Tokoh
Mengenang Lonjakan Karier Sang Jenderal Kutu Buku
Reputasi intelektual dan aksi lapangan Prabowo sudah melegenda sejak lama.
Setelah beberapa kali kalah bertarung di kancah pemilihan presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto akhirnya dilantik sebagai presiden pada Ahad (20/10/2024) kemarin. Tanda-tanda bahwa ia akan menjadi “orang besar” sedianya sudah lama tampak.
Peristiwa pada 1998 yang berujung pemberhentiannya dari kemiliteran barangkali lebih sering diingat berbagai pihak. Terlepas dari itu, ia memang sama sekali bukan perwira biasa. Mantan pemimpin redaksi Republika, Nasihin Masha mencatat lonjakan karier pertama Prabowo saat ia diangkat sebagai komandan pasukan elite TNI AD Kopassus dalam tulisannya pada 1995.
Pada awal Desember 1995 itu, Prabowo dinaikkan pangkatnya dari kolonel ke brigadir jenderal (brigjen). Beberapa hari kemudian, ia resmi diangkat sebagai komandan Kopassus.
Naiknya Prabowo kala itu sempat menjadi gunjingan. Ini karena Prabowo adalah menantu Presiden Suharto. Putra begawan ekonomi Indonesia, Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo, itu mempersunting Siti Hediyati Hariyadi -- putri kedua Pak Harto -- pada Mei 1983. Pasangan tersebut saat itu telah dikarunia seorang anak laki-laki. Namun, di kalangan ABRI, naiknya pria kelahiran 17 Oktober 1951 itu bukanlah hal yang mengejutkan. "Wajar dan memang pantas," tutur seorang perwira tinggi berbintang dua.
Gunjingan tentang kenaikan Prabowo sudah beredar di masyarakat sejak lama, termasuk di lingkungan ABRI. Tak aneh. Selain karena ia adalah menantu Presiden, pria berkulit kuning dan berwajah baby face ini pun dikenal sebagai prajurit yang memiliki sederet prestasi. Tak hanya pengalaman penugasan lapangan yang membuktikan itu. Tapi juga pendidikan dan kemampuan intelektualnya.
Prabowo pernah mengalami kenaikan pangkat luar biasa setelah sukses dalam operasi di Timor Timur, kini Timor Leste. Ia berhasil menembak Presiden Fretilin Nicolao Lobato dalam operasi khusus di Timor Timur pada 1976-1978. Ia pun berhasil menyergap Panglima Angkatan Bersenjata Fretilin Guido Soares, serta anggota Komite Sentral Fretilin Somotxo dan Komandan Sektor Fretilin Koliman. Batalyon 328 Kostrad yang dipimpinnya di Timtim pada 1988-1989 terpilih sebagai batalyon terbaik dan memperoleh tanda penghargaan Bala Yudha Perkasa.
Dilihat dari pengalamannya di lapangan, terlihat bahwa Prabowo memang benar-benar orang pasukan. Baru empat bulan menikah ia sudah harus bertugas ke Timtim. Bahkan sempat hilang selama 12 jam. Pengabdiannya selama 21 tahun seluruhnya berada di pasukan. Lulusan Akademi Militer 1974 ini baru bertugas di dua lingkungan: Kopassus dan Kostrad, masing-masing 15 tahun dan enam tahun. Dengan demikian ia sudah mengenal benar seluk-beluk Kopassus. Apalagi sebelumnya ia menjadi wakil komandan yang disandangnya selama 14 bulan.
Pria dengan tinggi 167 sentimeter dan berat badan 63 kilogram ini telah empat kali diterjunkan dalam operasi di Timtim. Selain itu, ia juga terjun dalam operasi di Irian Jaya (kini Papua dan Papua Barat) juga di Aceh. Dengan demikian, dari tiga daerah operasi yang ada di Indonesia, Prabowo telah merasakan semuanya. Seorang perwira menengah melihat bahwa Prabowo merupakan prajurit sejati. "Kepemimpinan yang bagus, kemampuan lapangan yang teruji dan intelektualitasnya tinggi," katanya.
Keberhasilan Prabowo di lapangan tidak lepas dari kepemimpinannya yang bagus. Selalu tampil di depan, memperhatikan kesejahteraan anak buah seperti kondisi makanan maupun perlengkapannya. Masalah kamar mandi maupun dapur juga tak luput dari perhatiannya. "Hidupnya untuk kepentingan prajurit dan satuan," kata perwira menengah itu. Sebagai contoh saat Operasi Jaring Dua di Aceh. Dua kompi Batalyon 328 Kostrad yang dipimpinnya ditugaskan ke sana. "Ia sendiri yang memimpin penerjunan itu. Padahal untuk setingkat dua kompi kan bisa saja diwakilkan. Tapi dia pimpin sendiri," katanya.
Selain dikenal sebagai parjurit yang cerdas, Prabowo pun seorang kutu buku. Karena itu, ia sering dianggap sebagai salah satu contoh perwira ABRI yang intelek. Untuk masalah ini Amien Rais, Harold Crouch, maupun Kasad R Hartono berani memujinya secara terbuka. Masih menurut perwira menengah yang tak disebutkan identitasnya tadi, membaca buku bagi Prabowo adalah kenikmatan. "Jika sudah membaca wah...," komentar perwira menengah itu. Karena itu, tak heran bila ia mengkoleksi ribuan buku. Paling tidak ia memiliki dua perpustakaan pribadi: di rumahnya dan di Kopassus. Jika ada kesempatan ke luar negeri, bukan pakaian atau barang elektronik yang dibawa, tapi buku. "Kadang-kadang over weight saat di pesawat," katanya.
Pada akhir 1995, Prabowo mengadakan perjalanan ke Inggris, Prancis, Belanda, dan Singapura. Ia mengadakan kunjungan ke pasukan militer negara-negara tersebut. Kesempatan itu ia manfaatkan juga untuk belanja buku. Dalam satu toko di London, ia memborong sebanyak 30 buku yang tebal-tebal. Saudara kandung pengusaha Hashim Djojohadikusumo ini memiliki perhatian yang kuat terhadap sejarah, politik, ekonomi, biografi, maupun tentang perang. Tapi Prabowo tak menyukai ilmu eksakta. Namun jika ditanya tentang berbagai peperangan, ia mampu menerangkannya.
Tokoh yang ia kagumi adalah Panglima Besar Soedirman. Alasannya sederhana, yaitu kepemimpinan dan keteladanannya. Ia kagum pada saat Yogyakarta diserang Belanda dan paru-parunya tinggal sebelah, Pak Dirman tidak menyerah. Padahal jika menyerah, alasan sakit itu bisa menjadi landasan. "Tapi tidak menyerah dan justru bergerilya. Ini kan luar biasa, ada patriotisme, keteladanan," komentar dia, mengenai Jenderal Soedirman.
Dikenalnya Prabowo sebagai salah seorang perwira ABRI yang intelek tak bisa dilepaskan dari keenceran otaknya. Bukti bahwa dia berotak encer: selepas SMA ia mendaftar tiga perguruan tinggi di AS untuk jurusan ekonomi. Yaitu di Colorado University, George Washington University serta di Rhode Island -- ia diterima di ketiga tempat itu. Sekalipun begitu, ia malah memilih masuk Akabri pada 1970.
Konon, sejak kanak-kanak ia memang menyukai hal-hal yang berbau militer. Ia biasa bermain-main dengan ransel, baju atau peralatan militer peninggalan dua orang pamannya, Letnan Sujono dan Sersan Sabianto, yang gugur bersama Daan Mogot saat revolusi fisik di Tangerang. Pria yang lebih gemar lari dan renang -- ketimbang tenis atau golf -- ini lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di luar negeri. Selama belasan tahun berkeliling tinggal di Singapura, Malaysia, Hongkong, Swiss dan Inggris. Ia baru kembali ke Indonesia pada 1967. Pendidikan SMA ditempuh di London tapi kemudian mengikuti persamaan di Indonesia pada 1968 untuk jurusan B.
Sebagai taruna, ia dikenal sebagai taruna yang berani berbeda pendapat dengan instrukturnya. Kelulusannya pernah terhambat satu tahun karena memperoleh sanksi penurunan pangkat. Ceritanya, saat ada kesempatan cuti ke Yogyakarta, ia memanfaatkannya untuk terbang ke Jakarta mengunjungi keluarganya. Kendati begitu, Prabowo adalah lulusan kedua terbaik. Sehingga ia mendapat kehormatan untuk tampil ke depan dan dilantik langsung oleh Presiden Suharto.
Berkat keenceran otaknya pula maka ia terpilih untuk mengikuti pendidikan di US Army Special Forces di Fort Bragg AS (1980). Ia lulus terbaik (distinguished graduate). Ia juga lulus honor graduate ketika mengikuti pendidikan di US Army Infantry School di Fort Benning AS pada 1985. Ia juga pernah mengikuti pendidikan antiteror GSG-9 Gultor di Jerman Barat.
Selain itu ia pun telah mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1975), Suslapa Infanteri (1984) dan Seskoad (1987). Juga mengikuti pendidikan spesialisasi Kursus Kejuruan Terjun Bebas (1980), Kursus Dasar Para (1975), Latihan Komando (1975), Kursus Kejuruan Dasar Perwira Intel dan Kursus Kejuruan Pandu Udara (1977).
Prabowo dikenal memiliki hubungan yang luas. Hal ini sudah ia lakukan sejak masih perwira pertama. Sebagai contoh pada 1975 -- satu tahun setamat dari Akmil -- ia sudah berani berkonsultasi dengan sesepuh TNI AD Jenderal TNI Purn AH Nasution. "Saat itu ia baru bertugas dari Timor Timur," tutur Bakri AG Tianlean, sekretaris pribadi Pak Nas. Padahal saat itu Pak Nas adalah tokoh yang sedang 'disisihkan'. Keluasan hubungannya dengan berbagai kalangan banyak diakui berbagai pihak. "Prabowo juga memiliki hubungan yang luas dengan militer berbagai negara," puji Kasad Jenderal TNI R Hartono.
Pesan untuk Mengabdi pada Rakyat
“Sing eling dan jangan lupa daratan. Sekarang kamu pengabdi rakyat, dan jangan sekali-kali rakyat menjadi pengabdi kamu. Kata-kata ini yang saya sampaikan pada Bowo.'' Petuah itu dilontarkan begawan ekonomi Indonesia Prof Sumitro Djojohadikusumo pada saat pelantikan Prabowo sebagai komandan Kopassus. Dan yang disebut sebagai Bowo -- sang penerima petuah -- tak lain dari putra kebanggaannya, Brigjen TNI Prabowo Subianto, saat itu berusia 44 tahun, kemarin dilantik sebagai komandan Kopassus, di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur.
Sumitro, di hadapan wartawan, menyatakan itu adalah pesan bapaknya saat ia dulu diangkat menjadi menteri Perindustrian dan Perdagangan, yang kini secara khusus ia lanjutkan pada Prabowo. "Itulah pesan saya pada Bowo yang disaksikan KSAD Pak Hartono. Dan pada Pak Hartono, Bowo saya titipkan."
Pesan Sumitro itu tampaknya mewakili sesuatu yang secara khusus terasa sepanjang acara kemarin: bahwa itu adalah pelantikan yang istimewa. Yang hadir bukan saja KSAD, para menteri, para tokoh militer, dan mantan Komandan Kopassus, namun juga para pengusaha besar dan tokoh agama. Tak kurang dari antara lain Prof Dr Emil Salim, Akbar Tanjung, Sudwikatmono, Prayogo Pangestu, Bambang Trihatmojo, dan Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais menghadiri acara pelantikan dan memberi ucapan selamat pada Komandan Kopassus baru ini.
Upacara serah-terima jabatan dari dari komandan yang lama, Mayjen TNI Subagyo Hadi Siswoyo (49) berlangsung khidmat. Dengan tegas, Prabowo menyatakan siap melakukan tugas memimpin Komando Pasukan Khusus ke-15. Usai pelantikan, Prabowo menuju tribun, tempat kedua orangtua dan kakaknya duduk. Setelah dipeluk ibunya, ia mencium tangan Prof Sumitro Djojohadikusumo, sebelum kemudian berangkulan dengan kakaknya Hashim Djojohadikusumo. Sementara itu, istrinya Siti Hediyati Prabowo dan anaknya, Didit, menunggu di ruang Flamboyan beserta ibu-ibu Persit Kartika Chandrakirana.
Usai menerima ucapan selamat dari keluarga, Prabowo pun meluangkan waktu 35 menit untuk menyalami satu persatu tamu yang duduk di barisan depan. Tampak berulang kali ia mencium tangan para kyai yang hadir di antara undangan. Bahkan Wiyogo Admodarminto, mantan gubernur DKI, pun dipeluk dan dicium tangannya. "Ini bekas gubernur saya," ucapnya.
Mantan KSAD Jenderal Purn Wismoyo Arismunandar, yang agak terlambat datang, ketika menyalami Prabowo sempat berkomentar. "Selamat ya, kamu memang pas." Ketika ditanya wartawan apa yang dimaksudkannya dengan 'pas', Wismoyo dengan bersemangat mengatakan, "Pokoknya pas segalanya." Sementara KSAD Jendral TNI R. Hartono, ketika dikepung wartawan, menyatakan Prabowo memang figur paling ideal untuk menempati posisi strategis tersebut.
"Saya tidak bermaksud untuk melebih-lebihkan apa yang ada. Tapi terus terang, dilihat dari kebutuhan saat ini dan masa datang, Prabowo adalah calon terbaik untuk jabatan komandan Kopassus. Yang lain juga sesuai, tapi yang paling sesuai adalah Prabowo," katanya. Hartono juga menekankan bahwa penunjukan ini tak berhubungan dengan kenyataan bahwa Prabowo adalah menantu Presiden. "ABRI tak akan terpengaruh oleh pendapat-pendapat pribadi atau kelompok semacam itu," ujarnya.
Menurut KSAD pula, kalaupun karier Prabowo tampak melejit -- ia lulusan AKABRI tahun 1974, dan sudah mencapai posisi sepenting komandan Kopassus -- itu karena prestasinya yang gemilang. "Ia pernah mendapat kenaikan pangkat luar biasa karena prestasinya di Timtim," kata KSAD. "Itu yang membuatnya cepat naik." Hartono juga menolak anggapan bahwa Prabowo diangkat sebagai komandan Kopassus karena ia akan dipromosikan menjadi KSAD dan kemudian menjadi Pangab. "Anggota ABRI hanya berpikir, laksanakan tugas, dan pimpinan yang akan menilai. Tidak ada itu cerita tentang calon KSAD atau calon Pangab." Prabowo sebelum ini, selama 14 bulan telah menjabat sebagai wakil komandan Kopassus.
Salah seorang undangan yang hadir adalah Rui Emiliano Teixeira Lopez. Putra Timor-Timur dari seorang warga Portugis ini kepada Republika mengaku pernah sama-sama berjuang dengan Prabowo di provinsi termuda di Indonesia itu, sekitar bulan Agustus 1976. Menurutnya, saat itu ia menjadi komandan Partisan yang bertempur bersama Prabowo yang kala itu masih menjabat sebagai komandan Manggala berpangkat letnan dua. "Kami pernah terjepit dengan sisa pasukan tinggal lima orang, dan kehilangan kontak dengan sisa pasukan," cerita Rui. "Namun dengan kemampuannya memimpin, kami akhirnya selamat." Karena itu, menurut Rui lagi, meski hanya mengenal Prabowo di lapangan, ia percaya bekas rekan seperjuangannya ini memiliki kualitas yang dibutuhkan sebagai pemimpin.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pembebasan Palestina Bergema di Pelantikan Prabowo
Presiden Prabowo menjanjikan dukungan Indonesia atas kemerdekaan Palestina.
SELENGKAPNYAJanji Prabowo untuk Wong Cilik
Prabowo juga menjanjikan swasembada pangan dan energi serta penghapusan korupsi.
SELENGKAPNYAJokowi Serahkan 'Mimpi Besar Bangsa' ke Prabowo
Jokowi langsung pulang ke Solo usai pelantikan Prabowo Subianto.
SELENGKAPNYA