Suasana Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024 di Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Rabu (16/10/2024). | Kamran Dikarma/Republika

Nasional

Saat Dalang Cilik Adu Ketangkasan Berwayang Kulit 

Festival dalang telah rutin digelar sejak 2015.

Oleh Kamran Dikarma

Usia Reiffel Priya Wahyana baru 10 tahun. Namun tangannya yang mungil sudah cukup tangkas memainkan wayang kulit beragam ukuran. Reiffel adalah satu dari lima dalang cilik yang berpartisipasi dalam Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024.

Pagi itu, Rabu (16/10/2024), Reiffel membawakan lakon Bimo Meguru. "Ini cerita tentang Brotoseno mencari jati dirinya," ujarnya ketika diwawancarai Republika di tempat pagelaran Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024 di Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh, Kota Semarang.

Selama hampir satu jam, dengan iringan gamelan dan lantunan nyanyian sinden, Reiffel membawakan lakon Bimo Meguru. Di genggamannya, setiap karakter wayang menjadi hidup. Tangannya pun cekatan mengendalikan berbagai peralatan pewayangan di sekelilingnya, mulai dari cempala tangan hingga keprak.

Sebagai dalang, Reiffel dituntut untuk bisa membawakan setiap karakter dalam lakon pilihannya. Salah satu teknik yang harus dikuasainya tentu membedakan suara dari masing-masing karakter. Meski pembagian suara masih kurang begitu kentara, penampilan Reiffel tetap memukau para hadirin dan dewan juri.

Selayaknya dalang, dalam penampilannya, Reiffel yang merupakan siswa kelas 5 di SD Islam Al-Azhar 14 Semarang, berbusana beskap, blangkon, dan menyelipkan keris pada ikat pinggangnya. Dia mengungkapkan, ketertarikannya pada dunia wayang dimulai ketika usianya delapan tahun.

"Dulu itu, waktu lagi nyari program kartun malam-malam di tv, tiba-tiba lewatin (saluran) TVRI Jateng dan ada wayangan. Pas itu saya lihat kok bagus," kata Reiffel.

Ketertarikan Reiffel pada pewayangan kemudian didukung keluarganya. Dia pun dimasukkan ke Sanggar Ponokawan, yang berlokasi di Jalan Kalicari Tengah, Semarang. Reiffel mengungkapkan, sebelum mengikuti Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024, dia sudah pernah mengikuti dua lomba dalang.

Kemampuan Reiffel sebagai dalang cilik terbilang sudah memperoleh pengakuan. Karena dia beserta empat kontestan lainnya berhasil masuk ke babak grand final Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024.

Selain Reiffel, peserta lainnya yang turut berkontestasi di babak grand final adalah Yusuf Wikrama Tungga (9 tahun). Siswa kelas 4 di SD Islam Hidayatullah Semarang itu membawakan lakon Gatotkaca Lahir.

Berbeda dengan Reiffel, dalam penampilannya, Yusuf lebih agresif. Beberapa kali dia melontarkan dan memutarbalikkan wayang kulitnya ke udara, kemudian dengan cergas menangkapnya kembali. Saat menuturkan karakter dalam lakonnya, Yusuf juga sesekali memekik guna memberi penekanan atau penegasan.

Sama seperti Reiffel, penampilan Yusuf juga memukau hadirin dan dewan juri. Yusuf mengungkapkan mulai mempelajari ilmu perdalangan ketika duduk di kelas 2 SD. Dia mengatakan, kakeknya adalah sosok yang memperkenalkannya pada dunia pewayangan.

"Kan eyangku ikut dukung acara malam Jumat kliwon, terus aku tertarik ngelihat. Terus aku bilang, 'Eyang aku kepingin jadi dalang eyang'. Terus aku dibeliin wayang," ucap Yusuf.

Oleh keluarganya, Yusuf kemudian dimasukkan ke Sanggar Sindhu Laras Bocah Semarang. Terkait partisipasinya di Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024, Yusuf mengaku tak mengira bisa terpilih hingga babak grand final.

Yusuf mengatakan tak masalah jika nantinya dia tak terpilih menjadi juara. "Karena juara berapa pun (nanti) dapet wayang," ujarnya dengan ekspresi riang.

Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Sarosa, mengungkapkan, baru tahun ini pihaknya menyelenggarakan festival dalang untuk kalangan anak-anak dan remaja. "Tahun lalu kami penyelenggaraannya masih campur. Sehingga belum dikategorikan anak dan remaja. Tapi tahun ini dipisahkan antara anak dan dewasa," ujarnya ketika diwawancara di Gedung Ki Narto Sabdo.

Dia mengatakan, festival dalang telah rutin diselenggarakan setiap tahun sejak 2015. "Ini merupakan salah satu unggulan kami untuk pembinaan dan pelestarian seni budaya, khususnya seni pedalangan. Untuk memberikan wadah kepada para generasi muda, anak dan remaja," ucapnya.

Sarosa menjelaskan, dalam babak grand final Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Kota Semarang 2024, terdapat lima kontestan untuk masing-masing kategori. Untuk kategori anak, usia peserta antara delapan hingga sebelum 12 tahun. Sementara usia remaja dimulai dari 12 hingga 15 tahun.

Nantinya, bakal dipilih juara satu hingga tiga pada setiap kategori. "Harapannya nanti yang juara-juara ini bisa maju ke tingkat provinsi dan nasional. Nanti yang mewakili tingkat provinsi adalah yang juara satu (kategori) anak dan remaja," ujar Sarosa.

Dia mengungkapkan, dewa juri yang dilibatkan dalam proses seleksi peserta dan penentuan juara melibatkan berbagai unsur. "Yang dilibatkan dari perguruan tinggi, pelaku seni, dan dari dalang sendiri. Sehingga melibatkan beberapa unsur. Juri juga beberapa unsur, tapi semuanya bisa dalang semua," ucapnya.

Sarosa berharap, dengan rutin diselenggarakan setiap tahun, festival dalang bisa melahirkan dalang-dalang muda dan mahir di Kota Semarang. Dia mengatakan Kota Semarang enggan tertinggal dari Yogyakarta dan Solo dalam proses pembinaan serta pencetakan dalang. "Yogya dan Solo kan gudangnya dalang. Tapi semarang juga tidak mau kalah," ujar Sarosa. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat