
Ekonomi
Mengubah Sampah Organik Menjadi Humisoil
Saat ini sudah ada 370 mitra yang tergabung dalam program Kudus Asik.
KUDUS -- Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) terus mengembangkan program Kudus Asik (Apik dan Resik) dengan melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos di Pusat Pengolahan Organik (PPO), Oasis Kretek Factory, Kabupaten Kudus. Saat ini, jumlah sampah organik yang diolah di tempat itu mencapai 38 ton setiap harinya.
Director Communications Djarum Foundation Mutiara Diah Asmara mengatakan, PPO dibangun sejak 2018 sebagai tempat untuk mengolah sampah organik menjadi humisoil atau pupuk organik. Setelah itu, BLDF juga menginisiasi gerakan berbasis digital, Kudus Asik, yang bertujuan untuk mengajak generasi muda terlibat dalam upaya pengolahan sampah di Kabupaten Kudus.
"Melalui gerakan digital Kudus Asik diharapkan menjadi motivasi masyarakat Kudus, khususnya generasi muda untuk dapat berpartisipasi dalam memilah sampah demi menjaga lingkungannya tetap bersih. Kami berharap keterlibatan seluruh elemen masyarakat untuk memilah sampah bisa menjadi bagian dari keseharian," kata Mutiara di Kabupaten Kudus, Rabu (26/2/2025).
Ia menyebutkan, saat ini sudah ada 370 mitra yang tergabung dalam program Kudus Asik. Ratusan mitra yang berasal dari pihak sekolah, rumah makan, hotel, pasar, desa, dan lainnya, itu bertugas memilah sampah organik untuk diolah di PPO. Setelah itu, sampah yang diperoleh dari para mitra itu diolah menjadi pupuk organik di PPO.
Sementara itu, Deputy Program Manager BLDF Redi J Prasetyo menjelaskan, Kudus Asik merupakan sebuah upaya untuk mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Kudus. Melalui, program itu, masyarakat diajak untuk memilah sampah organik, yang memiliki kontribusi besar terhadap timbulan sampah dan membuat sampah yang lain menjadi tidak punya nilai.
Ia menyebutkan, fasilitas yang tersedia di PPO bisa mengolah sampah organik mencapai 50 ton per harinya. Namun, volume sampah yang sudah diolah ke PPO saat ini dalam satu harinya bisa mencapai 150 meter kubik atau 38 ton.
"Per hari rata-rata secara kubikasi itu di angka sekitar 150 kubik, secara tonase di angka sekitar 38 ton perhari," kata dia.
Kendati demikian, Redi mengatakan, pihaknya siap untuk menambah kapasitas mesin apabila diperlukan. Di sisi lain, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi agar mitra dalam program Kudus Asik makin bertambah.
Ia menilai, terdapat beberapa keuntungan bagi warga apabila terlibat dalam program Kudus Asik. Pertama, warga secara langsung tentu mendapatkan layanan penjemputan sampah organik secara teratur. Kedua, sampah anorganik yang tersisa bisa dijual ke bank sampah karena sudah terpilah dari sampah organik.
"Dan ketika sampah organik nanti diproses, nah manfaat tidak langsungnya adalah ini juga kita pakai untuk menghijaukan di Kudus," ujar dia.
Ia menjelaskan, sampah organik yang diolah di PPO itu nantinya akan menjadi humisoil. Menurut dia, humisoil yang dihasilkan itu tidak akan diperjualbelikan, melainkan digunakan untuk mendukung program penghijauan lingkungan, khususnya di Kabupaten Kudus.
"Jadi, untuk prioritas saat ini untuk penghijauan di lahan-lahan kritis yang ada di Kudus," ujar dia.
Ia menyatakan, sepanjang 2018-2024, dari sampah organik yang masuk ke PPO sudah menghasilkan 82.275 meter kubik humisoil. Angka itu setara dengan lebih dari 32 kolam renang berstandar Olimpiade yang berisi air penuh.
Diapresiasi Pemerintah
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kudus Revlisianto Subekti mengaku mengapresiasi program Kudus Asik yang dilakukan oleh BLDF. Menurut dia, program itu merupakan langkah konkret untuk mengatasi masalah persampahan di Kabupaten Kudus.
"Program ini merupakan langkah yang konkret dalam upaya pengelolaan sampah yang efektif dan berlanjutan di Kabupaten Kudus, kengingat permasalahan ini menjadi keluh kesah masyarakat di beberapa tahun terakhir," kata dia.
Ia mengatakan, pengelolaan sampah merupakan sebuah tantangan besar yang dihadapi hampir seluruh daerah di Indonesia. Pasalnya, dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi, produksi sampah akan terus meningkat.
Revlisianto menyebutkan, saat ini volume sampah yang diproduksi masyarakat Kabupaten Kudus dalam seharinya mencapai 170 ton. Mayoritas dari produksi sampah itu disebut masih harus berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo.
"Nah, setelah TPA Tanjungrejo sempat ditutup oleh warga, kami tentunya mencari solusi yang paling manjur. Karena kalau permasalahan sampah ini ditangani seketika tidak akan bisa," kata dia.
Menurut dia, salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam menangani sampah adalah melakukan pemilihan dari hulu. Karena itu, perlu upaya untuk bisa mengedukasi warga agar terbiasa memilah sampah agar bisa diolah menjadi produk yang lebih bernilai.
Pasalnya, TPA Tanjungrejo dinilai tidak akan selamanya bisa menampung sampah. Apalagi, saat ini TPA Tanjungrejo sudah berusia hampir 30 tahun.
"Kami masih ingat tragedi Leuwigajah, di mana gas metan yang ada di dalam timbulan sampah itu meledak sampai menimbulkan korban jiwa. Nah kami tidak ingin seperti itu," ujar dia.
Karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus akan mulai fokus dalam pengolahan sampah dari tingkat hulu. Namun, upaya itu dinilai tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pihak swasta.
Untuk itu, Revlisianto sangat mengapresiasi langkah nyata yang dilakukan oleh BLDF yang telah melakukan upaya pengolahan sampah organik sejak 2018. Menurut dia, upaya itu telah efektif untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA Tanjungrejo.
"Kami sangat mengapresiasi langkah nyata yang dilakukan oleh Djarum Foundation. Djarum Foundation telah menunjukkan komitmen yang luar biasa dalam menciptakan perubahan dengan pemberdayaan warga Kudus dalam pemilihan sampah dan mengeluarnya menjadi produk yang lebih baik. Ini adalah contoh kolaborasi yang baik antara sektor swasta dan masyarakat," kata dia.
Ia menambahkan, Pemkab Kudus berkomitmen untuk terus menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan sampah. Ia berharap, akan makin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya pemilihan sampah serta memanfaatkan sampah yang ada untuk menghasilkan program yang lebih bernilai.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.