Keluarga menangisi jenazah warga Palestina yang syahid dalam serangan udara Israel di lingkungan Shujaiyah, saat mereka dibawa ke Rumah Sakit Baptis di Kota Gaza pada Rabu, 9 April 2025. | AP Photo/Jehad Alshrafi

Internasional

Korban 36 Serangan Israel Seluruhnya Perempuan dan Anak-Anak

Belasan warga Gaza syahid akibat serangan Israel kemarin.

GAZA – Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam jumlah korban jiwa akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza terhadap warga sipil. Mereka menemukan bahwa “persentase besar korban jiwa adalah anak-anak dan perempuan”.

“Antara tanggal 18 Maret dan 9 April 2025, terdapat sekitar 224 insiden serangan Israel terhadap bangunan tempat tinggal dan tenda-tenda bagi para pengungsi internal,” kata kantor hak asasi manusia PBB. Laporan itu menambahkan bahwa “dalam 36 serangan yang dikuatkan oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB, korban jiwa yang tercatat sejauh ini hanya perempuan dan anak-anak.”

Lima belas warga sipil syahid dan beberapa lainnya terluka saat fajar pada Jumat dalam serangan udara Israel yang menargetkan Jalur Gaza selatan dan utara. Koresponden WAFA melaporkan bahwa pesawat tempur Israel menyerang sebuah rumah milik keluarga Al-Farra di sekitar kawasan Al-Mahatta di Khan Yunis, menewaskan sepuluh anggota keluarga tersebut dan melukai lainnya.

Tiga warga sipil lainnya syahid dan beberapa lainnya terluka dalam serangan drone Israel yang menargetkan sekelompok warga sipil di wilayah Al-Atatra sebelah barat Beit Lahia. Seorang warga sipil juga syahi dan lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak Israel di daerah Al-Mawasi, sebelah barat kota Rafah.

Artileri Israel juga menembaki lingkungan Al-Salam dan Al-Manara di selatan Khan Yunis, sementara serangan udara menargetkan wilayah utara Rafah di selatan Gaza. Jumlah korban jiwa di Jalur Gaza sejak awal agresi Israel pada 7 Oktober 2023 meningkat menjadi 50.886 orang. Lebih dari 115.875 orang lainnya juga terluka.

Serangan udara Israel pada Kamis menargetkan daerah Abu al-Ajeen, sebelah timur Deit al-Balah di Jalur Gaza tengah, menewaskan dua warga Palestina dan melukai lainnya, menurut koresponden WAFA. Dia mengatakan bahwa jenazah dua warga sipil yang terbunuh tiba di Rumah Sakit Shuhada Al-Aqsa di kota tersebut setelah drone pengintai Israel menargetkan daerah tersebut.

Israel secara sepihak mengakhiri perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza pada hari Selasa, 18 Maret, melakukan gelombang serangan udara berdarah di Jalur Gaza dan menewaskan ratusan warga Palestina, termasuk lebih dari 100 anak-anak.

Sumber-sumber medis menambahkan bahwa dalam 24 jam terakhir, setidaknya 40 jenazah warga Palestina yang terbunuh dan 146 korban dirawat di rumah sakit di seluruh Jalur Gaza. Agresi dilanjutkan di tengah kekhawatiran atas memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza mengingat pengepungan yang sedang berlangsung dan larangan masuknya bantuan medis dan kemanusiaan.

photo
Para pelayat menshalati jenazah warga Palestina yang syahid dalam serangan udara Israel di lingkungan Shujaiyah, saat mereka dibawa ke Rumah Sakit Baptis di Kota Gaza pada Rabu, 9 April 2025. - ( AP Photo/Jehad Alshrafi)

Myriam Laaroussi, koordinator darurat Doctors Without Borders (MSF) menerangkan kondisi di Gaza saat ini makin gawat. Ia menuturkan kepada Aljazirah, akibat blokade Israel, pasokan yang dibutuhkan untuk merawat pasien menjadi berkurang dan membuat anak-anak di Gaza rentan terhadap penyakit.

Unit desalinasi tidak berfungsi lagi karena keputusan Israel untuk memutus aliran listrik, yang telah menurunkan kapasitas untuk menjaga kebersihan dan menyebabkan wabah polio dan kudis.

“Kami melihat bahwa ini adalah kematian yang lambat bagi banyak warga Palestina, dengan kekurangan makanan dan air yang menyebabkan penurunan berat badan dan masalah kesehatan.”

Menurutnya, ada perintah evakuasi paksa setiap hari, yang berarti banyak orang harus meninggalkan rumah mereka untuk pergi ke kamp, ​​tinggal di tenda, dan hal ini meningkatkan kerentanan mereka. Gencatan senjata merupakan peluang untuk meningkatkan kapasitas berbagai fasilitas kesehatan, namun hal tersebut terlalu singkat untuk memberikan dampak yang cukup, dan kini fasilitas kesehatan kembali diserang.

photo
Kamp pengungsi Palestina yang didirikan oleh HHO Foundation dikelilingi reruntuhan bangunan di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, 8 April 2025. - (EPA-EFE/HAITHAM IMAD)

Media Israel melaporkan pada Jumat bahwa Mesir dan Israel telah bertukar rancangan dokumen mengenai kesepakatan pembebasan tawanan gencatan senjata. Times of Israel melaporkan bahwa proposal Mesir akan mencakup pembebasan delapan tawanan hidup dan delapan jenazah dengan imbalan gencatan senjata antara 40 dan 70 hari dan sejumlah besar tahanan Palestina.

Stasiun penyiaran publik Kan melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan penilaian situasi pada Kamis malam dengan tim perunding dan pejabat lembaga keamanan “dengan latar belakang rencana baru Mesir”.

Ada sekitar 58 tawanan yang masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang diyakini tentara Israel tewas. Gencatan senjata yang ditengahi AS dan mulai berlaku pada 19 Januari menghasilkan kembalinya 33 tawanan Israel, delapan diantaranya dalam peti mati, dengan imbalan pembebasan sekitar 1.800 tahanan Palestina.

Gencatan senjata gagal setelah Israel menuntut persyaratan baru dan lebih ketat untuk revisi rencana gencatan senjata yang antara lain akan mencakup pembebasan semua tawanan yang tersisa tanpa pemerintah Israel berkomitmen untuk mengakhiri perang secara permanen. Ketika Hamas menolak usulan baru tersebut, dan menyerukan untuk tetap berpegang pada rencana awal, Israel melanjutkan serangan intensif di Gaza pada tanggal 18 Maret, dan gencatan senjata pun gagal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat