Medika
Menenangkan Kegaduhan Pelepasan Wolbachia
Nyamuk Wolbachia terbukti efektif menurunkan 77 persen kasus infeksi dengue.
Rencana pelepasan nyamuk Wolbachia di sejumlah kota di Indonesia menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Beredarnya desas-desus miring mengenai nyamuk Wolbachia, tampaknya membuat sebagian masyarakat merasa khawatir.
Menurut informasi yang beredar luas di media sosial, nyamuk Wolbachia dijuluki sebagai nyamuk bionik dan nyamuk Bill Gates yang dapat memunculkan penyakit radang otak. Tak hanya itu, nyamuk Wolbachia juga diklaim sebagai nyamuk hasil dari rekayasa genetik.
Melalui akun Instagram @adamprabata, penggiat edukasi kesehatan, dr Adam Prabata, menjelaskan bahwa informasi-informasi yang beredar tersebut tidak benar. Nyamuk Wolbachia tidak menyebabkan radang otak dan bukan dihasilkan melalui rekayasa genetik.
Nyamuk Wolbachia pada dasarnya merupakan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia. Seperti diketahui, nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang berperan dalam penularan beberapa penyakit, seperti demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, yellow fever, dan zika.
Untuk menginfeksi nyamuk Aedes aegypti dengan bakteri Wolbachia, bakteri Wolbachia tersebut disuntikkan pada telur nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachia merupakan bakteri yang umum ditemukan pada serangga seperti kupu-kupu dan lalat, tidak membuat manusia sakit.
Bakteri ini juga tidak membuat hewan lain, seperti ikan, burung, dan hewan peliharaan, sakit. "Bakteri Wolbachia yang disuntikkan tidak dimanipulasi materi genetiknya. Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia juga tidak dimanipulasi materi genetiknya," ujar dr Adam, seperti dikutip oleh Republika pada Selasa (21/11/23).
Menurut dr Adam, nyamuk Wolbachia bisa menurunkan kasus infeksi dengue atau demam berdarah melalui dua mekanisme. Mekanisme yang pertama adalah nyamuk Aedes aegypti jantan yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia mengawini nyamuk Aedes aegypti betina yang tidak terinfeksi.
Telur nyamuk yang dihasilkan dari perkawinan ini tidak akan menetas, sehingga jumlah nyamuk akan berkurang. Mekanisme yang kedua, bakteri Wolbachia yang ada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti akan berkompetisi dengan virus-virus lain yang mungkin ada di dalam tubuh nyamuk tersebut, seperti virus dengue.
Kompetisi atau "perlawanan" dari bakteri Wolbachia akan membuat virus menjadi lebih sulit untuk memperbanyak diri. "Virusnya susah memperbanyak diri dan akibatnya risiko penularan virus DBD-nya jadi berkurang," kata dr Adam.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta di Yogyakarta, nyamuk Wolbachia terbukti efektif menurunkan 77 persen kasus infeksi dengue (demam berdarah). Nyamuk Wolbachia juga terbukti dapat menurunkan 86 persen angka rawat inap akibat infeksi dengue (demam berdarah). "Risiko pada manusia dan lingkungan akibat nyamuk ini sangat rendah. Penelitiannya juga ada loh di Indonesia," ujar dr Adam.
Sebabkan Radang Otak?
Rencana pelepasan nyamuk Wolbachia di sejumlah kota di Indonesia turut diikuti dengan beredarnya beragam informasi miring seputar nyamuk tersebut. Bahkan, nyamuk yang dijuluki sebagai "nyamuk Bill Gates" ini diklaim dapat menyebabkan radang otak atau Japanese encephalitis. Benarkah?
Nyamuk Wolbachia merupakan sebutan untuk nyamuk Aedes aegypti yang sudah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia. Pelepasan nyamuk Wolbachia di lingkungan bertujuan untuk menurunkan kasus demam berdarah dan angka rawat inap akibat demam berdarah.
"Nyamuk Wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah serta aman bagi manusia dan lingkungan," tulis dr Adam. Akan tetapi, belakangan ini beredar informasi di media sosial yang mengeklaim bahwa nyamuk Wolbachia dapat menyebabkan radang otak atau Japanese encephalitis pada manusia.
Penyakit ini dapat memunculkan gejala, seperti demam, nyeri kepala, muntah, dan terkadang gejala sistem saraf, seperti penurunan kesadaran, kejang, atau gangguan pergerakan. Informasi tersebut sontak memunculkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Tak sedikit pula masyarakat yang merasa takut dan bertanya kepada dr Adam mengenai kebenaran dari informasi tersebut. Secara lugas, dr Adam menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar. "Nyamuk Wolbachia atau nyamuk bionic atau nyamuk Bill Gates tidak menyebabkan radang otak atau Japanese encephalitis," kata dr Adam.
Penyakit radang otak atau Japanese encephalitis bukan disebabkan oleh bakteri Wolbachia, melainkan virus Japanese encephalitis. Selain itu, Japanese encephalitis juga tidak ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, tetapi nyamuk Culex tritaeniorhynchus.
Bakteri Wolbachia ini umum ditemukan di serangga, tapi ngga bisa bikin manusia sakit atau hewan lain sakit.DR ADAM PRABATA, Pegiat kesehatan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Meluruskan Simpang Siur Kontroversi Wolbachia
Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di sekitar 60 persen serangga.
SELENGKAPNYANyamuk Berwolbachia ‘Musuh’ DBD Disebar di Jakarta
Penyebaran nyamuk berwolbachia tersebut diharapkan mampu menekan kasus DBD.
SELENGKAPNYADinkes Kota Bandung Sebarkan Telur Nyamuk DBD Terinfeksi Wolbachia
Keberadaan bakteri dalam nyamuk ini menyulitkan virus DBD memperbanyak diri.
SELENGKAPNYA