
Internasional
Trump Janji Deportasi Semua 'Pendukung Hamas'
Universitas Columbia menolak serahkan aktivis pro-Palestina.
GAZA – Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa semua “pendukung Hamas” harus dideportasi dari Amerika Serikat. Ini termasuk aktivis Palestina Mahmoud Khalil, yang menurutnya adalah perusuh universitas dan tidak menyukai Amerika Serikat.
Trump menambahkan, "Kita harus mendeportasi orang ini (Mahmoud Khalil). Saya mendengar komentarnya, dan komentarnya sangat buruk. Saya melihat rekaman apa yang dilakukan orang-orang seperti dia di universitas kita. Kita bisa mendeportasi mereka yang lain. Columbia adalah universitas yang bagus di masa lalu. Namun sekarang universitas tersebut telah berubah karena kepemimpinan yang buruk, dan itulah yang terjadi."
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Caroline Leavitt mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump tidak akan menoleransi mahasiswa asing yang sejalan dengan apa yang dia gambarkan sebagai “kelompok teroris Islam.”
Levitt menambahkan dalam sebuah wawancara dengan Fox News bahwa penangkapan mahasiswa Palestina Mahmoud Khalil hanyalah awal dari penangkapan lainnya di masa depan.

Khalil adalah pemimpin terkemuka gerakan protes yang berlangsung di Universitas Columbia sejak tahun lalu menentang perang Israel di Gaza. Dia ditangkap oleh otoritas imigrasi federal AS pada akhir pekan.
Khalil, seorang penduduk sah Amerika Serikat yang menyelesaikan studi pascasarjana di Universitas Columbia pada bulan Desember, ditangkap Sabtu lalu oleh personel Departemen Keamanan Dalam Negeri dan dipindahkan ke penjara imigrasi federal di Louisiana untuk menunggu proses deportasi. Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan Khalil ditahan karena perintah eksekutif Presiden Trump yang melarang anti-Semitisme.
Demonstrasi mahasiswa terjadi di Washington Square Park di New York City, menuntut pembebasan mahasiswa Mahmoud Khalil. Para pengunjuk rasa meminta semua universitas Amerika untuk memutuskan hubungan keuangan mereka dengan Israel dan menuntut penghapusan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai dari kampus-kampus dan perlindungan mahasiswa.
Universitas-universitas Amerika, termasuk Universitas Columbia, jadi lokasi protes mahasiswa terhadap perang yang dilancarkan Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023. Gerakan yang menyebar di puluhan kampus itu mencerminkan bergesernya keberpihakan anak muda AS kepada Israel.
Gedung Putih mengeluh pada Selasa bahwa Universitas Columbia menolak membantu agen federal menemukan orang-orang yang dicari sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendeportasi peserta demonstrasi pro-Palestina. Sementara pemerintah AS terus menghukum sekolah tersebut dengan menarik dana penelitian federal.
Agen penegakan imigrasi pada Sabtu menangkap dan menahan Mahmoud Khalil, seorang warga AS yang sah dan aktivis Palestina yang memainkan peran penting dalam protes di Columbia tahun lalu. Dia sekarang menghadapi kemungkinan deportasi.
Presiden Donald Trump telah berjanji akan melakukan penangkapan tambahan. Dalam penjelasannya dengan wartawan di Washington, sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan otoritas federal telah “menggunakan intelijen” untuk mengidentifikasi orang-orang lain yang terlibat dalam demonstrasi kampus yang kritis terhadap Israel yang dianggap antisemit dan “pro-Hamas” oleh pemerintah.
Dia mengatakan Columbia telah diberi nama dan menolak membantu Departemen Keamanan Dalam Negeri “untuk mengidentifikasi orang-orang tersebut di kampus.” “Seperti yang dikatakan presiden dengan sangat tegas dalam pernyataannya kemarin, dia tidak akan menoleransi hal itu,” kata Leavitt.
Seorang juru bicara Columbia tidak segera membalas pesan untuk meminta komentar.

Pekan lalu, pemerintahan Trump mengumumkan penarikan dana hibah dan kontrak sebesar 400 juta dolar AS dari Columbia, dan menuduh sekolah tersebut gagal menghentikan antisemitisme di kampus. Sebagai bagian dari pemotongan tersebut, Institut Kesehatan Nasional pada Senin malam memotong dana lebih dari 250 juta dolar AS, termasuk lebih dari 400 hibah.
Edward Guo, direktur Laboratorium Bioteknologi Tulang Columbia, memposting tangkapan layar di X dari email yang dia terima yang memberitahukan kepadanya bahwa salah satu penghargaan NIH-nya telah dibatalkan. “Kami memahami ini mungkin berita yang mengejutkan,” tulis email tersebut.
Universitas ini diguncang musim semi lalu oleh demonstrasi besar-besaran oleh para mahasiswa yang menyerukan diakhirinya aksi militer Israel di Gaza dan pengakuan atas hak asasi manusia dan klaim teritorial Palestina. Universitas akhirnya memanggil polisi untuk membongkar perkemahan protes dan mengakhiri pengambilalihan gedung administrasi oleh mahasiswa.

Mahmoud Khalil (30 tahun), pernah menjadi juru bicara para pengunjuk rasa. Dia belum didakwa melakukan kejahatan apapun. Namun Leavitt mengatakan pemerintah telah mengambil langkah untuk mendeportasinya berdasarkan undang-undang Imigrasi dan Kebangsaan yang memberikan kewenangan kepada Menteri Luar Negeri untuk mendeportasi non-warga negara jika pemerintah “memiliki alasan yang masuk akal untuk meyakini” kehadiran orang tersebut dapat menimbulkan “konsekuensi kebijakan luar negeri yang sangat merugikan bagi Amerika Serikat.”
Hingga Selasa, Khalil ditahan di pusat penahanan imigrasi di Louisiana. Kelompok hak-hak sipil dan pengacara Khalil mengatakan pemerintah menggunakan kekuasaan kontrol imigrasi secara inkonstitusional untuk menghentikannya berbicara. Seorang hakim federal mengadakan sidang pada hari Rabu dan memerintahkan pemerintah untuk tidak mendeportasinya untuk sementara waktu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Makin Fasis, Trump Janji Tangkapi Mahasiswa Pro-Palestina
Penangkapan Mahmoud Khalil mendapat kecaman meluas.
SELENGKAPNYAMahasiswa Pro-Palestina Mulai Ditangkapi di AS
Donald Trump mendorong tindakan tegas pada gerakan pro-Palestina di kampus.
SELENGKAPNYATrump Bertekad Bungkam Mahasiswa Pro-Palestina di Kampus AS
Trump menyataan akan memutus pendanaan bagi kampus yang mengizinkan 'protes ilegal'.
SELENGKAPNYA