Geni
Makna Penting 'Ekspor' Film ke BIFF 2023
Ada 15 judul karya sineas Indonesia yang akan tayang di program fokus sinema Indonesia Renaissance of Indonesian Cinema.
Dunia perfilman Indonesia sedang mendapat kabar gembira dengan ikut berpartisipasinya dalam Busan International Film Festival (BIFF) yang diselenggarakan Oktober tahun ini. BIFF menjadi kesempatan bagi film maker Indonesia untuk unjuk gigi di kancah internasional.
Sutradara Mouly Surya mengungkapkan pentingnya bagi para sutradara Indonesia untuk berpartisipasi di berbagai acara festival film internasional. "Menurut saya, kesempatan ini bisa membuka wawasan saya sebagai film maker untuk bangkit istilahnya, dalam arti kata gaya bercerita dan cara pandang mereka terhadap film saya. Karena ini sangat berbeda dengan cara pandang audiens lokal," kata sutradara Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, di kawasan Jakarta Selatan, Senin (2/10/2023).
Selain itu, acara festival film internasional juga sangat penting bagi mereka yang baru berkecimpung dalam dunia perfilman. Selain membuka wawasan baru, festival juga bisa menambah pengalaman dan melihat banyak orang yang menikmati karya mereka.
"Buat film maker baru, sangat penting dengan melihat dan membuka wawasan baru. Apalagi film kita bisa dinikmati banyak orang. Bukan uang bukan segala macam, tapi sangat esensial untuk seorang film maker memamerkan karyanya ke internasional," ujar dia.
Sementara itu, produser 24 Jam Bersama Gaspar, Yulia Evina Bhara, mengatakan, ada tiga alasan mengapa membawa karya lokal ke dunia internasional penting. Pertama, ada sumber keuangan yang bisa diakses dengan pergi ke festival film internasional, tidak hanya datang dari Indonesia.
Kedua, membuka kerja sama baru dengan pihak luar. "Kita bisa kerja sama artistik, maksudnya kolaborasi sekarang bisa sama siapa pun. Untuk bisa kerja sama, ketemunya di mana? Yang pasti ketemu di festival seperti BIFF ini," kata dia.
Terakhir, Yulia menyoroti soal distribusi. Artinya, makin banyak kerja sama yang terjalin, makin banyak kesempatan film Indonesia didistribusikan ke luar negeri. "Kalau biasanya kita impor, ini katakanlah kita ekspor film. Mungkin konteksnya tiga itu untuk para produser ada berbagai macam hal yang bisa di-follow up," kata dia.
Program Khusus
Salah satu festival film bergengsi dan terbesar di Asia, Busan International Film Festival (BIFF), membuat program khusus yang berfokus pada film Indonesia. Program tersebut bertajuk Renaissance of Indonesian Cinema.
Di BIFF 2023, ada 15 judul karya sineas Indonesia yang tayang di program fokus sinema Indonesia Renaissance of Indonesian Cinema. Lima belas film itu terdiri atas film pendek, film panjang, dan serial.
Sementara itu, ada dua film Indonesia yang masuk di program kompetisi, terdiri atas satu film panjang dan satu film pendek, yaitu film panjang karya Yosep Anggi Noen berjudul 24 Jam Bersama Gaspar berkompetisi di program Jiseok dan film pendek berjudul The Rootless Bloom (Rein Maychaelson) berkompetisi di Wide Angle.
View this post on Instagram
Tiga film panjang, Sara (Ismail Basbeth), Ali Topan (Sidharta Tata), dan Women from Rote Island (Jeremias Nyangoen) tayang di program A Window on Asian Cinema.
Sementara itu, film dan serial yang akan tayang di program Renaissance of Indonesian Cinema adalah serial “Gadis Kretek” (Kamila Andini & Ifa Isfansyah), film pendek Basri & Salma in a Never-Ending Comedy (Khozy Rizal), Dancing Colors (M Reza Fahriyansyah), Laut Memanggilku (Tumpal Tampubolon), Vania on Lima Street (Bayu Prihantoro Filemon), Where The Wild Frangipanis Grow (Nirartha Bas Diwangkara), film panjang 24 Jam Bersama Gaspar (Yosep Anggi Noen), Sara (Ismail Basbeth), Perempuan Tanah Jahanam (Joko Anwar), Posesif (Edwin), Ziarah (BW Purbanegara), dan What They Don’t Talk About When They Talk About Love (Mouly Surya).
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, beberapa tahun terakhir kementeriannya bekerja sama dengan pelaku film Indonesia untuk membangun strategi dan ekosistem yang layak. Tujuannya adalah mendukung prestasi dan kehadiran film maker dan karya-karya Indonesia di panggung dunia.
“Berbagai upaya fundamental telah kami lakukan untuk meningkatkan kualitas ekosistem perfilman. Misalnya, ada fasilitasi beasiswa non-degree bagi pelaku perfilman dan Dana Indonesiana yang saya luncurkan sebagai Merdeka Belajar Episode ke-18, kini terbuka untuk dana padanan ko-produksi film internasional,” kata Nadiem.
Tim delegasi Indonesia yang akan berangkat ke BIFF 2023 terdiri atas sineas, panitia, pemerintah, dan media yang berjumlah 50 orang akan mendapat travel grant sebagai bentuk fasilitasi dari Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM).
Beberapa tahun terakhir kementerian bekerja sama dengan pelaku film Indonesia untuk membangun strategi dan ekosistem yang layakNADIEM ANWAR MAKARIM, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek)
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menguak Formula Rahasia Suksesnya Banyak Film Bergenre Kriminal
Perempuan cenderung lebih tertarik pada film dengan kisah kriminal nyata dibandingkan laki-laki.
SELENGKAPNYASaat ‘Kaum Kiri’ Memerangi Film
Kaum kiri sempat memberangus film-film berseberangan di Indonesia.
SELENGKAPNYA