
Mujahidah
Hafshah Binti Sirin, Mulianya Si Anak Budak
Semasa hidupnya, Hafshah melahirkan banyak murid yang terkenal dengan keilmuannya
Oleh REJA IRFA WIDODO
Dia dikenal sebagai salah satu tabiin ahli ibadah, ahli fikih, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang Alquran dan hadis. Diketahui sebagai tabiiyah yang berasal dari Kaum Anshar, dia adalah Hafshah binti Sirin. Kedua orang tuanya adalah budak dari para sahabat Nabi Rasulullah SAW. Bapaknya, Sirin, adalah budak dari Anas bin Malik, yang akhirnya menjadi orang merdeka. Ibunya adalah Shafiah, budak Abu Bakar ash-Shidiq.
Sirin dan Shafiah menikah saat Islam sudah berkembang di Madinah. Hafshah pun lahir pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan, tepatnya pada tahun 31 Hijriyah. Kelahiran Hafshah pun diikuti oleh saudara-saudaranya, Muhammad, Yahya, Karimah, dan Ummu Sulaim. Adik Hafshah, Muhammad bin Sirin, juga dikenal sebagai salah satu ahli fikih dan ahli tafsir.

Semenjak kecil, Hafshah memang gemar menuntut ilmu. Dia berusaha menggali ilmu dari para sahabat dan sahabiyah, termasuk dari Anas bin Malik. Hafshah bahkan sudah mampu menghafal Alquran saat usia 12 tahun. Tidak hanya hafal, Hafshah juga menguasai ilmu Alquran dan tafsirnya. Jika mendapatkan kesulitan dalam menafsirkan suatu ayat, maka Muhammad bin Sirin meminta muridnya untuk menanyakan masalah tersebut ke Hafshah.
Diriwayatkan di dalam kitab Sifatush Sofwah (4/24), Muhammad bin Sirin pernah berkata kepada muridnya, "Menghadaplah kalian semua kepada Hafshah, dan bertanyalah kepadanya tentang bagaimana cara ia memahami permasalahannya itu (permasalahan yang bersangkutan dengan Alquran). Sebab, ia bagaikan orang yang telah meminum bahtera keilmuan yang ada dalam Alquran."
Keutamaan dan kemuliaan Hafshah ini juga diakui oleh ulama yang hidup satu masa dengannya. Iyyas bin Muawwiyah pernah berkata, "Aku tidak pernah melihat satu pun orang yang lebih mulia dari Hafshah binti Sirin." Hal senada juga diungkapkan oleh Abu Daud. Ahli hadis terkemuka itu mengatakan, "Dua pemimpin wanita tabiin mereka adalah Hafshah binti Sirin dan Amrah binti Abdurrahman dan setelah mereka berdua adalah Ummu Darda."
Wahai para pemuda manfaatkanlah masa mudamu, sesungguhnya aku tidak melihat amal perbuatan (yang dapat dikerjakan dengan baik) kecuali di masa muda
Salah satu perkataan paling terkenal dari Hafshah adalah saat dia mengingatkan kaum muda untuk bisa sebaik mungkin memanfaatkan waktunya guna beribadah kepada Allah SWT. "Wahai para pemuda manfaatkanlah masa mudamu, sesungguhnya aku tidak melihat amal perbuatan (yang dapat dikerjakan dengan baik) kecuali di masa muda."
Untuk beribadah, Hafshah meninggalkan keteladanan yang luar biasa. Dia memiliki sebuah tempat khusus, seperti mushala, di dekat rumahnya. Hafshah masuk ke tempat itu untuk melaksanakan shalat Zhuhur, dan tidak keluar hingga mengerjakan shalat Subuh keesokan harinya.
Kemudian, saat matahari mulai tinggi dan usai melaksanakan, shalat sunah, dia akan keluar dari tempat itu dan menyelesaikan urusannya. Namun, begitu memasuki shalat Zhuhur, dia akan kembali ke tempat tersebut dan begitu seterusnya. Sebuah riwayat menyebut, kebiasaan ini dilakukan Hafshah selama hampir 30 tahun.

Tidak hanya itu, dia selalu menunaikan shalat malam dan selalu membaca setidaknya separuh Alquran setiap malam. Selain itu, Hafshah mengerjakan puasa selama setahun penuh, kecuali hari-hari yang tidak diperbolehkan melakukan puasa. Hafshah juga disebut memiliki kain kafan. Kain ini dipakai Hafshah saat menunaikan ibadah haji dan saat melakukan ibadah di malam kesepuluh hari terakhir pada Bulan Suci Ramadhan.
Hafshah sebenarnya dikaruniai seorang anak laki-laki, yaitu al-Hudzail. Hudzail sangat berbakti kepada ibunya. Namun, Allah memiliki kehendak lain dan Hudzail wafat. Atas peristiwa ini, Hafshah pun mengenang, "Dia (anakku) memerah susu unta pada pagi hari, kemudian dia mendatangiku dan berkata: 'Minumlah wahai ibu, karena sebaik-baik susu adalah yang berada pada kelenjar susu sejak malam harinya'. Kemudian dia wafat, maka Allah berikan kepadaku kesabaran, walaupun begitu, aku dapati rasa sesak di dadaku, yang hampir aku tidak tenang dengannya."
Hafshah pun kembali berkata, "Tapi pada suatu malam aku pun membaca ayat yang berbunyi 'Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.' (QS an-Nahl: 96), maka sejak saat itu rasa sesak itu hilang."
Hafshah akhirnya wafat pada usia mendekati 70 tahun, tepatnya pada 101 Hijriyah, di Madinah. Semasa hidupnya, Hafshah melahirkan banyak murid yang terkenal dengan keilmuannya seperti Ayub as-Sikhtiyani, Qotadah bin Da'amah as-Sudusi, Hisyam bin Hassan, an Khalid al-Khadza. Hafshah mengambil riwayat hadis dari saudara laki-lakinya, Yahya, dan dari Anas bin Malik, Ummu Athiyah al-Anshariyah, Rubab Ummu Raih, Abu al-Aliyah, Abu Dzibyan Khalifah bin Ka'ab, Rabi' bin Ziyad al-Haritsi, dan Khairah Ummul Hasan al-Bashri.
Disadur dari Harian Republika Edisi 14 Oktober 2016
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pemuda Pemimpin Umat
Saat berusia 15 tahun, Rasulullah mengizinkan Usamah untuk ikut Perang Khandaq
SELENGKAPNYADapur tak Lagi Ngebul karena Beras Mahal
Mendag mengeklaim harga beras mulai turun di sejumlah daerah, meskipun tipis.
SELENGKAPNYAKeluhuran Akhlak Rasul di Penaklukan Makkah
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita berakhlak luhur.
SELENGKAPNYA