Safari
Menelisik Lukisan Kaca Cirebon
Lukisan yang berasal dari Cina itu berkembang di lingkungan keraton dan akhirnya menyebar ke masyarakat.
Cirebon punya lukisan kaca. Orang tak akan lupa meski tak selalu ingat. Orang-orang Cirebon amat bangga pada lukisan yang sarat sejarah itu. Lukisan kaca Cirebon yang ada saat ini pertama kali masuk ke Cirebon seiring dengan kedatangan Putri Ong Tien dan kapal-kapal dagang Cina yang merapat ke Pelabuhan Muara Jati.
“Putri Ong Tien datang (ke Keraton Cirebon) membawa banyak hadiah, di antaranya, kaca, cermin, dan keramik,” ujar Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Dari oleh-oleh yang dibawa Putri Ong Tien yang kemudian menikah dengan Sunan Gunung Jati itulah lukisan kaca kemudian berkembang di lingkungan keraton.
Sultan Arief menambahkan, lukisan kaca awalnya memang berasal dari lingkungan keraton. Setelah itu, lukisan kaca ber kem bang dan menyebar ke dalam lingkungan peguron hingga akhirnya ke tengah masyarakat.
Sayangnya, lukisan kaca tertua yang pernah ditemukan di Cirebon tak diketahui secara pasti keberadaannya. Di Keraton Kasepuhan, ada sejumlah lukisan kaca dengan berbagai bentuk. Di antaranya, lukisan kaca “Macan Ali” dan “Insan Kamil”.
Namun, tidak diketahui sejak kapan lukisan tersebut terpasang di sana. Begitu pula dengan tahun pembuatannya maupun nama pelukisnya. “Lukisan kaca itu sudah ada sejak dulu,” tutur Sultan Arief.
Namun, salah seorang pengelola Indah Art Gallery, Hade, menyebutkan, lukisan kaca “Macan Ali” yang ada di Keraton Kasepuhan merupakan salah satu lukisan kaca tertua di Cirebon. Lukisan bergambar seekor macan itu dirunut dari dua kalimat syahadat yang dibuat ber da sarkan kaligrafi Islam.
Cara terbalik
Cirebon bukan satu-satunya pemilik lukisan kaca. Bali dan India juga terkenal dengan lukisan kacanya. Meski sama-sama menggunakan media kaca, ada perbedaan di antara ketiga nya. Khusus untuk lukisan kaca Cirebon, cara melukisnya menggunakan teknik melukis terbalik.
Maka, yang terlihat paling depan dari lukisan kaca Cirebon adalah yang dilukis pertama. Kaca bagian depan itulah yang memperlihatkan detail-detail lukisan yang indah. Sedangkan, kaca bagian belakang, tempat menggoreskan kuas yang sudah dibubuhi cat. “Seperti cermin,” ujar maestro lukisan kaca Cirebon, Rastika.
Katura, seorang maestro batik, menyebut, kerumitan lukisan kaca Cirebon lebih detail ketimbang lukisan kaca India dan Bali. Hal tersebut seperti yang terlihat pada lukisan kaca motif batik dan wayang.
Pelukis kaca Cirebon juga harus memiliki kesabaran selama proses membuat lukisan. Dengan media yang licin, kesabaran harus sudah dimulai sejak membuat konsep awal lukisan. Setelah itu, kesabaran juga dibutuhkan ketika mulai pengisian cat. Pengecatan lukisan yang penuh gradasi warna tersebut harus pula memperhatikan jeda waktu supaya tidak terjadi percampuran warna yang tidak perlu.
“Pelukis harus sabar. Untuk belajar lukisan kaca, dibutuhkan ketekunan,” kata Rastika.
Motif lukisan kaca Cirebon mencerminkan ragam budaya yang memengaruhinya. Gambar kereta paksinagaliman, misalnya. Paksinagaliman merupakan binatang mitologi yang mengambil bentuk paksi (garuda), naga (ular), dan liman (gajah). Ketiga bentuk itu berasal dari tiga kebudayaan, yakni kebudayaan Persia dalam bentuk paksi, kebudayaan Cina dalam bentuk naga, dan kebudayaan India dalam bentuk liman.
Pengaruh Islam yang disebarkan para wali juga membubuhkan jadi ciri khas. Yakni, banyak objek lukisan kaca Cirebon yang berupa kaligrafi berisi ayat-ayat Alquran atau hadis, gambar masjid, Kabah, ataupun burak. “Lukisan kaca pun menjadi media dakwah Islam yang dilakukan generasi penerus Sunan Gunung Jati,” ujar Sultan Arief.
Tak hanya pengaruh Cina dan Islam, tapi objek lukisan kaca Cirebon juga banyak menampilkan wayang. Tokoh wayang yang sering dijadikan objek, diantaranya, Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan Semar. Namun, objek wayang kemudian diisi dengan kaligrafi Islam untuk membantu penyebaran dakwah Islam.
Seiring perkembangan zaman, objek pada lukisan kaca Cirebon pun terus ber kem bang. Seorang maestro batik, Katura, menyebutkan, objek lukisan kaca Cirebon saat ini banyak yang menampilkan motif-motif batik. Hal tersebut seiring dengan semakin populernya batik pada 1980-an. Tak hanya objeknya, tapi gaya lukisan kaca Cirebon semakin berkembang.
Menurut pelukis Toto Sunu, masa kejayaan lukisan kaca Cirebon hanya berlangsung antara dekade 1987 dan 1997. Setelah dekade itu berlalu, kejayaan lukisan kaca pun mulai surut. Dia menyebut, salah satu penyebabnya adalah minimnya perhatian dari pemerintah daerah.
“Sekarang perhatian dari Pemkot Cirebon tidak ada,” ujar Toto. Padahal, menurut dia, saat ini banyak pelukis muda yang memiliki kemampuan yang bagus. Namun, sayang, tidak ada yang mengangkat nasib mereka.
Disadur dari Harian Republika edisi 26 Februari 2012 dengan reportase Lilis Sri Andayani
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Taka Bonerate, Atol Terbesar Ketiga Dunia
Keindahan alami Taka Bonerate bagaikan putri cantik yang belum berdandan.
SELENGKAPNYAKeindahan Tinabo Besar yang Masih Alami
Titik-titik menyelam, snorkeling, hingga berkano mudah dilakukan di Tinabo Besar.
SELENGKAPNYAMereka Riang Menjemput Laut
Petugas konservasi melepas tukik pada sore hari karena menghindari predator laut.
SELENGKAPNYA