Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat. | AP Photo/Matt Rourke

Internasional

Antisipasi Deportasi Massal WNI dari AS

Donald Trump menjanjikan deportasi besar-besaran dari Amerika.

JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump menjanjikan deportasi besar-besaran terhadap para imigran di negara tersebut. Pemerintah Indonesia bersiap mengantisipasi hal tersebut.

Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM) membentuk tim guna mengantisipasi kebijakan Donald Trump soal deportasi massal imigran bermasalah dari AS. Tim ini bakal mengkaji kemungkinan pemulangan WNI dari AS. 

Tim ini nantinya bakal membantu Kementerian Luar Negeri RI dan bekerja sama dengan Kementerian Imigrasi. Tujuannya menjamin perlindungan terhadap WNI yang bisa saja terkena dampak kebijakan tersebut. 

“Keputusan politik Presiden AS Donald Trump ini harus kita antisipasi lebih awal karena bukan tidak mungkin akan ada WNI kita yang terkena," kata Menteri HAM Natalius Pigai dalam keterangannya pada Jumat (24/1/2025).

photo
President Donald Trump holds up an executive orders after signing it at an indoor Presidential Inauguration parade event in Washington, Monday, Jan. 20, 2025. - (AP Photo/Matt Rourke)

Pigai menyebut sudah mendapatkan informasi ada WNI mulai resah saat kampanye Pilpres AS. Terutama bagi WNI yang surat-surat keimigrasiannya bermasalah.  "Jadi kami sudah bentuk tim namanya Tim Perlindungan Warga Negara melalui Dirjen Pelayanan dan Kepatuhan yang nanti bisa ikut membantu Kemenlu dan berkoordinasi dengan Kementerian Imigrasi juga," ujar Pigai. 

Pigai menjelaskan terdapat cukup banyak WNI yang tinggal di Amerika Serikat dengan status kependudukan bermasalah. Misalnya saja ada yang menetap dengan bekal visa turis, atau menggunakan modus pencari suaka politik tetapi ternyata dokumennya palsu. 

"Ini kejadiannya ada yang  terkait WNI kita juga. Jadi kami ingin memastikan sebelum ini terjadi kita antisipasi lebih awal," ujar Pigai.  Diketahui, Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan janji kampanye politiknya untuk melakukan deportasi yang disebut Trump sebagai yang terbesar dalam sejarah. 

Sehari sebelum acara pelantikannya sebagai presiden Amerika Serikat, di hadapan ribuan pendukungnya di Washington pada 19 Januari 2025, Trump menjanjikan akan memberlakukan pengetatan sektor imigrasi pada hari pertama dia berkantor. 

photo
Muslim dan non-Muslim makan bersama saat berbuka puasa, di tempat penampungan migran di Pulau Randalls, pada Selasa, 9 April 2024, di New York. - (AP Photo/Andres Kudacki)

Menurut perkiraan dari American Community Survey untuk tahun 2015-2019, total populasi imigran Indonesia di Amerika Serikat adalah 96.200 orang. Pada 2020, jumlah warga negara Indonesia (WNI) di Amerika Serikat mencapai 142.000 orang.

Rencana deportasi besar-besaran yang disampaikan Trump memicu ketakutan di berbagai komunitas imigran di AS. Pendeta Homero Sanchez mengatakan dia tidak menyadari betapa dalamnya ketakutan di komunitas imigran Chicago yang dia layani sampai seseorang memintanya untuk menangani penjualan rumah keluarga mereka dan keuangan lainnya jika mereka diambil minggu ini ketika Presiden terpilih Donald Trump mengambil alih jabatan.

Imigran di kota-kota besar telah bersiap melakukan penangkapan massal sejak Trump memenangkan pemilu pada November, namun laporan bahwa serangan pertamanya akan dilakukan di wilayah Chicago telah menimbulkan rasa urgensi dan ketakutan baru.

“Mereka merasa menjadi sasaran karena siapa mereka. Mereka merasa seperti menghidupkan kembali ketakutan yang mereka alami delapan tahun lalu,” kata Sanchez dari Paroki St. Rita dari Cascia di South Side Chicago. “Mereka merasa sesuatu akan terjadi. Ini bukan kota mereka karena ancamannya.”

photo
Muslim dan non-Muslim makan bersama saat berbuka puasa, di tempat penampungan migran di Pulau Randalls, pada Selasa, 9 April 2024, di New York. - (AP Photo/Andres Kudacki)

Sanchez, yang jemaatnya sebagian besar terdiri dari orang-orang keturunan Meksiko sejak tahun 1980-an, mengabdikan Misa Minggu “untuk solidaritas dengan saudara dan saudari imigran kita.”

Beberapa imigran di negara tersebut tanpa status hukum telah memberikan surat kuasa kepada teman-teman terpercaya mereka, membuat rencana untuk mengasuh anak jika terjadi perpisahan dan memasang kamera keamanan di pintu rumah mereka jika agen imigrasi datang. Yang lainnya telah pergi secara sukarela, sebagaimana didorong oleh para pembantu Trump.

Rencana penangkapan deportasi masih berubah-ubah, namun petugas imigrasi federal akan menargetkan lebih dari 300 orang yang memiliki sejarah kejahatan yang mengerikan dan penuh kekerasan setelah Trump menjabat pada hari Senin, kata seorang pejabat pada hari Sabtu, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya karena rencana tersebut belum diumumkan ke publik.

Operasi tersebut akan dipusatkan di wilayah Chicago dan berlanjut sepanjang minggu, tergantung pada potensi penundaan karena cuaca, kata pejabat itu. Suhu di Chicago turun hingga -14,4 derajat Celcius dengan perkiraan suhu dingin sepanjang minggu.

Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS menangkap sebagian kecil dari target mereka dalam operasi semacam itu, meskipun Trump diperkirakan akan menerapkan jaring yang lebih luas dibandingkan Presiden Joe Biden, yang fokusnya untuk menjemput orang-orang yang keluar dari perbatasan sebagian besar terbatas pada mereka yang memiliki riwayat kriminal serius atau menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional. Pemerintahan Biden juga mengakhiri praktik penangkapan massal di tempat kerja, yang biasa terjadi pada masa pemerintahan Trump, termasuk operasi tahun 2019 yang menargetkan pabrik ayam Mississippi.

photo
Migran naik bus yang akan membawa mereka ke pusat pemrosesan setelah menyeberang dari Meksiko ke Amerika Serikat, di Yuma, Arizona, AS, (11/5/2023). - (EPA-EFE/ETIENNE LAURENT)

Para pembantu Trump mengatakan mereka akan menangkap orang lain, seperti pasangan atau teman sekamar, yang bukan target namun kebetulan berada di negara tersebut secara ilegal. Trump mengatakan kepada NBC News pada hari Sabtu bahwa deportasi massal tetap menjadi prioritas utama. Dia tidak memberikan tanggal pasti atau kota di mana hal tersebut akan dimulai, namun dia mengatakan hal tersebut akan segera dimulai.

“Ini akan dimulai sangat awal, sangat cepat,” katanya, seraya menambahkan: “Saya tidak bisa mengatakan kota mana saja karena segala sesuatunya sedang berkembang. Dan saya rasa kami tidak ingin mengatakan kota mana. Anda akan melihatnya secara langsung.”

Kota-kota suaka, yang membatasi kerja sama polisi setempat dengan agen imigrasi federal, telah menjadi salah satu target favorit Trump – terutama Chicago.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat