Nasional
Waspada Banjir-Longsor
Banjir bandang tewaskan sepuluh warga di Sumatra Utara.
MEDAN — Memasuki musim penghujan, sejumlah daerah di Indonesia terdampak bencana metrohidrologis. Daerah-daerah diminta mewaspadai fenomena tersebut.
Sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut), sejak Sabtu (23/11/2024) mengalami bencana banjir dan tanah longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya sepuluh orang dikabarkan meninggal dunia akibat banjir, dan tanah longsor, serta dua warga lainnya masih hilang.
Banjir bandang menyapu sejumlah perkampungan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), dan di Deli Serdang. Sedangkan tanah longsor melanda sejumlah perkampungan di Kabupaten Padang Lawas. Laporan resmi BNPB, pada Ahad (24/11/2024), banjir bandang di Deli Serdang terjadi di Dusun Dua, Desa Martelu, di Kecamatan Sibolangit. Banjir bandang melanda perkampungan tersebut sejak Sabtu (23/11/2024).
“Berdasarkan laporan yang diterima, empat warga meninggal dunia. Dan dua warga masih dinyatakan hilang,” begitu dalam laporan BNPB yang diterima wartawan di Jakarta, Ahad (24/11/2024). Dari identifikasi korban meninggal dunia tercatat atas nama Kartini Sitepu (65 tahun), Elsie Nadinda Rahel Simanjuntak (3), Br Ginting (81), Perdamenta (35).
Dua warga yang hilang atas nama Budi Utama Simanjuntak (30) dan Gerge Barus (40). Dari laporan tersebut, juga tercatat sembilan warga mengalami luka-luka akibat terseret arus bandang. Sementara kerugian materil belum dipastikan karena banjir bandang yang menyapu wilayah tersebut masih terus terjadi hingga saat ini. Namun dipastikan sedikitnya empat rumah warga, dan satu rumah ibadah mengalami rusak berat akibat terjangan banjir. Saat ini proses evakuasi dan pencarian warga hilang masih terus dilakukan.
Banjir bandang juga menerjang Kecamatan Sayur Matinggi dan Kecamatan Batang Angkola di Tapsel sejak Sabtu (23/11/2024) dini hari. “Dua korban meninggal dunia dalam peristiwa banjir bandang yang disebabkan intensitas hujan yang tinggi sejak Jumat (22/11/2024),” begitu dalam laporan BNPB. Tiga desa hingga kini, dikabarkan masih terendam banjir di Desa Siunjam Sipange, Desa Huta Padang, dan Desa Hurase. Proses evakuasi warga, pun dikabarkan masih terus dilakukan hingga Ahad (24/11/2024) dengan melibatkan personil TNI, dan Polri.
Sementara itu, bencana tanah longsor melanda warga di Desa Harang Julu, Ulu Sosa, Padang Lawas. Dari laporan sementara ini, empat orang dikabarkan meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor. Satu korban di antaranya adalah balita yang berusia bulanan. Dari data yang dilaporkan oleh BNP empat yang menjadi korban adalah Hermandianto (40), Lila Siregar (32), Azra (7), dan Dwi (5 bulan). Selain korban jiwa, BNPB juga melaporkan tanah longsor membuat tiga orang mengalami luka-luka.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) juga menyebutkan sejumlah desa atau gampong di enam kecamatan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, terendam banjir luapan sungai yang dipicu curah hujan dengan intensitas tinggi. "Kondisi terkini hujan masih deras yang menyebabkan banjir masih merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Pidie,” kata Kepala Pelaksana BPBA Teuku Nara Setia di Banda Aceh, Sabtu.
Ia menjelaskan banjir mulai melanda sejumlah wilayah di Pidie pada Jumat (22/11) sekitar pukul 20.24 WIB. Banjir dipicu hujan deras sehingga debit air sungai daerah setempat meluap ke pemukiman penduduk.
Tak hanya permukiman penduduk, banjir juga merendam jalan nasional Banda Aceh-Medan dan jalan antarkecamatan serta lahan persawahan milik masyarakat. “Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Pidie menyebabkan debit air sungai meluap hingga menggenangi rumah warga, jalan, dan persawahan,” katanya.
Data sementara BPBD Pidie, daerah terdampak banjir meliputi Kecamatan Padang Tiji, Tiro, Glumpang Tiga, dan Mutiara masing-masing satu desa, Kecamatan Kota Bakti empat desa, dan Kecamatan Delima enam desa.
Ketinggian air bervariasi, mulai 60 hingga 80 centimeter. BPBD Pidie telah menurunkan tim reaksi cepat ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi warga yang terdampak banjir serta terus melakukan pendataan daerah dan warga terdampak bencana.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat Provinsi Aceh untuk mewaspadai potensi bencana banjir dan tanah longsor yang dipicu curah hujan tinggi di daerah Tanah Rencong itu.
Prakirawan BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Betsi mengatakan saat ini wilayah Aceh sudah sepenuhnya memasuki musim hujan sehingga warga perlu waspada terhadap berbagai potensi bencana alam. “Waspada potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan lainnya akibat hujan deras secara terus menerus atau dengan durasi lama,” kata Betsi.
Di Yogyakarta, BPBD Kabupaten Bantul telah memberlakukan status siaga banjir, longsor, dan angin kencang hingga 31 Desember 2024, dalam menghadapi potensi ancaman tersebut pada musim hujan. "Sampai dengan 30 November nanti SK -Surat Keputusan- siaga kekeringan berakhir, kemudian untuk SK status siaga banjir, longsor, dan angin kencang itu berlaku mulai 1 November sampai 31 Desember," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Antoni Hutagaol saat dikonfirmasi di Bantul, Sabtu.
Menurut dia, SK status siaga banjir, longsor, dan angin kencang tersebut dikeluarkan mengingat di wilayah ini sudah memasuki musim hujan, yang beberapa kali hujan telah mengakibatkan gerakan tanah atau longsor, pohon tumbang akibat diterpa angin kencang saat hujan deras.
Dia menjelaskan, dalam menyikapi ancaman kejadian dampak cuaca ekstrem tersebut, BPBD Bantul telah menggelar rapat komprehensif dengan mengundang pemerintah desa, kecamatan hingga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai narasumber cuaca.
"Berbagai pemangku kepentingan sudah kita undang, dan langkah selanjutnya adalah sekarang mencoba memetakan dan mengaktifkan pos banjir longsor yang ada di 36 kelurahan, dan satu induk di kantor BPBD," katanya.
Dia mengatakan, pihaknya segera menggelar rapat untuk menghitung apakah tetap mengaktifkan pos siaga banjir longsor dan angin kencang di 36 kelurahan atau lebih maupun berkurang, dengan melihat potensi ancaman kejadian tersebut. "Segera kami rapatkan kira kira tetap 36 desa atau berkurang atau justru bertambah, kita rapatkan untuk kemudian segera kita aktifkan pos siaga tersebut," katanya.
Meski demikian, para relawan forum pengurangan resiko bencana (FPRB) yang ada di kelurahan-kelurahan sudah siap dan mulai siaga di wilayah masing-masing, mengingat intensitas hujan yang sering dalam beberapa hari terakhir ini. "Teman-teman di desa sudah mulai sendiri, belum diaktifkan sudah aktif sendiri, karena dari BMKG sudah menyampaikan situasi seperti ini. Saya lihat di grup kami, desa-desa sudah punya inisiatif untuk mereka aktifkan, sudah berjaga, dan laporan ke kami untuk siaga," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Inovasi Pendanaan untuk Dukung Aksi Iklim Masyarakat
Program iklim yang dijalankan pemerintah memerlukan pendanaan yang besar.
SELENGKAPNYAIndonesia Desak COP29 Lahirkan Pendanaan Iklim yang Adil
Negosiasi pendanaan iklim dinilai berjalan lambat.
SELENGKAPNYAPedoman Pendanaan Iklim Terpadu Bakal Diluncurkan di COP29
Janji negara-negara untuk memangkas emisi masih jauh dari yang diperlukan.
SELENGKAPNYA