
Internasional
PBB: Semuanya Hampir Habis di Gaza
Lebih dari 180 anak dilaporkan syahid di Gaza pada tanggal 18 Maret.
GAZA – Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa segala sesuatu di Gaza hampir habis, termasuk perbekalan, waktu, dan nyawa manusia. Sementara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB menuduh Israel melanggar hukum internasional melalui evakuasi paksa di Gaza.
Jens Laerke, juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, mengatakan bahwa tindakan Israel di Gaza memiliki ciri-ciri kejahatan brutal. Dia menambahkan, dalam konferensi pers di Jenewa, bahwa Gaza menyaksikan pengabaian terhadap kehidupan dan martabat manusia.
Dia menambahkan bahwa ruang hidup para keluarga semakin menyusut seiring dengan adanya perintah pengungsian dari Israel setiap harinya.
Pelapor Khusus PBB tentang Hak atas Pangan, Michael Fakhri, mengatakan kepada Aljazirah bahwa Israel terus menggunakan makanan sebagai senjata di Jalur Gaza, dan kebijakannya menyebabkan kematian ribuan anak. Dia menambahkan bahwa sistem apartheid Israel menghilangkan rasa kemanusiaan warga Palestina.
Fakhri menekankan bahwa Israel terus membenarkan tindakannya yang tidak manusiawi dan menyerukan agar Israel bertanggung jawab atas kebijakannya dan sanksi yang akan dijatuhkan.

Badan Pengungsi PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) baru saja menerbitkan laporan mingguan terbaru mengenai situasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Mereka mencatat lebih dari 142.000 orang terpaksa mengungsi di Gaza sejak 18 hingga 23 Maret.
Lebih dari 180 anak dilaporkan syahid di Gaza pada tanggal 18 Maret, hari dimana Israel melanggar gencatan senjata, yang menandai “salah satu angka kematian anak terbesar dalam satu hari pada tahun lalu”.
Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa Israel harus segera mengakhiri blokade bantuan kemanusiaan dan menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan pengungsian paksa penduduk Gaza.
Dinyatakan bahwa Israel telah mengeluarkan 10 perintah evakuasi wajib yang mencakup wilayah luas di seluruh wilayah Jalur Gaza sejak melanjutkan kampanye militernya pada 18 Maret.
Komisi PBB menegaskan bahwa pemindahan paksa merupakan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional dan merupakan kejahatan menurut hukum internasional.

Juru bicara UNHCR Thamin Al-Khaitan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa evakuasi tersebut “tidak mematuhi persyaratan hukum kemanusiaan internasional.”
Dia menambahkan, “Israel tidak mengambil tindakan apa pun untuk menyediakan akomodasi bagi penduduk yang dievakuasi, juga tidak memastikan bahwa evakuasi berlangsung dalam kondisi yang dapat diterima dalam hal kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan nutrisi.”
Pernyataan tersebut mencatat bahwa lebih dari separuh penduduk Gaza utara tampaknya tunduk pada perintah tersebut, dan tidak ada jaminan keselamatan bagi mereka yang baru saja mengungsi dari Jalur Gaza selatan di kawasan Rafah, yang terpaksa mengungsi ke kawasan pesisir Al-Mawasi.
“Kami sangat prihatin dengan menyusutnya ruang yang tersedia bagi warga sipil di Gaza, yang terpaksa meninggalkan wilayah yang luas oleh militer Israel,” kata pernyataan itu.
Komisi melaporkan bahwa puluhan ribu warga Palestina dilaporkan terjebak di Khan Younis dan Rafah, dan bahwa warga sipil sekali lagi menghadapi pilihan sulit antara mengungsi lagi atau tetap tinggal dan mempertaruhkan nyawa mereka serta nyawa orang yang mereka cintai.

Dalam pernyataannya kepada Aljazirah, juru bicara Pertahanan Sipil Mahmoud Basal mengatakan bahwa nasib 50.000 warga di Rafah masih belum diketahui, mengingat serangan Israel yang sedang berlangsung, penyerangan, penghancuran, dan penargetan langsung terhadap warga sipil, serta pencegahan masuknya tim penyelamat dan pertahanan sipil oleh pendudukan.
Tom Fletcher, wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, mengatakan “semua titik masuk ke Gaza ditutup”. "Di perbatasan, makanan membusuk. Obat-obatan sudah habis masa berlakunya. Peralatan medis penting tertahan," tulisnya dalam postingan di X. “Jika prinsip-prinsip dasar hukum humaniter masih diperhitungkan, komunitas internasional harus bertindak untuk menegakkannya,” katanya.
Sedangkan badan PBB untuk perempuan, UN Women mengatakan pada hari Jumat bahwa perempuan dan anak perempuan di Jalur Gaza ‘menanggung beban terberat’ dari perang genosida Israel, yang telah menewaskan 50.251 warga Palestina dan melukai 114.025 lainnya.
"Sangat penting untuk melindungi hak-hak dan martabat masyarakat Gaza, terutama perempuan dan anak perempuan, yang telah menanggung beban terbesar dari perang ini. Perempuan sangat ingin mimpi buruk ini berhenti. Namun kengerian masih terus berlanjut, kekejaman semakin meningkat, dan dunia tampaknya berdiam diri, menormalisasi apa yang tidak boleh dinormalisasi," Maryse Guimond, Perwakilan Khusus Perempuan PBB di Palestina, berbicara di Palais des Nations dari Yerusalem.

Guimond menambahkan: "Berakhirnya gencatan senjata yang lemah di Gaza mempunyai konsekuensi yang sangat buruk bagi perempuan dan anak perempuan. Dari 18 hingga 25 Maret, hanya dalam 8 hari; 830 orang telah terbunuh, 174 wanita, 322 anak-anak, dan 1.787 lainnya terluka.”
Dia menguraikan bahwa setiap hari dari tanggal 18 hingga 25 Maret, rata-rata 21 perempuan dan lebih dari 40 anak-anak terbunuh. "Ini bukan kerusakan tambahan; ini adalah perang di mana perempuan dan anak-anak menanggung beban paling berat. Mereka mencakup hampir 60 persen dari jumlah korban baru-baru ini, sebuah bukti mengerikan atas sifat kekerasan yang tidak pandang bulu."
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyerukan kepada komunitas internasional, negara-negara Arab dan Islam, serta organisasi hak asasi manusia dan kemanusiaan untuk mengambil tindakan segera dan efektif guna menekan pendudukan agar mencabut pengepungan dan menghentikan agresi brutal yang dialami lebih dari dua juta orang di Jalur Gaza.
Gerakan ini menyerukan tanggapan segera setelah adanya peringatan dari organisasi kemanusiaan dan pelapor PBB mengenai bencana kelaparan yang akan terjadi.
Hamas memperbarui seruannya kepada masyarakat Arab dan Islam serta masyarakat bebas di dunia untuk mengambil tindakan di semua arena dan dengan segala cara yang mungkin untuk mendukung masyarakat Jalur Gaza, untuk menekan diakhirinya agresi yang sedang berlangsung terhadap warga sipil yang tidak bersalah, dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin pendudukan atas kejahatan mereka.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kelaparan Ancam Gaza Menjelang Idul Fitri
Israel terus menerapkan perang melalui kelaparannya di Gaza.
SELENGKAPNYAKemlu Klaim tak Paham Soal Pemindahan Warga Gaza ke Indonesia
Media Israel melaporkan negara itu akan memindahkan 100 warga Gaza ke RI.
SELENGKAPNYASepekan, Israel Bunuh 270 Anak di Gaza
Dunia didesak bertindak menghentikan pembantaian di Gaza.
SELENGKAPNYA