Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat. | AP Photo/Matt Rourke

Internasional

Trump Kembali Ancam BRICS

Trump akan menerapkan tarif 100 persen bila BRICS mengganggu dolar AS.

WASHINGTON – Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa negara-negara BRICS dapat dikenakan tarif 100 persen dari Amerika Serikat “jika mereka ingin mengacaukan dolar.” Ini mengulangi ancaman Trump yang sempat ia sampaikan sebelumnya.

“Jika ada perdagangan, tarifnya minimal 100 persen,” katanya pada Kamis waktu AS. Ini menanggapi pertanyaan tentang negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India dan Tiongkok) yang menciptakan mata uang mereka sendiri.

Akhir bulan lalu, Trump memperingatkan negara-negara BRICS agar tidak mengganti dolar sebagai mata uang cadangan, dan mengancam akan mengenakan tarif 100 persen, ancaman yang sama yang ia sampaikan beberapa minggu setelah memenangkan pemilihan presiden pada bulan November lalu.

"Jika negara-negara ini ingin menggantikan dolar, mereka harus mengucapkan selamat tinggal pada perekonomian Amerika yang luar biasa, dan mereka dapat mencari tempat lain untuk melakukan transaksi." 

Dia menekankan bahwa tidak ada kemungkinan BRICS akan menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional, atau di mana pun, dan negara mana pun yang mencoba melakukan hal tersebut akan menghadapi tarif tinggi atau "mengucapkan selamat tinggal pada berurusan dengan Amerika."

Dominasi dolar diperkuat oleh perekonomian AS yang lebih kuat, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan meningkatnya risiko geopolitik. Sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Geoekonomi Dewan Atlantik tahun lalu menunjukkan bahwa dolar masih menjadi mata uang cadangan utama dunia, mengingat euro dan negara-negara BRICS belum mampu mengurangi ketergantungan global terhadap mata uang AS. Ancaman baru Trump terhadap BRICS muncul pada saat ia telah atau berencana mengenakan tarif ke beberapa negara.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, keputusan Indonesia menyatu ke dalam BRICS tidak berarti Indonesia mendukung dedolarisasi. “Kita masuk BRICS bukan berarti kita mendukung dedolarisasinya China dan Rusia, karena ini dua hal yang berbeda. Kembali lagi, inisiatif kita masuk BRICS itu lebih karena mengekspansi mitra dagang kita,” kata Josua dalam acara Pelatihan Wartawan BI di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025). 

Indonesia diharapkan bisa mengambil sisi positif untuk memperluas jaringan dari langkah bergabung dengan BRICS. Terlebih saat ini Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas/ free trade agreement (FTA) dengan Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan. Sehingga ada peluang bagi Indonesia untuk memperluas ekspor serta menggaet investasi yang lebih besar. 

“Meskipun kerugiannya mungkin image-nya, ya. Mungkin bilateral kita dengan AS harus diperkuat juga, kita harus manage (image) juga bahwa kita masuk BRICS bukan mendukung untuk ikutan single currency-nya di BRICS,” ujarnya. 

Lini Masa Perluasan BRICS - (Republika)  ​

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (DPMA BI) Triwahyono menyampaikan pandangannya mengenai fenomena dedolarisasi. Ia menyebut bahwa dedolarisasi berbeda dengan local currency transaction (LCT). 

Ia menerangkan, dedolarisasi artinya antidolar, atau tidak mau bertransaksi dengan menggunakan dolar. Sementara itu, LCT merupakan pilihan yang diberikan kepada pelaku usaha dalam ekspor-impor untuk bertransaksi menggunakan mata uang lokal, yang telah disepakati secara bilateral.

“LCT itu bukan dalam konteks antidolar, tapi memang dalam konteks memberi opsi kepada pelaku usaha untuk tidak tergantung hanya satu mata uang (dolar AS), tapi juga bisa menggunakan mata uang lain (mata uang lokal) dalam melakukan transaksi,” kata Triwahyono.

Ia menyebut, dengan menggunakan LCT, negara-negara yang menyepakati secara bilateral akan mengurangi ketergantungan terhadap dolar. Ia mencontohkan, ketika Indonesia menjalin kerja sama LCT dengan Malaysia, tidak ada kewajiban bagi Indonesia maupun Malaysia untuk menggunakan mata uang dolar dalam transaksi perdagangan. Indonesia dan Malaysia bisa menggunakan rupiah atau ringgit dalam transaksi perdagangan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Peluang RI Melepas Ketergantungan terhadap Dolar AS Setelah Gabung BRICS

Dedolarisasi telah menjadi topik hangat sejak 2022.

SELENGKAPNYA

Memaksimalkan Nilai Tambah BRICS

Indonesia memiliki modal kapabilitas dan keahlian untuk mendapat nilai tambah di BRICS.

SELENGKAPNYA

Indonesia Resmi Gabung BRICS

Partisipasi Indonesia di BRICS merupakan perwujudan dari amanat konstitusi.

SELENGKAPNYA