Internasional
Banjir dan Kedinginan di Gaza Makin Parah
Kedinginan terus mengancam jiwa anak-anak Gaza.
GAZA – Pertahanan Sipil Palestina melaporkan sebanyak 1.500 tenda pengungsi di Jalur Gaza terendam akibat hujan kemarin. Hal ini menambah nelangsa pengungsi dan mengancam nyawa bayi-bayi di sana.
Aljazirah melaporkan, Pertahanan Sipil Palestina mengatakan air banjir mencapai lebih dari 30 centimeter di tenda-tenda yang terkena dampak. Ini menyebabkan warga Palestina yang mengungsi terkena hawa dingin dan menyebabkan kerusakan pada barang-barang dan kasur mereka.
Layanan darurat mengatakan tenda-tenda yang terletak di daerah-daerah termasuk Kota Gaza utara, Khan Younis selatan, dan juga di Deir el-Balah tengah tidak dapat digunakan karena banjir. Dikatakan ada ratusan tenda lain yang ketinggian air banjirnya di bawah 30 centimeter.
Otoritas Pertahanan Sipil Gaza melaporkan menerima ratusan panggilan darurat dari pengungsi Palestina yang tenda dan tempat berlindungnya terendam banjir akibat hujan lebat. PAra pengungsi memohon bantuan untuk menyelamatkan anak-anak mereka.
“Kru kami hanya dapat mengevakuasi warga dari tempat penampungan mereka yang rusak ke tempat lain yang sebagian besar tidak layak untuk berlindung, dan mereka tetap berada di luar rumah saat hujan dan suhu dingin yang ekstrim,” kata Pertahanan Sipil dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.
Doctors Without Borders memperingatkan bahwa pembatasan yang terus dilakukan Israel terhadap masuknya air, makanan, dan pasokan musim dingin ke Gaza membahayakan kehidupan anak-anak di wilayah yang dilanda perang tersebut.
Kelompok tersebut, yang dikenal dengan akronim Perancis MSF, mencatat bahwa tiga bayi, semuanya berusia di bawah satu bulan, telah dibawa meninggal ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis setelah meninggal karena hipotermia pada 25 Desember.
Dikatakan departemen pediatrik di rumah sakit tersebut telah penuh sejak Juli, dengan lebih dari seperempat pasien dirawat karena sindrom gangguan pernapasan.
“Musim dingin lalu, meskipun orang-orang sudah mengungsi dan kondisinya buruk, masih ada beberapa bangunan untuk berlindung,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF. “Saat ini, setelah 14 bulan perang dan kehancuran infrastruktur, sebagian besar warga Gaza tinggal di tenda-tenda yang tidak mampu menahan angin dingin dan hujan.”
Coissard mengatakan bayi yang baru lahir menghadapi tantangan “langsung dan ekstrim” di Gaza. “Mereka terlantar di musim dingin, tanpa akses yang memadai terhadap kehangatan, tempat berlindung, atau layanan kesehatan, karena Israel terus membom Gaza dan membatasi pasokan penting untuk memasuki Jalur Gaza”.
Pejabat senior Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Wilayah Pendudukan (OCHA), Jonathan Whittall mengatakan pada hari Selasa bahwa otoritas pendudukan Israel telah menolak lebih dari 140 permintaan PBB untuk memasuki Jalur Gaza utara selama dua bulan terakhir.
Dia menjelaskan bahwa tentara pendudukan Israel terus melakukan serangan udara di Jabalia dan sekitarnya, menargetkan rumah sakit dan petugas kesehatan. Dia menambahkan bahwa PBB telah mencoba mencapai Gaza utara selama dua bulan terakhir, namun pihak berwenang Israel telah menolak semua permintaan lebih dari 140 kali.
A severe winter storm battered the Gaza Strip, bringing heavy rain and freezing temperatures, further worsening the suffering of displaced Palestinian families across Gaza, who have been living in makeshift tents and enduring harsh conditions for the past 14 months due to the… pic.twitter.com/ByUp3UNPmX — Quds News Network (QudsNen) December 31, 2024
Whittall mencatat bahwa keluarga-keluarga Palestina di wilayah Jabalia telah hidup di bawah pengepungan Israel selama lebih dari dua bulan.
Pejabat PBB tersebut menekankan bahwa warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Jalur Gaza utara dari daerah-daerah seperti Jabalia, Beit Hanoun dan Beit Lahia hidup dalam kondisi yang sangat sulit di sekitar Kota Gaza.
Pengepungan Israel dan serangan tanpa henti di Gaza Utara – termasuk Jabalia, Beit Hanoon dan Beit Lahiya – telah memaksa puluhan ribu warga Palestina mengungsi. Banyak dari mereka mencari perlindungan di Kota Gaza.
OCHA mengatakan mereka yang berada di Kota Gaza melarikan diri dengan berjalan kaki tanpa membawa barang-barang pribadi dan kini “berjuang untuk memenuhi kebutuhan paling mendasar sekalipun”.
Badan-badan PBB melakukan penilaian kebutuhan di empat lokasi pengungsian darurat yang saat ini menampung lebih dari 1.900 keluarga di Kota Gaza, dan menemukan “kondisi air dan sanitasi yang sangat buruk”, katanya.
Survei tersebut juga menemukan sejumlah kondisi mengenaskan. Diantaranya, terdapat kekurangan toilet dan perlengkapan kebersihan di semua lokasi, sementara limbah dan limbah padat terus menumpuk. Di satu lokasi, masyarakat terpaksa berjalan beberapa ratus meter ke lokasi lain yang sangat padat untuk menggunakan toilet.
Akses terhadap air minum dan air rumah tangga sangat terbatas di semua lokasi. Hanya satu lokasi yang menerima bantuan pangan, sementara tiga lokasi lainnya belum menerima bantuan pangan atau gizi apa pun sejak didirikan pada bulan Desember. Tiga dari lokasi tersebut tidak memiliki akses ke titik medis terdekat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Banjir Rendam Ratusan Tenda Pengungsi di Gaza
Pra orang tua khawatir anak-anak mereka meninggal kedinginan.
SELENGKAPNYAKebiadaban Israel Hancurkan Fasilitas Kesehatan di Gaza
Israel sudah menghabisi semua rumah sakit di utara Gaza.
SELENGKAPNYAEnam Bayi Gaza Meninggal Kedinginan
Sepasang bayi kembar adalah korban terkini kedinginan di Gaza.
SELENGKAPNYAIsrael Serang RS al-Ahli dan al-Wafaa di Gaza Tengah
Israel terus menghabisi rumah sakir-rumah sakit di Gaza.
SELENGKAPNYA