Kabar Utama
Pengungsi Tembagapura Melonjak
Aparat akan menghadapi KKSB di wilayah Tembagapura.
TIMIKA – Jumlah warga sejumlah kampung di distrik Tembagapura yang meninggalkan kampung halaman terus bertambah. Hingga kemarin, jumlah warga yang dievakuasi ke Kota Timika sudah mencapai 1. 572 orang. Mereka berasal dari kampung Opitawak, Kimbeli, Banti 1, dan Banti 2, Tembagapura. Para pengungsi untuk sementara ditampung di tenda-tenda yang ada di halaman Gereja Rehobot, Timika.
Kepala Polda Papua Irjen Paulus Waterpauw menegaskan, aparat keamanan akan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan masyarakat. "Kami akan tindak tegas KKB yang sering kali mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat, " kata dia usai bertemu pengungsi asal Tembagapura di Timika, kemarin. Sebelumnya, jumlah warga yang mengungsi sejak awal Maret ini mencapai 800 warga.
Menurut Waterpauw, saat ini anggota TNI-Polri akan menghadapi para separatis tersebut. Dia meminta dukungan dari warga Mimika. "Kami minta izin dan doa dari masyarakat semua karena anggota akan menghadapi kelompok tersebut," kata dia. Ia menegaskan, aparat keamanan akan mengambil tindakan tegas yang terukur karena kelompok itu menggunakan senjata api.
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob menyatakan, bagi pengungsi yang memiliki sanak keluarga di Timika, pemda akan membantu mengantarkannya. Bila situasi sudah aman maka akan difasilitasi kembali untuk pulang ke kampung halamannya. "Bagi warga yang belum memiliki KTP-el, silakan mengurusnya agar bila kembali sudah memiliki kartu identitas diri," kata Wabup Rettob.
Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) menyebut pengungsi di Timika, Papua, meninggalkan kampung mereka karena adanya tembak-menembak antara aparat keamanan Indonesia dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Masyarakat merasa khawatir akan adanya peluru nyasar mengenai mereka.
"Masyarakat merasa khawatir akan peluru nyasar sehingga mereka menghindar dan turun ke Timika," ujar Ketua Lemasa, Odizeus Beanal, kepada Republika, Senin (9/3).
Ia menjelaskan, masyarakat yang mengungsi ke Timika adalah mereka yang berasal dari kampung Banti I, Banti II, Opitawak, dan Kimbeli. Mereka mengungsi karena adanya kejadian tembak-menembak antara TNI-Polri dan TPNPB di kampung halaman mereka. "Mereka juga sampaikan bahwa jika kondisi keamanan sudah kondusif mereka akan kembali ke kampung halaman mereka," jelas dia.
Menurut Odizeus, para pengungsi itu kini sedang berada dan berlindung bersama sanak saydara mereka di Timika. Mereka, kata dia, mengharapkan perhatian dan dukungan dari semua pihak, baik itu pemerintah, PT Freeport Indonesia, LPMAK, dan yang lainnya.
"Kami sangat sedih akan situasi dan kondisi mereka saat ini karena bukan baru pertama kali terjadi. Namun sudah berulang kali terjadi di kampung halaman mereka dan masyarakat kami selalu menjadi korban," terangnya.
Ia juga meminta semua pihak untuk menahan diri. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan bupati Mimika diminta membentuk Tim Indenpenden untuk melakukan investigasi dalam mencari fakta persoalan yang terjadi di kampung Banti I, Banti II, Opitawak, dan Kimbeli.
"Kami mengharapkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Mimika untuk bersama-sama memberikan dukungan dan perhatian kepada saudara-saudari kami yang terjebak di dalam situasi konflik saat ini," jelas dia.
Aparat gugur
Sementara itu serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) kembali memakan korban di pihak aparat pada Senin (9/3) pagi. Serangan yang dilancarkan terhadap Pos Pamrahwan Jila di Distrik Jila, Timika, Papua, mengugurkan Sersan Sau La Ongge.
Kami akan tindak tegas KKB yang sering kali mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat.Irjen Paulus Waterpauw
Kepala Pendam XVII Cenderawasih Kol Cpl Eko Daryanto mengatakan, Sertu La Ongge meninggal dunia sesaat setelah dievakuasi ke Timika, akibat luka tembak bagian telinga. "Jenazahnya masih berada di RSUD Timika," kata dia, Senin siang. Dari laporan yang diterima Eko, korban sempat dievakuasi dengan menggunakan helikopter milik TNI AD.
Sejak pertengahan Februari, Kabupaten Mimika menjadi daerah rawan setelah KKSB melakukan serangkaian serangan. TNI-Polri pun telah memasang status siaga I karena diduga KKSB lintas wilayah telah berkumpul di Tembagapura, Mimika. Mereka berikrar ingin menguasasi wilayah operasi PT Freeport Indonesia.
Di Distrik Jila, TNI menggelar dua pos pengamanan daerah rawan, yaitu Koramil 1710/5 Jila dan Pos Pamrahwan Batalyon Infanteri 754 Eme Neme Kangasi/III Kostrad. Dua pos itu diisi 22 prajurit TNI AD.
Pada Senin pagi, sekitar pukul 05.00 WIT, para prajurit TNI yang bertugas di kedua pos itu dikejutkan dengan serangan dari arah belakang bukit. Serangan itu mengenai Sertu La Ongge. Seluruh prajurit yang ada di pos kemudian melakukan siaga dan membopong La Ongge ke Pos Pamrahwan Yonif 754 Jila.
Mereka kemudian meminta bantuan helikopter ke Timika untuk segera mengevakuasi Sertu La Ongge. Karena kondisi cuaca yang kurang mendukung, helikopter Penerbangan TNI AD baru bisa diberangkatkan ke Jila pada sekitar pukul 09.20 WIT.
"Sekitar pukul 10.50 WIT korban tiba di RSUD Mimika. Lima menit kemudian dokter menyatakan bahwa prajurit kami sudah meninggal dunia," kata Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Infanteri Pio L Nainggolan, kemarin. Sertu La Ongge mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Sersan Kepala Anumerta.
Sejak Senin, pengamanan pada sejumlah pos rawan di Mimika ditingkatkan. Sejumlah daerah yang dianggap rawan di Mimika yaitu Jila, Jita, Agimuga, Tsinga, dan Aroanop. "Seperti yang sudah kami sampaikan dan perintahkan kepada seluruh jajaran untuk tetap melakukan siaga satu, apalagi setelah adanya kejadian penembakan Pos Pamrahwan di Jila tadi pagi," kata Nainggolan.
Dandim mengatakan, jajarannya masih melakukan penyelidikan terhadap insiden penembakan tersebut sehingga belum bisa dipastikan KKSB dari kelompok mana yang menyerang. "Yang jelas, pelaku penembakan tetap akan kami cari," ujarnya. Meski begitu, tidak akan ada penambahan pasukan secara khusus ke Jila.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.