Mahasiswa Universitas Georgetown berbaris di sekitar kampus saat mereka berunjuk rasa selama demonstrasi pro-Palestina di Washington, Rabu, 4 September 2024. | AP Photo/Jose Luis Magana

Internasional

Trump Keluarkan Kebijakan Tekan Aksi Pro-Palestina

Mahasiswa asing yang ikut aksi pro-Palestina akan dideportasi.

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menelurkan kebijakan represif terhadap aksi pro-Palestina. Ia menandatangani perintah eksekutif yang bakal memicu deportasi bagi mahasiswa asing di AS yang ikut dalam aksi pro-Palestina.

Perintah presiden AS tersebut menginstruksikan badan-badan federal untuk mengidentifikasi otoritas sipil dan kriminal yang tersedia untuk “memerangi antisemitisme”, khususnya dengan mendeportasi penduduk asing – seperti pelajar dengan visa – yang ditemukan melanggar hukum selama protes.

Para pemimpin departemen dan lembaga akan diminta untuk memberikan rekomendasi kepada Gedung Putih dalam waktu 60 hari. Ia juga menginstruksikan Departemen Kehakiman untuk menyelidiki grafiti dan intimidasi pro-Hamas, termasuk insiden di kampus.

Perintah tersebut tampaknya menargetkan pelajar dan aktivis lain yang terlibat dalam demonstrasi pro-Palestina setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan perang Israel berikutnya di Gaza.

“Kepada semua penduduk asing yang bergabung dalam protes pro-jihadis, kami memberitahu Anda: Datang tahun 2025, kami akan menemukan Anda, dan kami akan mendeportasi Anda,” kata Trump dalam lembar fakta setelah menandatangani perintah eksekutif untuk memerangi antisemitisme.

photo
Seorang pengunjuk rasa Universitas Southern California ditahan oleh petugas Departemen Keamanan Publik USC selama pendudukan pro-Palestina di Taman Alumni kampus pada Rabu, 24 April 2024, di Los Angeles. - (AP Photo/Richard Vogel)

“Saya juga akan segera membatalkan visa pelajar semua simpatisan Hamas di kampus-kampus, yang telah dipenuhi dengan radikalisme yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya. Perintah tersebut berjanji bahwa Departemen Kehakiman akan mengadili “ancaman teroris, pembakaran, vandalisme dan kekerasan terhadap orang Yahudi Amerika”.

Ia juga mengatakan akan mengerahkan sumber daya federal untuk memerangi “ledakan antisemitisme di kampus dan jalan-jalan kita” sejak serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

Carrie DeCell, staf pengacara senior di Knight First Amendment Institute di Universitas Columbia, menyebut tindakan tersebut “inkonstitusional”. “Amandemen Pertama melindungi semua orang di Amerika Serikat, termasuk warga negara asing yang belajar di universitas-universitas Amerika,” katanya dilansir Aljazirah.

Partai Republik telah mengancam selama berbulan-bulan untuk menghukum perguruan tinggi yang mengizinkan protes pro-Palestina. Pada bulan Oktober tahun lalu, para petinggi Partai Republik memperingatkan bahwa mereka akan menarik miliaran dolar dana federal dari beberapa universitas paling bergengsi di AS, dan mencabut akreditasi resmi universitas-universitas tersebut, sebagai hukuman bagi universitas-universitas tersebut karena “mengizinkan” protes.

Aksi bela Palestina di Chicago, Amerika Serikat pada Ahad (9/10/2023). - (Palestine Online/X)  ​

Pekan lalu, Trump mengusulkan untuk “membersihkan” seluruh warga Palestina di Jalur Gaza dengan memindahkan mereka ke negara lain. Komentarnya langsung memicu kecaman dan tuduhan bahwa ia pada dasarnya menyerukan pembersihan etnis.

Selama kampanyenya sebagai presiden, Trump berjanji untuk mendeportasi mahasiswa “pro-Hamas” yang berada di sini dengan visa. Pada hari pertamanya menjabat, ia menandatangani perintah eksekutif yang berbunyi: “AS harus memastikan bahwa orang asing yang diterima dan orang asing yang sudah ada di AS tidak memiliki sikap bermusuhan terhadap warga negara, budaya, pemerintah, institusi, atau prinsip-prinsip pendiriannya.”

Kebrutalan Israel di Jalur Gaza selama 15 bulan belakangan telah membuka mata anak-anak muda di Amerika Serikat. Aksi-aksi unjuk rasa mendesak dihentikannya genosida sekaligus mendukung kemerdekaan Palestina kerap digelar di kampus-kampus.

Protes pro-Palestina di kampus-kampus memuncak pada April 2024, seturut rencana Israel menyerang wilayah Rafah di Gaza saat itu. Protes menyebar di Amerika Serikat dan negara-negara lain, sebagai bagian dari protes perang Gaza yang lebih luas yang berlangsung hingga musim panas. 

photo
Polisi menahan seorang pengunjuk rasa di kampus Universitas Emory selama demonstrasi pro-Palestina, di Atlanta, Georgia, 25 April 2024. - (AP Photo/Mike Stewart)

Eskalasi dimulai pada 18 April setelah penangkapan massal di kampus Universitas Columbia. Saat itu pengunjuk rasa menuntut pencabutan investasi universitas tersebut dari Israel atas genosida di Gaza. Lebih dari 3.100 pengunjuk rasa ditangkap di AS, termasuk anggota fakultas dan profesor di lebih dari 60 kampus. 

Pada 7 Mei, protes menyebar ke seluruh Eropa dengan penangkapan massal di Belanda. Lima hari kemudian, 20 perkemahan telah didirikan di Inggris dan di universitas-universitas di Australia dan Kanada.

Tuntutan protes yang berbeda-beda mencakup pemutusan hubungan keuangan dengan Israel, transparansi mengenai hubungan keuangan, diakhirinya kemitraan dengan lembaga-lembaga Israel, dan amnesti bagi para pengunjuk rasa. Universitas menangguhkan dan mengusir mahasiswa pengunjuk rasa, dalam beberapa kasus mengusir mereka dari perumahan kampus. 

Pendudukan kampus oleh mahasiswa pro-Palestina mengakibatkan penutupan Universitas Columbia, Cal Poly Humboldt, dan Universitas Amsterdam. Selain itu pemogokan bergilir yang dilakukan oleh para akademisi di kampus-kampus di California mengakibatkan pembatalan beberapa upacara wisuda universitas di AS.

Aksi Mahasiswa AS Tolak Serangan ke Gaza - (Republika)  ​

Pada 2024, lembaga survei ternama Pew Research Center menyimpulkan bahwa generasi muda Amerika lebih bersimpati kepada rakyat Palestina dibandingkan dengan rakyat Israel. Sepertiga orang dewasa di bawah usia 30 tahun mengatakan simpati mereka sepenuhnya atau sebagian besar terletak pada rakyat Palestina, sementara hanya 14 persen mengatakan simpati mereka seluruhnya atau sebagian besar terletak pada rakyat Israel. 

Generasi muda Amerika juga mempunyai opini yang lebih baik terhadap rakyat Palestina dibandingkan rakyat Israel. Enam dari sepuluh orang dewasa di bawah usia 30 tahun memiliki pandangan positif terhadap rakyat Palestina, dibandingkan dengan 46 persen yang memandang positif rakyat Israel.

Orang dewasa yang berusia di bawah 30 tahun cenderung tidak mengatakan bahwa alasan Israel memerangi Hamas valid dibandingkan orang Amerika yang lebih tua. 

Orang dewasa yang lebih muda juga cenderung tidak dapat menerima tanggapan Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober dibandingkan orang yang lebih tua. Sekitar 46 persen orang dewasa di bawah usia 30 tahun mengatakan cara Israel melakukan responnya tidak dapat diterima, termasuk 32 persen yang menyatakan tindakan tersebut sama sekali tidak dapat diterima. Di antara kelompok usia yang lebih tua, tidak lebih dari sepertiganya menganggap respons Israel tidak dapat diterima.

photo
Mahasiswa melakukan protes di perkemahan di luar Auditorium Kresge di kampus Institut Teknologi Massachusetts, di Cambridge, Selasa, 23 April 2024. - (AP Photo/Charles Krupa)

Kesukaan terhadap pemerintah Israel juga relatif rendah di kalangan anak muda di AS. Hanya sekitar seperempat (24 persen) orang Amerika yang berusia di bawah 30 tahun memiliki pandangan yang baik terhadap pemerintah Israel, dibandingkan dengan setengah atau lebih dari mereka yang berusia 50 tahun ke atas.

Terdapat perbedaan pandangan yang mencolok bahkan di antara kelompok umur orang Yahudi Amerika: Orang Yahudi yang lebih muda lebih kritis terhadap pendekatan perang Israel dibandingkan orang Yahudi yang lebih tua dan memiliki pandangan yang kurang mendukung pemerintah Israel.

Di kalangan generasi muda Amerika, 34 persen mengatakan alasan Hamas untuk melawan Israel benar, sementara 30 persen mengatakan alasan tersebut tidak valid dan 35 persen tidak yakin. Warga Amerika yang berusia lebih tua cenderung tidak menganggap alasan-alasan Hamas untuk berperang sebagai hal yang bisa dibenarkan. Hampir dua pertiga (64 persen) warga Amerika berusia 65 tahun ke atas, misalnya, mengatakan alasan Hamas tidak valid.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Trump Teken Inpres Antisemit untuk Aktivis Pro Palestina, Ormas Yahudi Ini Justru Menentang

Jewish Voice for Peace menentang perintah eksekutif tersebut.

SELENGKAPNYA

Trump Makin Serius Soal ‘Pembersihan Etnis’ di Gaza 

Pihak Israel mulai bersiap melakukan pembersihan etnis di Gaza.

SELENGKAPNYA

Usul Trump Gusur Rakyat Gaza Dinilai Bentuk Pembersihan Etnis

Mesir dan Yordania sudah menolak usulan Donald Trump tersebut.

SELENGKAPNYA

Trump Bakal ‘Bersihkan’ Gaza

Trump cabut larangan pengiriman bom ke Israel.

SELENGKAPNYA