
Internasional
Puluhan Tewas Akibat Serangan Rusia ke Ukraina
Rusia dan Ukraina saling tuding soal serangan.
SUMY – Lebih dari 20 orang tewas dalam serangan rudal Rusia di kota Sumy di Ukraina pada Ahad, kata para pejabat. Ini adalah salah satu serangan Rusia paling mematikan ke Ukraina.
Dua rudal balistik menghantam jantung kota sekitar pukul 10.15 ketika orang-orang berkumpul untuk merayakan Minggu Palma, menurut para pejabat. Video yang diposting dari lokasi kejadian di saluran resmi menunjukkan mayat-mayat tergeletak di tanah di tengah puing-puing dan asap di sekitar pusat Sumy.
“Pada Minggu Palma yang cerah ini, komunitas kami mengalami tragedi yang mengerikan,” kata Penjabat Walikota Artem Kobzar dalam sebuah pernyataan di media sosial. “Sayangnya, kami sudah mengetahui lebih dari 20 kematian.”
Setidaknya 21 orang tewas akibat serangan itu, kata Kantor Kejaksaan Agung, mengutip hasil penyelidikan awal. Sebanyak 83 orang lainnya terluka, termasuk tujuh anak-anak, tulis Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko di media sosial.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membenarkan bahwa upaya penyelamatan sedang berlangsung dan mengatakan “puluhan” orang tewas dalam serangan rudal ganda tersebut. "Menurut informasi awal, puluhan warga sipil tewas dan terluka. Hanya sampah kotor yang bisa bertindak seperti ini – merenggut nyawa orang biasa," katanya.

Zelensky juga menyerukan tanggapan global terhadap serangan tersebut. "Pembicaraan tidak pernah menghentikan rudal balistik dan bom udara. Yang dibutuhkan adalah sikap terhadap Rusia yang pantas diterima oleh seorang teroris," katanya.
Serangan tersebut terjadi kurang dari sehari setelah para diplomat penting Rusia dan Ukraina pada Sabtu memanfaatkan konferensi tingkat tinggi di Turki untuk sekali lagi bertukar tuduhan melanggar kesepakatan tentatif yang ditengahi AS untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi, menggarisbawahi tantangan dalam negosiasi untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 3 tahun.
Kedua menteri luar negeri tersebut berbicara pada acara terpisah di Forum Diplomasi Antalya, sehari setelah utusan AS Steve Witkoff bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas prospek perdamaian. Sekutu Ukraina di Eropa pada hari Jumat menjanjikan miliaran dolar untuk membantu Kyiv terus melawan invasi Rusia.
Meskipun Moskow dan Kyiv pada bulan lalu sama-sama sepakat untuk menerapkan gencatan senjata terbatas selama 30 hari, mereka mengeluarkan pernyataan yang bertentangan segera setelah pembicaraan terpisah dengan pejabat AS di Arab Saudi. Mereka berbeda pendapat mengenai waktu dimulainya penghentian serangan, dan dugaan pelanggaran yang hampir terjadi secara langsung oleh pihak lain.

“Ukraina telah menyerang kami sejak awal, setiap hari, mungkin dengan dua atau tiga pengecualian,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, seraya menambahkan bahwa Moskow akan memberikan daftar serangan di Kiev selama tiga minggu terakhir kepada AS, Turki, dan badan-badan internasional.
Seorang perwakilan Kementerian Luar Negeri Rusia secara terpisah mengatakan kepada media pemerintah pada hari Sabtu bahwa Moskow telah berbagi informasi intelijen dengan AS mengenai lebih dari 60 dugaan pelanggaran perjanjian oleh Kyiv. Lavrov pada hari Sabtu bersikeras bahwa Rusia tetap berpegang pada ketentuan kesepakatan.
Timpalannya dari Ukraina, Andrii Sybiha, dengan keras menentang klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan “hampir 70 rudal, lebih dari 2.200 drone (yang dapat meledak), dan lebih dari 6.000 bom udara berpemandu ke Ukraina, sebagian besar terhadap warga sipil,” sejak menyetujui jeda terbatas atas serangan tersebut.
“Ini jelas menunjukkan kepada dunia siapa yang menginginkan perdamaian dan siapa yang menginginkan perang,” katanya.
Pasukan Rusia mempunyai keuntungan di Ukraina, dan Kiev telah memperingatkan bahwa Moskow sedang merencanakan serangan musim semi baru untuk meningkatkan tekanan terhadap musuhnya dan meningkatkan posisi negosiasinya.

Ukraina mendukung usulan gencatan senjata AS yang lebih luas, namun Rusia secara efektif menghalanginya dengan menerapkan persyaratan yang berdampak luas. Pemerintah-pemerintah Eropa menuduh Putin menunda-nunda tindakannya.
“Rusia harus bergerak” dalam upaya mengakhiri perang, tulis Presiden AS Donald Trump di media sosial pada hari Jumat. Dia mengatakan perang itu “mengerikan dan tidak masuk akal.”
Lavrov pada hari Sabtu menegaskan kembali bahwa perjanjian prospektif yang didukung AS, yang juga dibahas di Arab Saudi, untuk memastikan navigasi yang aman bagi kapal komersial di Laut Hitam tidak dapat dilaksanakan sampai pembatasan akses Rusia terhadap asuransi pelayaran, pelabuhan dermaga dan sistem pembayaran internasional dicabut.
Rincian kesepakatan tersebut tidak dirilis, namun tampaknya menandai upaya lain untuk memastikan pengiriman Laut Hitam yang aman setelah perjanjian tahun 2022 yang ditengahi oleh PBB dan Turki tetapi dihentikan oleh Rusia pada tahun berikutnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Eropa Memanas, NATO Siap Kirim Pasukan ke Ukraina
Pasukan Ukraina dipukul mundur dari Kursk.
SELENGKAPNYAPutin Kebut Penaklukan Perbatasan Ukraina
Rusia belum menyetujui usulan gencatan senjata Ukraina-AS.
SELENGKAPNYAUkraina Luncurkan Ratusan Drone ke Rusia, Satu Tewas
Serangan ini di tengah upaya perundingan damai di Saudi.
SELENGKAPNYA