Internasional
Jelang Setahun Genosida, 17.000 Anak Gaza Syahid
Sekitar 26 ribu anak-anak Gaza kehilangan orag tua.
GAZA – Israel telah membunuh sekitar 17.000 anak sejak melancarkan perang genosida di Gaza pada Oktober 2023. Sementara puluhan ribu mengalami kekurangan gizi akut.
Ismail al-Thawabta, kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa setidaknya 16.859 anak-anak, termasuk 171 bayi, telah terbunuh oleh mesin perang Israel sejak 7 Oktober.
Dia lebih lanjut menambahkan bahwa “sekitar 25.973 anak-anak Palestina sekarang tinggal di Gaza tanpa salah satu atau kedua orang tuanya karena agresi Israel.” Perang Israel di Gaza telah meninggalkan bekas yang tak tertahankan pada anak-anak di wilayah tersebut, dan memberikan tantangan seumur hidup jika mereka bisa bertahan.
Sebelumnya pada bulan September, UNICEF melaporkan bahwa lebih dari 50.000 anak-anak Palestina di Gaza menderita “kekurangan gizi akut” akibat perang Israel yang sedang berlangsung.
Direktur Gizi dan Perkembangan Anak UNICEF Victor Aguayo menyatakan pada hari Kamis, “Kami memperkirakan saat ini lebih dari 50.000 anak menderita kekurangan gizi akut dan membutuhkan perawatan yang dapat menyelamatkan nyawa.”
Komentarnya menyusul peringatan dari badan pangan PBB, FAO dan WFP, yang menyebut situasi di Gaza sebagai “salah satu krisis pangan dan gizi paling parah dalam sejarah.” “Penting untuk diingat bahwa hampir separuh penduduk Gaza yang menderita kehancuran ini adalah anak-anak,” tegas Aguayo.
Berkaca pada kunjungannya baru-baru ini ke Gaza, ia berkata, “Saya melihat bagaimana perang yang berlangsung selama berbulan-bulan terhadap warga sipil dan pembatasan yang parah terhadap respons kemanusiaan telah menyebabkan runtuhnya sistem pangan, kesehatan, dan perlindungan, dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi gizi anak-anak.”
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan bahwa lebih dari 625.000 anak usia sekolah di Gaza mengalami trauma parah akibat agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Philippe Lazzarini, ketua UNRWA, berbagi di platform X pada hari Rabu bahwa anak-anak Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat telah menghadapi kerugian besar sejak dimulainya agresi Israel di Gaza hampir setahun yang lalu.
“Sementara hampir 625.000 anak perempuan dan laki-laki yang mengalami trauma putus sekolah dan tinggal di reruntuhan di Gaza, banyak anak-anak di Tepi Barat menderita akibat meningkatnya kekerasan yang mengganggu kehidupan dan pendidikan mereka,” kata Lazzarini.
UNRWA menyatakan kekhawatirannya atas peningkatan angka malnutrisi, penyakit, dan kematian yang mengkhawatirkan hampir setahun setelah agresi yang sedang berlangsung.
Badan tersebut mencatat bahwa bahkan sebelum pecahnya perang di Gaza, banyak keluarga berjuang untuk memastikan nutrisi yang tepat bagi anak-anak mereka saat mereka mempersiapkan diri untuk tahun pertama sekolah.
Selain itu, sebuah laporan yang dirilis oleh UNRWA memperingatkan, pada hari Rabu, bahwa perang yang sedang berlangsung di Gaza dapat menunda pendidikan anak-anak dan remaja hingga lima tahun, sehingga berisiko munculnya generasi muda Palestina yang mengalami trauma permanen.
“Anak-anak telah melihat bahwa komunitas internasional akan berdiam diri ketika mereka dibunuh. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi mereka tentang nilai-nilai yang ingin ditanamkan oleh sekolah dan pembelajaran seputar prinsip-prinsip kemanusiaan yang harus dipedomani oleh para guru,” kata laporan tersebut.
Sejak bulan Agustus, UNRWA telah menyediakan layanan pendidikan di tempat penampungan, memberikan manfaat bagi sekitar 8.000 anak.
Grieving family members mourn their son, killed in an Israeli airstrike on Bureij refugee camp, central Gaza. pic.twitter.com/BXLyMSV1qY — Quds News Network (QudsNen) September 30, 2024
Namun, laporan tersebut menekankan bahwa upaya tambahan yang besar diperlukan untuk mengatasi hilangnya pembelajaran yang signifikan, yang telah diperburuk oleh pandemi COVID-19, sebelum agresi Israel di Gaza.
Analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa hanya 3,5 persen dari bantuan yang dialokasikan untuk Gaza ditujukan untuk pendidikan, meskipun ada permohonan kritis dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Citra satelit yang diperiksa oleh Cluster Pendidikan Wilayah Pendudukan Palestina menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen sekolah mengalami kerusakan, dan banyak di antaranya diklasifikasikan sebagai sekolah yang tidak dapat diperbaiki.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Komite PBB: Pembunuhan Anak-Anak Oleh Israel di Gaza Jadi Noda Sejarah
Serangan Israel di Jalur Gaza masih terus berlanjut.
SELENGKAPNYATeruskan Genosida di Gaza, Israel Bakal Dikucilkan
Keanggotaan Israel di PBB layak dipertanyakan.
SELENGKAPNYA18 Ribu Anak Gaza tanpa Perlindungan, Mengais untuk Bertahan Hidup
Anak-anak tanpa orang tua mengalami kemiskina ekstrem di Gaza.
SELENGKAPNYA