Medika
Menikmati Musik Jangan Sampai Merusak Kesehatan Telinga
Batas untuk mendengarkan suara melalui earphone sebesar 85 desibel.
Selebritas terkenal Zaskia Adya Mecca baru-baru ini berbagi pengalaman yang mengkhawatirkan terkait masalah kesehatan telinga putrinya, Kana Sybilla Bramantyo. Zaskia mengungkapkan, awalnya telinga kanan Sybilla mengalami sakit selama sekitar 10 hari dan penyebabnya ternyata adalah penggunaan earphone yang berlebihan. “Bagus dan penting nih ceritanya,” tulis figur publik kelahiran 8 September 1987 itu di Instagram pribadinya, dikutip Jumat (13/10/2023).
Zaskia menyampaikan bahwa dalam beberapa hari terakhir, kondisi telinga putrinya semakin memburuk, meskipun tidak ada benjolan atau luka yang terlihat. Khawatir dengan kondisi tersebut, Zaskia memutuskan untuk membawa Sybilla ke dokter THT (telinga hidung tenggorokan/otolaringologi).
Dalam kunjungan medis tersebut, dokter THT mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Sybilla. Sybilla sering menggunakan earphone, terutama earphone model in-ear. Hasil pemeriksaan dokter THT menunjukkan bahwa dasar telinga Sybilla mengalami iritasi dan luka. Ini membenarkan kekhawatiran Zaskia selama ini terkait penggunaan earphone. “Dilihat dasar telinganya (oleh dokter) iritasi dan luka, penyebabnya, bener aja kekhawatiranku selama ini dari earphone! Terlalu sering dan lama penggunaan earphone bikin telinga iritasi,” tulis Zaskia.
View this post on Instagram
Zaskia menyampaikan pesan penting kepada orang tua dan anak-anak mengenai penggunaan earphone. Dia mengingatkan bahwa penggunaan earphone yang berlebihan dan terlalu lama dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada telinga. Zaskia juga mencatat bahwa penggunaan earphone model speaker dapat menjadi alternatif yang lebih baik. “Baiknya pakai yang model speaker aja,” tulis Zaskia.
Dalam pengalaman lain yang dia ceritakan, seorang pasien berusia 14 tahun mengalami kerusakan pendengaran parah setelah menggunakan earphone dengan volume terlalu keras. Menurut dokter THT, kondisi seperti ini sulit untuk sembuh, terutama jika syaraf pendengaran terpengaruh.
Zaskia mengakhiri pengalamannya dengan pesan agar para orang tua bijak dalam mengizinkan anak-anak mereka untuk menggunakan earphone, airpods, atau earbuds. Dia menyarankan agar anak-anak diberikan pedoman yang bijak dalam penggunaannya, terutama sebelum usia 18 tahun. “Jadi, buibu (ibu-ibu-Red), yuk mulai bijak untuk mengizinkan anak kita punya earphone, airpods, earbuds, kayanya sebelum 18 tahun, ga dulu deh,” tulis Zaskia.
Saat ini, Sybilla sedang menjalani perawatan obat tetes telinga dan dilarang menggunakan earphone selama dua pekan. Pengalaman ini menjadi pengingat penting tentang bahaya penggunaan earphone yang berlebihan dan tindakan preventif yang perlu diambil untuk menjaga kesehatan telinga.
“Sybilla sekarang treatment obat tetes telinga dan dua minggu full nggak boleh pakai earphone. Hmm, kayanya nggak dua minggu nggak bolehnya, dok, kapok,” tulis Zaskia.
Istirahatkan Telinga
Dokter umum dr Madhita Kasoem MSc Aud-vestMed menjelaskan dampak negatif dari mendengarkan musik melalui earphone atau alat pendengar musik lainnya terhadap kesehatan telinga. Terutama, jika menggunakannya terlalu lama.
Saat ditemui dalam acara bincang-bincang di kawasan Jakarta, Senin, dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu menyebut, alat pendengar musik yang langsung terhubung ke telinga lebih berisiko untuk mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan speaker.
Hal tersebut karena suara yang dihasilkan oleh speaker atau pelantang suara memiliki jangkauan yang lebih luas, sehingga telinga tidak secara langsung menerima suara yang dihasilkan oleh alat tersebut. “Sebaliknya, earphone kan langsung suaranya ke telinga semua. Intinya, itu ada pengaruhnya,” kata Madhita.
Beberapa dampak yang mungkin ditimbulkan akibat pemakaian earphone terlalu lama dan volume terlalu tinggi, antara lain, penurunan pendengaran, infeksi telinga, dan lainnya. Dalam kondisi parah, menggunakan earphone juga dapat memicu kecelakaan karena kurang awasnya diri terhadap lingkungan sekitar.
Meski demikian, ia tetap membolehkan penggunaan earphone dalam batasan yang wajar, seperti tidak menggunakannya terlalu lama dan tidak mengencangkan volume. Jika suara dari earphone sudah terdengar oleh orang lain, sebaiknya segera turunkan volume suara, karena hal tersebut menandakan suaranya sudah terlalu tinggi. “Kalau kita mendengarkan earphone, terus orang di samping sudah bisa dengar, berarti itu sudah terlalu keras suaranya,” kata dokter lulusan University College London tersebut.
Berdasarkan aturan dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), batas untuk mendengarkan suara melalui earphone sebesar 85 desibel. Jika melewati batas tersebut selama beberapa waktu, dikhawatirkan hal tersebut dapat memicu gangguan pendengaran, baik bersifat sementara maupun permanen.
Madhita mengatakan, salah satu tanda saat telinga mulai mengalami gangguan, terutama dari pemakaian earphone terlalu lama adalah telinga yang berdenging. Ketika telinga mulai berdenging, sebaiknya kurangi pemakaian earphone untuk menghindari risiko gangguan pendengaran. “Awalnya telinga berdenging, terus lama-lama mulai nggak jelas untuk mendengar, penurunan pendengaran,” kata Madhita.
Selain mendengarkan musik melalui earphone, Madhita juga mengingatkan untuk memperhatikan aktivitas mendengar saat mengunjungi festival musik atau konser. Meskipun tidak menggunakan earphone, suara speaker yang dihasilkan acara-acara tersebut cukup besar dan dapat memengaruhi kualitas pendengaran.
Oleh karena itu, Madhita menyarankan untuk mengistirahatkan telinga saat mengunjungi acara-acara dengan suara keras, misalnya, menepi sejenak ke tempat yang lebih tenang. Setelah beberapa waktu atau dirasa telinga sudah cukup bersitirahat, aktivitas menonton konser atau festival dapat dilakukan kembali. “Istirahatkan dulu, keluar dulu berapa lama. Terus, kita kembali lagi,” kata Madhita.
Selain mengistirahatkan telinga sejenak, pemakaian penyumbat telinga atau ear plug juga dapat dilakukan untuk menjaga telinga dari suara yang terlalu keras. Dengan menjaga telinga dari suara bising, hal tersebut dapat menurunkan risiko gangguan pendengaran yang dapat terjadi pada masa mendatang.
Perhatikan aktivitas mendengar saat mengunjungi festival musik atau konser.DR MADHITA KASOEM MSc Aud-vest Med, Dokter Umum
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.