Gaya Hidup
Kunci Anak Tumbuh Tinggi, Bahagia
Guatemala, yang warganya hidup dalam ketidakpastian, merupakan salah satu negara dengan penduduk terpendek di dunia.
Ketika berbicara tentang tinggi badan, para orang tua mungkin berpikir itu bergantung pada gen, pola makan, dan olahraga. Namun, seorang pakar perkembangan dan pertumbuhan manusia menyatakan bahwa jika ingin anak-anak tumbuh tinggi, anak-anak membutuhkan cinta, harapan, dan kebahagiaan.
Dilansir dari Daily Mail, Selasa (19/9/2023), antropolog biologi di Loughborough University, Prof Barry Bogin, menyatakan, kesejahteraan emosional anak muda sangat penting untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan. Tidak dicintai oleh orang-orang terdekat dan tidak adanya harapan akan masa depan menyebabkan stres emosional yang beracun. “Sehingga dapat membahayakan tubuh, termasuk menghalangi hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan tinggi badan,” ujar Bogin.
Manusia, dia melanjutkann, memerlukan keterikatan sosial dan emosional yang kuat, yaitu cinta, antara anak-anaknya dan orang tua. Keterikatan itu diperlukan untuk meningkatkan hampir semua fungsi biologis, seperti pencernaan dan penyerapan makanan ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh yang baik, dan kebahagiaan secara keseluruhan, serta pandangan hidup yang positif.
Bogin yang telah mempelajari bagaimana manusia tumbuh selama hampir lima dekade, mengatakan bahwa negara-negara seperti Guatemala, yang warganya hidup dalam ketidakpastian, kekacauan politik, dan rentan terhadap kekerasan, merupakan salah satu negara dengan penduduk terpendek di dunia. Rata-rata pria Guatemala memiliki tinggi sekitar 163 sentimeter, sedangkan rata-rata wanita tumbuh sekitar 149 sentimeter.
Bogin mengatakan, di sisi lain, Belanda yang memiliki penduduk tertinggi di dunia dengan tinggi laki-laki rata-rata sekitar 183 sentimeter dan perempuan 169 sentimeter memiliki kebijakan yang mendukung kepedulian sosial dan keamanan warga negaranya. “Jika seseorang tidak memiliki keamanan, layanan kesehatan, pendidikan dan khawatir tentang masa depan, lalu tidak memiliki harapan, itulah yang menyebabkan stres kronis dan beracun serta terhambatnya hormon yang mendorong pertumbuhan fisik,” ujar Bogin lagi.
Sebagai bagian dari ulasannya, yang diterbitkan dalam Journal of Physiological Anthropology, Bogin menganalisis catatan sejarah tinggi badan selama hampir dua abad dari tahun 1800-an hingga 1990-an. Periode ini mencakup depresi panjang, periode resesi ekonomi global yang berlangsung dari 1873 hingga 1879.
Selain menyebabkan kesulitan seperti kelaparan dan penyakit, depresi panjang juga merugikan kesejahteraan masyarakat secara global. Data dari catatan sejarah tentang tinggi badan tentara, wajib militer, dan tahanan menunjukkan pria yang lahir di AS pada 1873, memiliki tinggi sekitar tiga senti meter lebih rendah dibandingkan mereka yang lahir pada 1890 atau setelah krisis ekonomi terjadi.
Di Inggris, rata-rata tinggi badan pria juga mengalami stagnasi pada periode yang sama. Ini menunjukkan sedikit peningkatan sebesar satu sentimeter dari 1873 hingga 1880, diikuti oleh penurunan serupa dari 1880 hingga 1890. Setelah itu, rata-rata tinggi badan pria meningkat pesat setiap tahun kelahirannya, dari sekitar 169 sentimeter pada 1890 menjadi 177 sentimeter pada 1960 di AS, dan dari sekitar 167 sentimeter pada 1890 menjadi lebih dari 176 sentimeter pada 1960 di Inggris.
Bogin mengatakan, data ini penting karena tinggi badan merupakan indikator perekonomian yang sensitif pada saat tidak ada data ekonomi, terutama untuk kelas pekerja. Dia mengatakan dalam kasus seperti ini, genetika, pola makan, dan aktivitas fisik tidak dapat menjelaskan perubahan tinggi badan.
Namun, ia juga menambahkan bahwa periode krisis global lainnya, seperti Depresi Besar pada 1930-an serta Perang Dunia Pertama dan Kedua, tidak memiliki dampak yang sama terhadap tinggi badan. Mungkin karena pemerintah Inggris dan Amerika Serikat melakukan pekerjaan umum secara besar-besaran, program yang membuat orang bekerja.
“Mereka tidak menghasilkan banyak uang tetapi memiliki pekerjaan dan penghidupan sangat penting untuk harga diri, dan harapan untuk masa depan. Jadi, menurut saya, ada sikap yang mencerahkan dari pemerintah saat itu,” kata dia.
Jika seseorang tidak memiliki keamanan, dan harapan, hal ini menyebabkan stres kronis dan terhambatnya hormon.PROF BARRY BOGIN, Antropolog biologi di Loughborough University, Inggris.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Orang Tua Menafkahi Anak Hingga Kapan?
Apa kriteria seorang anak tidak wajib lagi diberikan nafkah?
SELENGKAPNYAAnak Anemia Berisiko Jadi Korban Bullying, Kok Bisa?
Sebagian besar kasus anemia, terutama pada anak, tidak menimbulkan gejala
SELENGKAPNYAJangan Ragu Bersiasat Kembangkan Bakat Anak
Kesenian di Indonesia juga bisa mengikuti berbagai tren terkini.
SELENGKAPNYAUrgensi Mitigasi Dampak Polusi Terhadap Anak
Stunting tidak hanya menurunkan imunitas anak, tetapi akan menurunkan kognitifnya juga.
SELENGKAPNYA