Iqtishodia
Menakar Efisiensi Ekspor Sektor Pengolahan ke ASEAN Plus Three
Efisiensi ekspor Indonesia ke negara-negara mitra banyak yang masih rendah.
OLEH Rani Kristi Br Lingga (Alumnus Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB); Dedi Budiman Hakim, Sri Retno Wahyu Nugraheni (Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB)
Salah satu bentuk upaya dalam peningkatan perdagangan internasional di Indonesia adalah kerja sama dalam kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur yang tergabung dalam ASEAN Plus Three (APT). APT merupakan gabungan kawasan negara ASEAN dan tiga negara yang berada di Asia Timur, yaitu Jepang, Korea, dan Cina.
Kerja sama kawasan ASEAN Plus Three didasari oleh krisis ekonomi wilayah Asia pada 1997-2007. Kerja sama yang dijalin mulai 1997, antara lain, mencakup bidang teknologi informasi, wisata, perekonomian, perdagangan, dan yang lainnya (BPS 2023).
Perdagangan internasional berkaitan erat dengan ekspor sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Adanya free trade ASEAN Plus Three dapat menjadi salah satu indikator yang meningkatkan perdagangan internasional antarnegara Asia Tenggara dan Asia Timur untuk mencapai perdagangan yang efisien.
Menurut Noviyani (2019), selisih nilai ekspor aktual dan potensial yang semakin kecil menunjukkan perdagangan suatu negara telah efisien, begitu pula sebaliknya. Analisis mengenai efisiensi ekspor menjadi penting untuk pemerintah dalam menentukan arah kebijakan untuk mencapai ekspor potensial.
Sepanjang periode 2017-2021, nilai ekspor nonmigas terbesar Indonesia ke dunia terjadi pada 2021, yaitu sebesar 219 miliar dolar AS. Sedangkan yang terendah terjadi pada 2017, yaitu sebesar 153 miliar dolar AS.
Ekspor nonmigas mengalami penurunan berturut-turut selama dua tahun pada periode 2019 dan 2020 menjadi sebesar 155,8 miliar dolar AS dan 154,9 miliar yang disebabkan oleh konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Selain itu, dipengaruhi pandemi yang menyebabkan penutupan pabrik dan gangguan rantai pasokan internasional dapat menghambat ekspor nonmigas Indonesia.
Ekspor nonmigas periode 2017-2021 didominasi oleh ekspor sektor pengolahan mencapai sekitar 80 persen setiap tahunnya dari 2017 hingga 2021.
Mayoritas negara-negara yang termasuk ke negara tujuan utama ekspor sektor pengolahan Indonesia periode 2017–2021 adalah negara-negara di kawasan ASEAN Plus Three dengan rata-rata share ekspor sebesar 54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor sektor pengolahan Indonesia ke negara-negara di kawasan ASEAN Plus Three cukup potensial.
Ekspor sektor olahan Indonesia ke kawasan APT memiliki jumlah yang cukup besar, terutama pada komoditas besi dan baja (kode HS 72), benda dari besi dan baja (kode HS 73), tembaga (kode HS 74), nikel (kode HS 75), aluminium (kode HS 76), timah (kode HS 80), perkakas (kode HS 82), mesin/pesawat mekanik (kode HS 84), mesin/peralatan listrik (kode HS 85), dan kendaraan dan bagiannya (kode HS 87).
Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor sektor pengolahan
Berikut merupakan hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three tahun 2017 hingga 2021 dengan metode stochastic frontier gravity model versi technical efficiency model. Hasil estimasi menunjukkan GDP riil Indonesia, GDP riil negara mitra dagang, jarak ekonomi, dan real exchange rate signifikan pada taraf nyata 1 persen. Trade openness menunjukkan hasil estimasi yang signifikan pada taraf nyata 15 persen, sedangkan dummy landlocked menunjukkan hasil estimasi yang tidak signifikan.
Kemudian, GDP Indonesia secara signifikan berpengaruh positif terhadap ekspor sektor pengolahan Indonesia ke ASEAN Plus Three periode 2017-2021. Jika terjadi kenaikan GDP Indonesia, akan berdampak pada kenaikan ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three, (ceteris paribus).
GDP yang tinggi ikut menyebabkan konsumsi domestik yang tinggi. Sehingga, jika negara tidak sanggup memenuhi kebutuhan domestik, akan mendorong impor dari negara lain dalam pemenuhan kebutuhan dan permintaan domestik.
Kemudian, GDP negara mitra negara ASEAN Plus Three secara signifikan berpengaruh positif terhadap ekspor sektor pengolahan Indonesia ke ASEAN Plus Three. Jika terjadi kenaikan GDP negara maka berdampak pada peningkatan ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three (ceteris paribus).
Jarak ekonomi merupakan proksi dari biaya transportasi, jarak berhubungan positif dengan biaya transportasi. Peningkatan biaya transportasi akan menimbulkan biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk kegiatan ekspor sehingga nilai ekspor semakin.
Jarak ekonomi secara signifikan berpengaruh negatif terhadap ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three. Jika terdapat peningkatan jarak ekonomi sebesar satu persen, berdampak pada penurunan ekspor (ceteris paribus).
Real exchange rate (IDR/LCU) dengan nilai signifikan berpengaruh negatif terhadap ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three. Kenaikan real exchange rate berdampak pada penurunan ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three.
Trade openness merupakan proksi dari tarif, dimana semakin besar keterbukaan perdagangan mengindikasikan bahwa hambatan dalam perdagangan semakin kecil. Trade openness secara signifikan berpengaruh positif terhadap ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three. Peningkatan trade opennes akan berdampak pada peningkatan ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three.
Adapun dummy landlocked menunjukkan bahwa landlocked tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada taraf nyata terhadap ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three. Ekspor Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three tidak melihat posisi negara yang terkurung daratan atau tidak, di mana Indonesia masih tetap melakukan ekspor ke Laos karena ada permintaan dari negara tersebut.
Tingkat efisiensi ekspor sektor pengolahan
Berdasarkan pengujian dengan stochastic frontier gravity model menggunakan software stata 15, rata-rata nilai efisiensi ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada 2017 nilai efisiensi sebesar 59.8. Adapun pada 2021 nilai efisiensi sebesar 55.1.
Rata-rata nilai efisiensi ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three 2017-2021 adalah sebesar 0.57. Efisiensi ekspor sektor pengolahan Indonesia belum mencapai kondisi potensial sebesar 0.43.
Dari 12 negara, enam negara memiliki efisiensi di atas rata-rata, yaitu Kamboja, Cina, Korea, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Periode 2017-2021, terdapat lima negara lainnya, yaitu Brunei, Jepang, Laos, Myanmar dan Singapura yang memiliki nilai efisiensi dibawah rata-rata setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa data menunjukkan ekspor Indonesia tertinggi ke Cina, tapi nilai efisiensi ekspor Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three menunjukkan Cina berada pada posisi ketujuh.
Hal itu menunjukkan bahwa ekspor aktual yang tinggi ke Cina sebenarnya masih dapat mencapai nilai yang lebih tinggi. Salah satu penyebab hal tersebut adalah jarak ekonomi yang berhubungan negatif dengan ekspor. Jarak ekonomi Indonesia dengan Cina merupakan jarak terjauh Indonesia dibanding dengan negara-negara pada kawasan ASEAN Plus Three lainnya.
Nilai rata-rata efisiensi ekspor sektor pengolahan Indonesia ke kawasan ASEAN Plus Three sebesar 0.57 dengan nilai inefisiensi sebesar 0.43. Hal ini berarti bahwa efisiensi ekspor Indonesia ke negara-negara mitra banyak yang masih rendah. Hal ini perlu menjadi perhatian lebih bagi pemerintah dalam menyiapkan kebijakan yang selaras dengan peningkatan efisiensi ekspor dalam memperkecil hambatan perdagangan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.