan yang menurut mereka dapat menarik perhatian. Anak melakukan kenakalan juga bisa jadi karena tidak mendapatkan teladan yang baik dari orang tuanya.
Pendekatan kasih sayang dalam pendidikan dan pengasuhan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah metode terbaik.
Sebagian anak-anak melakukan tawuran bisa jadi lantaran ingin diakui oleh kelompok sebayanya, atau demi alasan solidaritas. Pertanyaannya, apakah guru atau orang tua pernah membahas hal tersebut dalam mendidik anak-anaknya sehingga mereka tidak melakukan solidaritas dan kesetiakawanan yang kebablasan?
Beragam alasan kenakalan dapat dilakukan oleh anak. Lalu, apakah Pendidikan Militer akan menjadi solusi terbaik dalam menghadapi anak-anak yang mendapat stigma nakal? Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan ini.
*) Dewi Mulyani adalah dosen PG-PAUD Universitas Islam Bandung (Unisba) dan juga Ketua Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Benarkah Pejabat BUMN tak Bisa Ditindak Hukum?
Menteri BUMN menegaskan pejabat BUMN tetap akan dipenjara bila melanggar hukum.
SELENGKAPNYATransisi Energi Sebuah Keharusan
Indonesia memiliki potensi EBT sangat besar yang harus dioptimalkan.
SELENGKAPNYAMembangun Ekosistem Pembiayaan untuk Hilirisasi Pertanian
Membangun pertanian adalah membangun masa depan Indonesia.
SELENGKAPNYA