Narasi
Gula Aren, Masyarakat Badui, dan Ekonomi Kerakyatan
Permintaan gula aren per pekan saat ini bisa mencapai tujuh ton atau sekitar 28-30 ton per bulan.
Adin (35 tahun), seorang pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) gula aren asli Kabupaten Lebak, Banten, tidak menyangka usahanya bisa semakin berkembang pada 2020. Ketenaran salah satu hasil bumi yang menjadi andalan Lebak ini tidak hanya dilirik oleh konsumen lokal, tetapi juga diekspor ke beberapa negara.
Dia menuturkan, permintaan berbagai olahan gula aren datang dari Singapura, Arab Saudi, Brunei Darussalam, hingga Malaysia. Terbanyak, gula semut atau gula aren bubuk dalam kemasan paling banyak dicari konsumen mancanegara. "Kita sampai kewalahan karena untuk memenuhi semua permintaan dari nasional saja kita cukup sulit. Tapi, seperti permintaan dari Arab Saudi untuk hotel-hotel itu, kita tentukan kuantitas minimal sampai 2 juta stik (kemasan) gula aren per pekan," ungkap Adin di Kabupaten Lebak, Kamis (19/3).
Permintaan gula aren per pekan saat ini bisa mencapai tujuh ton atau sekitar 28-30 ton per bulan. Namun, pegiat UKM di Lebak baru sanggup memenuhi 70 persen saja dari permintaan konsumen. Keterbatasan dalam memenuhi permintaan konsumen, sambung dia, disebabkan oleh hasil bumi gula aren yang terbatas. Pasalnya, baru lima daerah di Lebak yang menjadi penghasil gula aren, yaitu Kecamatan Cijaku, Penggarangan, Cihara, Cibeber, dan Cigemblong. "Gula aren Lebak itu saya bisa bilang adalah gula aren paling enak dari produk aren dari daerah lain karena punya wangi dan manis yang khas," ujar Adin.
Selain hasil panen masih terbatas, Adin juga mengeluhkan proses produksi yang masih menggunakan alat tradisional. Selain itu, pengemasan yang serbamanual membuat proses ekspor tidak bisa efisien. Untuk itu, Adin meminta bantuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten untuk memberikan bantuan alat pengemasan.
Dia merasa layak mendapatkan bantuan tersebut karena gula aren merupakan produk unggulan Lebak. "Permintaan juga lagi tinggi-tingginya karena apa-apa gula semut, minuman boba, atau produk lain. Kita inginkan ada mesin untuk mempercepat pengemasan karena kalau manual saja sulit untuk memenuhi permintaan semuanya," kata Adin.
Adin mengaku bangga produk lokal hasil racikan pelaku UKM bisa memberikan banyak dampak positif, termasuk menyumbang kesejahteraan bagi petani gula aren lokal. Pasalnya, hanya dengan gula arenlah Lebak bisa mengekspor produk, bahkan sampai ke Turki. "Untuk mempromosikan brand kita, mengenalkan banyak olahan aren, seperti sirup sampai permen aren," ujarnya.
Pemprov Banten mengeklaim, pihaknya sedang gencar mendorong aktivitas pelaku UKM agar memiliki komoditas unggulan di daerahnya. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Banten, Tabrani, menyebut beberapa produk ekspor unggulan Banten, meliputi sepatu, tas dan topi bambu, emping, tas kulit ular, serta jahe. Dia menjelaskan, produk ekspor itu tidak hanya masuk pasar Asia, melainkan juga negara Eropa, seperti Prancis, Belanda, Australia, hingga negara di Afrika.
Meski begitu, Tabrani mengakui, gula aren sedang menjadi primadona yang bisa menjadi komoditas ekspor unggulan Banten. "Ada juga produk unggulan yang potensial untuk dieskpor, seperti minuman jahe di Cilegon, gula semut di Lebak dan Pandeglang, kerajinan eceng gondong di Kota Tangerang dan keripik pisang yang bisa diekspor sampai ke Cina," paparnya.
Tabrani menerangkan, pemprov hingga kini telah membantu 800 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan metode daring. Hal itu dilakukan agar pelaku usaha tersebut bisa mendapatkan penghasilan mencukupi untuk memperbesar pasar penjualan. Menurut Tabrani, sudah 572 UKM yang mampu mengakses pemasaran daring di empat platform penjualan daring, seperti Pesona (Pesanan Oleh-oleh Nusantara) JNE Express, Bukalapak, Blibli, serta Blanja.
Dia berharap dengan bantuan teknologi pemasaran daring itu pelaku UKM bisa terangkat. "Bantuan pemprov kepada pelaku UKM juga turut memfasilitasi dan mempermudah izin koperasi baru dan penerbitan akta notarisnya. Juga membantu memfasilitasi sertifikasi halal bagi produk-produk UKM, sertifikasinya itu kan bayar, nah, kita yang bayarin," ucap Tabrani.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.