Nasional
Kekeringan Mulai Melanda, Warga Kesulitan Air Bersih
Ribuan hektare areal persawahan yang tersebar di Kabupaten Subang mengalami kekeringan.
JAKARTA -- Kekeringan mulai melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Dampaknya, warga kesulitan mendapatkan air bersih. Lahan pertanian juga terancam karena kekurangan pasokan air.
Di Jawa Tengah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan Kabupaten Cilacap mulai dilanda kekeringan hingga membuat warga setempat kesulitan air bersih dan diterpa terik matahari. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan di Jakarta, Ahad (10/6/2024) malam, mengatakan, selama beberapa hari terakhir tidak ada hujan yang mengguyur Cilacap hingga mengeringkan sumur atau penampungan air milik warga.
Kondisi kekeringan di Cilacap makin diperparah oleh rata-rata suhu harian yang relatif meningkat berkisar 26-34 derajat celcius tanpa ditutupi awan. Ia menilai fenomena tersebut sebagai pertanda memasuki awal musim kemarau.
"Puncak kekeringan dirasakan warga terjadi pada Sabtu (8/6), dan tim pun diterjunkan melakukan pendataan dan memonitor kebutuhan wilayah terdampak," kata dia.
Pusdalops BNPB mencatat saat ini ada sebanyak 158 keluarga atau 627 jiwa warga yang benar-benar terdampak kekeringan dan membutuhkan air bersih setidaknya untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka adalah warga Desa Ujungmanik di Kecamatan Kawunganten dan Desa Rawajaya di Kecamatan Bantarsari.
Berdasarkan laporan Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap hingga Ahad siang telah didistribusikan 10 ribu liter air bersih sebagai upaya penanganan darurat bagi warga kedua desa itu.
Di sisi lain, ia menyebutkan, BNPB mengapresiasi upaya cepat Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan menetapkan status siaga darurat kekeringan yang berlaku enam bulan ke depan atau hingga 22 November 2025. Menurut dia, status siaga darurat yang diterbitkan oleh Bupati Cilacap tersebut langkah kesiapsiagaan tepat karena akan memudahkan segenap upaya darurat bencana, dalam merespon dampak kekeringan memasuki musim kemarau ini yang berdasarkan prakiraan BMKG akan berlangsung Juni- September 2024.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), Budi Setyawan mengatakan ada enam desa yang telah terdampak kekeringan pada musim kemarau 2024. "Hal ini diketahui dari permohonan bantuan air bersih yang kami terima sejak pertengahan Mei," katanya di Cilacap, Senin.
Ia mengatakan enam desa yang telah terdampak kekeringan itu terdiri atas Bojong dan Ujungmanik di Kecamatan Kawunganten, Cimrutu dan Rawaapu di Kecamatan Patimuan, Gintungreja di Kecamatan Gandrungmangu, dan Rawajaya di Kecamatan Bantarsari.
Menurut dia, total warga yang terdampak kekeringan pada enam desa tersebut mencapai 775 keluarga yang terdiri atas 2.888 jiwa. "Hingga saat ini kami telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 13 tangki atau setara dengan 65.000 liter yang bersumber dari APBD Kabupaten Cilacap," katanya.
Di daerah lain, ribuan hektare areal persawahan yang tersebar di beberapa daerah Pantura Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini. "Sekarang sudah musim kemarau, dan dampaknya sudah terasa di sektor pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Nenden Setiawati.
Sesuai dengan catatan Dinas Pertanian Subang, kekeringan sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir akibat berkurangnya pasokan air untuk sektor pertanian pada musim kemarau. Ada sekitar 2 ribu hektare areal persawahan yang mengalami kekeringan. Sebagian besarnya tersebar di sejumlah daerah Pantura Subang, seperti di wilayah Kecamatan Ciasem dan Kecamatan Blanakan.
Nenden mengatakan bahwa pihaknya telah menyampaikan pengajuan bantuan mesin pompa air ke Kementerian Pertanian. "Kami sudah mengajukan bantuan mesin pompa air ke Kementerian Pertanian agar menyalurkan bantuan 200 unit. Tapi sampai saat ini yang terealisasi baru 95 unit mesin pompa air," katanya.
Ia berharap agar pemerintah pusat segera menambah bantuan mesin pompa air ke Subang, sehingga bisa membantu petani di musim kemarau seperti saat ini. Atas kondisi kekeringan seperti saat ini, para petani tidak bisa berbuat banyak. SeSebagian areal persawahan di wilayah Pantura Subang akhirnya belum bisa dimanfaatkan untuk menanam, dan kini masih menjadi tempat menggembala kambing.
Saat ini, Subang berada di posisi ketiga daerah lumbung padi di Jawa Barat setelah Kabupaten Karawang dan Indramayu.
Luas lahan areal sawah di Subang hingga kini mencapai 89 ribu hektare. Sementara luas panen padi di wilayah Subang rata-rata mencapai 156.298,50 hektare per tahun. Sedangkan rata-rata produksi padinya mencapai 7 ton per hektare.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), menetapkan status siaga kekeringan untuk mengantisipasi kekeringan sebagai dampak musim kemarau tahun 2024.
"Kami sudah siap siaga kekeringan, SK bupati sudah keluar terkait siaga kekeringan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ende Yulius Emanuel Riwu.
Ia menjelaskan sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk membentuk posko siaga kekeringan di daerah itu. Ia menambahkan, potensi kekeringan terjadi di wilayah Kabupaten Ende bagian utara seperti di Kecamatan Maurole, Kecamatan Wewaria, Kecamatan Kotabaru dan Kecamatan Maukaro.
Lebih lanjut ia menjelaskan pihaknya telah diberitahukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) bahwa daerah tersebut telah memasuki peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Namun demikian, lanjut dia, masih terdapat sejumlah kecamatan di Kabupaten Ende yang masih dilanda hujan.
"Kami juga masih wanti-wanti karena keadaan masih hujan, jadi hujan di Kabupaten Ende tidak merata di bagian utara kering sekali, di selatan ini intensitas hujan masih tinggi," katanya.
Pemerintah Daerah Ende mengimbau masyarakat yang masih mengalami hujan untuk mewaspadai potensi dampak hujan seperti longsor. "Untuk hujan saat ini kami tetap mengimbau masyarakat untuk terus hati-hati, terutama yang tinggal di area tebing karena memang kondisi daerah kami topografinya perbukitan," katanya.
Ia juga mengimbau para pengguna jalan untuk meningkatkan kewaspadaan, terlebih saat melintasi Jalan Trans Flores Kabupaten Ende menuju Kabupaten Sikka. "Karena di jalan utama Ende-Maumere rawan longsor, lalu kami imbau sering lihat rilis BMKG untuk lebih berhati-hati," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.