
Internasional
Jewer Israel, Houthi Kembali Blokade Laut Merah
Warga Gaza makin tercekik blokade Israel.
SANAA – Blokade bantuan dan pemutusan listrik masih terus diberlakukan Israel di Jalur Gaza. Terkait hal itu, kelompok Ansar Allah Houthi mengumumkan dimulainya kembali larangan terhadap kapal-kapal Israel untuk melintasi Laut Merah.
Hal itu diumumkan setelah berakhirnya batas waktu yang diberikan kepada Israel untuk mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza. Pada Selasa malam juru bicara militer kelompok tersebut, Yahya Saree menyatakan bahwa pasukan mereka "mengkonfirmasi dimulainya kembali larangan lewatnya semua kapal Israel di wilayah operasional yang ditentukan di Laut Merah dan Laut Arab, Bab al-Mandab, dan Teluk Aden."
Aljazirah Arabia melansir,Saree menjelaskan bahwa hal ini terjadi setelah berakhirnya batas waktu yang diberikan oleh pemimpin kelompok tersebut, Abdul-Malik al-Houthi, kepada mediator “untuk mendorong dan menekan musuh Israel agar membuka kembali penyeberangan dan mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza.”
Pernyataan tersebut menekankan bahwa “setiap kapal Israel yang mencoba melanggar larangan ini akan dijadikan sasaran di wilayah operasional yang dinyatakan,” dan menegaskan bahwa “larangan ini akan tetap berlaku sampai penyeberangan ke Jalur Gaza dibuka kembali dan bantuan, makanan, dan obat-obatan diizinkan masuk.”

Sementara itu, Gerakan Jihad Islam mengatakan mereka memuji keputusan kelompok Ansar Allah untuk “melanjutkan operasi terhadap kapal-kapal milik entitas Zionis.” Mereka menilai bahwa hal ini “mewakili langkah berani yang bertujuan untuk menekan entitas tersebut dan sponsornya untuk membuka kembali penyeberangan dan mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza yang terkepung.”
Jumat lalu, kelompok Hamas juga memuji keputusan kelompok Ansar Allah yang memberikan Israel tenggang waktu empat hari sebelum melanjutkan operasi angkatan laut jika terus mencegah bantuan memasuki Jalur Gaza. Gerakan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan kelompok tersebut “merupakan perpanjangan dari dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama perang pemusnahan di Gaza,” dan menyerukan komunitas internasional dan PBB untuk mengambil tindakan segera untuk menghentikan kejahatan kelaparan yang dilakukan oleh pendudukan di Gaza.
Jumat lalu, pemimpin Houthi Abdulmalik al-Houthi mengatakan mereka memberi waktu empat hari kepada pendudukan Israel untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Jika tidak, kelompoknya akan melanjutkan serangannya di Laut Merah.
Al-Houthi menegaskan bahwa “Israel telah melalaikan kewajibannya terkait dengan urusan kemanusiaan,” dan menekankan bahwa para pemimpin Hamas ingin sepenuhnya memenuhi komitmen mereka terkait perjanjian tersebut.
Ancaman Houthi ini terjadi di tengah goyahnya perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang 15 bulan yang menghancurkan di Gaza. Mengkhianati kesepakatan itu, 10 hari lalu Israel mengumumkan pihaknya memblokir masuknya bantuan ke Jalur Gaza. Tak hanya memblokir bantuan, Israel juga memutus aliran listrik ke Gaza. Hal ini berdampak pada fasilitas desalinasi air di Gaza dan akhirnya memicu krisis air bersih belakangan.
Sebelum gencatan senjata di Gaza, Houthi melancarkan puluhan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Laut Arab yang “terkait dengan Israel,” sebagai bagian dari “dukungan dan bantuan” mereka kepada rakyat Palestina di Gaza. Mereka juga meluncurkan rudal dan drone ke wilayah pendudukan Palestina. Ancaman Houthi untuk mengumumkan tenggat waktu tersebut muncul beberapa hari setelah Amerika Serikat menetapkan kembali kelompok tersebut sebagai “organisasi teroris asing” dan menjatuhkan sanksi terhadap tujuh pemimpin seniornya.
Islamic Relief menyebut pemadaman listrik yang dilakukan Israel sebagai “satu lagi tindakan hukuman kolektif yang kejam”. Tindakan tersebut akan menghalangi masyarakat mendapatkan air minum, memaksa rumah sakit untuk tutup, dan menyebabkan wabah penyakit.
“Tidak dapat dihindari bahwa anak-anak dan beberapa orang yang paling rentan di Gaza akan meninggal, kecuali pemerintah internasional memberikan tekanan serius pada Israel untuk mengizinkan pasokan masuk. Kata-kata yang memprihatinkan saja tidak cukup; tindakan segera diperlukan untuk menghentikan orang-orang kelaparan,” kata kelompok tersebut.

Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan persediaan penyelamat jiwa, termasuk obat-obatan, di Gaza semakin berkurang ketika blokade Israel memasuki minggu kedua.
“Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengoperasikan klinik kesehatan keliling, layanan ambulans, rumah sakit lapangan dan mendukung pengelolaan rumah sakit di Gaza. PRCS, seperti banyak organisasi lainnya, kini harus menjatah sejumlah kecil bantuan yang tersisa,” katanya.
“Hal ini menempatkan relawan dan staf kami dalam posisi yang mustahil, di mana mereka terpaksa mengambil keputusan penting di bawah tekanan yang lebih besar,” tambahnya. Banyak organisasi dan dapur di seluruh Gaza yang menyediakan makanan hangat bagi para pengungsi kini berisiko ditutup karena mereka kehabisan persediaan dasar.
Diantaranya adalah minyak goreng, tepung, beras dan kebutuhan pokok lainnya. Orang-orang akan kelaparan dalam beberapa hari mendatang.
Sepuluh hari terakhir ini telah menjadi pengingat akan minggu-minggu awal perang, ketika Israel memblokir segala sesuatu yang memasuki Jalur Gaza. Pasar kehabisan hampir segalanya. Ini mengingatkan kita pada saat kita berada di Khan Younis dan kemudian di Rafah ketika banyak kebutuhan pokok hilang dari pasar.
Di persimpangan Karem Abu Salem, truk-truk, yang berdasarkan perjanjian gencatan senjata seharusnya diisi dengan perbekalan penting, dilarang membawa bantuan kemanusiaan ke Palestina karena militer Israel telah memutuskan untuk menghentikan masuknya semua barang, termasuk makanan, bahan bakar dan pasokan medis. Di sisa-sisa pusat perbelanjaan dan pedagang kaki lima, barang-barang kebutuhan pokok sudah tidak tersedia lagi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.