
Safari
Warna-Warni Tenun Sumba
Tenun Sumba motifnya unik dengan warna yang terkesan antik.
Angin pagi masih menusuk kulit ketika Mama Hesron mulai duduk di teras rumah bambunya. Ujung jerami yang menutup atap rumahnya bergoyang pelan terdorong angin, menambah romantisme pagi Kendautana. "Kayu ini untuk menahan pinggul. Kaki saya selonjor, tangan saya yang gerak menenun," ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai penenun kain ikat ini.
Dia duduk sejajar dengan jajaran bambu yang menyusun teras rumahnya. Tangannya yang gesit mulai menarik ulur kayu di mesin tenun, merekatkan benang-benang menjadi kain. "Ada yang mau mencoba?" Mama Hesron menawarkan kepada kami untuk mencoba. Jadilah satu per satu dari kami memulai prosesi tenun-menenun ini, satu hal yang sama sekali baru bagi saya.
Salah satu daya tarik Pulau Sumba selain alam dan keunikan budayanya adalah tradisi menenun secara tradisional. Masih banyak wanita-wanita di Sumba yang mempertahankan tradisi turun- temurun ini. Turun-temurun karena memang mereka memperoleh keahlian bukan dari kursus atau sekolah.
Sedari kecil, gadis Sumba terbiasa membantu ibu atau neneknya memintal benang, membentuk motif, hingga menenun kain ikat. Menginjak dewasa, perempuan Sumba telah mahir dalam menenun kain Sumba yang motifnya beragam.

Meskipun masih satu pulau, motif kain tenun di Sumba Timur dan Barat sedikit berbeda. Tidak seperti di Sumba Timur, motif kain tenun di wilayah Sumba Barat umumnya kecil-kecil dan sedikit abstrak. Pada kain laki-laki motif sering kali berupa garis, titik-titik, dan mamoli di tepinya. Sementara, motif yang terdapat pada kain wanita aslinya berupa belah ketupat (mata kerbau) dan segitiga (ekor kuda).
Menurut Mama Hesron, salah satu penenun di Kecamatan Kodi, Sumba Barat Daya, motif-motif yang ditenun biasanya tergantung dari tujuan apa kain itu dipakai. "Motif untuk upacara kematian bisa berbeda dengan motif yang dipakai sehari-hari," ujarnya.
Tradisi menenun ini biasanya dilakukan oleh para wanita di teras depan rumah tradisional mereka. Dahulu, banyak dari mereka yang menggunakan pewarna alami. Pintalan serat kapas mereka rendam dalam air pinang untuk memberikan warna cokelat kemerahan. Atau jambu mete untuk memberikan warna hitam.
"Sekarang banyak yang memakai benang pabrik. Warnanya juga kimia. Yang masih tradisional tinggal cara menenunnya saja. Tapi, kalau memang mau yang benar-benar tradisional dari bahannya, kami masih ada. Harganya bisa jutaan rupiah satu meternya," ujar Mama Hesron.

Motif dan warna tenun Sumba pun terkesan unik dan antik sehingga menarik banyak wisatawan untuk membelinya sebagai buah tangan. Hal inilah yang kemudian mendorong para wanita Sumba untuk terus melanjutkan tradisi menenun kain ikat. Selain untuk menjaga kelestarian budaya, para wanita juga bisa membantu ekonomi rumah tangganya dengan berjualan kain tenun.
"Suami bekerja di kebun, kami berjualan kain," lanjut Mama Hesron.
Kain tenun Sumba ini dijual dengan harga yang bervariatif. Untuk sehelai kain tenun berukuran 100 x 20 cm, atau disebut selendang, dijual dengan harga Rp 70 ribu-Rp 100 ribu. Kain yang berukuran lebih lebar dan sarung tenun untuk wanita bisa dijual dengan kisaran harga Rp 150 ribu-Rp 500 ribu. Sedangkan, kain yang menggunakan bahan dan pewarna alami, dijual dengan harga yang jauh lebih mahal, Rp 5 juta untuk ukuran 2x3 meter. "Itu semua harganya bisa berkali-kali lipat kalau sudah sampai Jakarta," ujar Adra Gesza, seorang penggemar tenun nusantara.
Yang Asyik Yang Menarik
Berkunjung ke Sumba akan selalu menarik. Beberapa destinasi menarik yang tak boleh terlewati bila berkunjung ke Pulau Sumba adalah sebagai berikut.
Kota Waingapu.
Di kota ini kita dapat menemukan tradisi yang sudah melebur ke dalam modernitas kota besar. Pasar Waingapu merupakan pasar tradisional terbesar di kota ini yang ramai sepanjang hari. Anda bisa mengunjunginya hanya dengan menempuh sepuluh menit dari bandara utama di kota ini. Jika Anda malas untuk berkeliling Waingapu untuk berburu oleh-oleh, cukup datang ke pasar ini dan semuanya tersedia. Dari makanan khas sampai berbagai motif tenun ikat khas Sumba.

Danau Weekuri
Danau air asin ini sebenarnya adalah laguna yang menjorok ke daratan membentuk celah karang raksasa. Dikelilingi oleh tebing karang yang indah, pasir putih yang lembut, dan matahari tenggelam yang jelas terlihat, akan membuat senja Anda menjadi salah satu senja terbaik yang Anda temui. Untuk menuju ke sini, wisatawan butuh menyewa mobil dari Kota Waingapu atau kota terdekat, Tambolaka. Letak danau eksotis ini di ujung barat Pulau Sumba sehingga jaraknya sekitar enam jam perjalanan dari Waingapu. Bila Anda ke sini, disarankan untuk menginap di Kota Tambolaka yang jaraknya hanya dua jam dari danau tepi laut ini.
Pantai Mandorak
Tak jauh dari Danau Weekuri, ke sebelah utara kita bisa berkunjung ke pantai pasir putih Mandorak. Di pantai yang dibatasi oleh tebing tebing kapur ini, wisatawan juga dapat berkunjung ke sebuah rumah adat Sumba yang dibangun tepat di tepi pantai. Eksotis!
Lewa
Lewa terletak di Sumba Timur, di atas dataran tinggi di tengah Pulau Sumba. Di sini kita bisa belajar ekowisata dan melihat bagaimana petani lokal menyiasati iklim dan kondisi tanah di Sumba untuk bertanam sayur-mayur. Di sini kita dapat bertemu dengan Made Rasuta, seorang penggiat lingkungan penerima penghargaan dari presiden RI yang sampai sekarang terus berjuang meningkatkan taraf hidup petani lokal di Sumba.

Rumah-rumah tradisional Sumba.
Banyak masyarakat Sumba yang masih tinggal di dalam rumah tradisional mereka yang terbuat dari bambu dan beratapkan jerami. Anda bisa menemukannya di berbagai desa adat di pesisir barat Sumba dan juga di pegunungan di Sumba Timur. Di Lay Mbonga, Sumba Timur, terdapat sebuah desa adat yang masih bersistem kerajaan. Seorang raja tinggal di sana sekaligus memimpin rakyatnya yang berasal dari berbagai marga atau klan.
Disadur dari Harian Republika edisi 16 November 2014 dengan reportase Sapto Andika Candra
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.