
News
Buruh Daerah Protes Kenaikan Iuran BPJS
Kenaikan iuran dikhawatirkan menurunkan daya beli buruh.
JAKARTA - Serikat buruh di berbagai daerah melakukan aksi unjuk rasa menolak rencana kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kenaikan iuran hingga 100 persen dinilai akan sangat memberatkan dan dapat mengganggu daya beli buruh.
Ratusan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jawa Barat (Jabar) menyuarakan penolakan mereka di depan kantor Pemerintah Provinsi Jabar dan DPRD Jabar. Mereka menggelar aksi dengan berorasi dan membentangkan sejumlah spanduk penolakan kenaikan BPJS.
Ketua KSPSI Jabar Roy Jinto mengatakan, buruh menolak kenaik an iuran karena akan mengurangi pendapatan mereka. Apalagi, kata dia, iuran yang dibayar buruh sebe tulnya naik setiap tahun. "Iuran kami kan ber dasarkan persentase (dengan perusahaan). Kalau UMK (upah minimum kabupaten/kota) naik, iuran juga naik," kata Roy di sela aksi unjuk rasa, Rabu (4/9).
"Iuran kami kan ber dasarkan persentase (dengan perusahaan). Kalau UMK (upah minimum kabupaten/kota) naik, iuran juga naik."Roy, Rabu (4/9).
Menurut Roy, pemerintah semestinya meningkatkan terlebih dahulu layanan BPJS Kesehatan. Selain itu, pemerintah perlu mengaudit secara mendetail terkait penyebab defisitnya keuangan BPJS Kesehatan. Roy berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam menentukan sikap atau aturan tertentu yang berdampak pada penurunan kesejahteraan seluruh pekerja.
Pemerintah telah memutuskan menaikkan tarif iuran bulanan peserta mandiri kelas I dan II JKN-KIS mulai 1 Januari 2020. Iuran kelas I akan naik dari Rp 80 ribu menjadi Rp 160 ribu per jiwa per bulan. Semen tara, iuran kelas II naik dari Rp 59 ribu menjadi Rp 120 ribu.
Iuran peserta penerima bantuan iuran (PBI) yang dibayar pemerintah juga naik da ri Rp 23 ribu menjadi Rp 42 ribu per jiwa per bulan. Iu ran yang tidak naik hanya peserta mandiri yang meru pa kan pekerja bukan penerima upah (PBPU) serta bukan pekerja (BP) kelas III.
Ratusan buruh di Kota Malang, Jawa Timur, bahkan lebih dulu melakukan demonstrasi menolak rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
Mereka yang menamakan diri Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Kota Malang berunjuk rasa di depan Balai Kota Malang, Selasa (3/9). Mereka merasa sangat keberatan dengan rencana kenaikan iuran.
Apalagi, tak semua perusahaan di Kota Malang telah membayar gaji buruh sesuai UMK.
Konfederasi Serikat Pekerja Indone sia (KSPI) menyatakan, ke naik an iuran dapat berdampak pada turunnya daya beli. Presiden KSPI Said Iqbal menyebutkan, iuran pe serta kelas III direncanakan naik dari Rp 25 ribu menjadi Rp 42 ribu. Me nurut dia, jika dalam satu keluarga terdiri atas suami, istri, dan tiga orang anak, masyarakat harus mem bayar Rp 210 ribu dalam sebulan.
"Bagi warga Jakarta dengan standar upah minimum Rp 3,9 juta mungkin tidak memberatkan walaupun me reka juga belum tentu setuju de ngan kenaikan iuran BPJS Ke sehatan," kata Iqbal, di Ja karta, Ra bu.
Menurut Iqbal, ke naik an akan sangat mem beratkan masyarakat di dae rah yang upah mi nimum nya di bawah Rp 2 juta. Mereka diyakini bakal kesulitan untuk membayar iuran itu.
Ia menjelaskan, ke luar ga yang beranggotakan lima orang di daerah dengan upah mi nimum di kisaran Rp 1,5 juta harus mengeluar kan biaya sebesar Rp 210 ribu. "Ham pir 20 persen dari pen da patan dike luar kan untuk mem bayar iuran, katanya.
Kenaikan iuran BPJS Kesehatan diyakini membuat daya beli buruh menurun, apalagi tingkat upah minimum tiap-tiap daerah berbeda.
"Satu hal yang harus disadari, setiap ta hun iuran BPJS Kesehatan yang dibayarkan buruh selalu ada kenaikan," katanya.
Iqbal menjelaskan, iuran BPJS Kesehatan buruh sebesar 5 per sen dari upah. Sekitar 4 persen di ba yar kan pengusaha dan 1 persen diba yarkan buruh. Ketika setiap tahun upah mengalami kenaikan, iuran BPJS yang dibayarkan buruh juga meng alami kenaikan. "Jangan dipikir setiap tahun tidak ada kenaikan," ujarnya.
Untuk menyampaikan penolakannya, KSPI akan melakukan aksi 150 ribu buruh di 10 provinsi pada 2 Oktober 2019. Di Jabodetabek, aksi akan dipusatkan di DPR RI.
Solusi defisit
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut iuran BPJS harus dinaikkan untuk mengatasi makin besarnya defisit keuangan BPJS Kesehatan.
Menurut dia, defisit anggaran yang terus membengkak berpotensi menurunkan kualitas layanan.
Menurut JK, kenaikan iuran BPJS Kesehatan menjadi solusi untuk meningkatkan pelayanan kepada peserta. "Kalau ingin memberikan kesejahteraan teratur dan layak untuk masyarakat, (iuran) harus dinaikkan,"ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu.
JK menyebut kenaikan iuran akan lebih banyak ditanggung pemerintah sebesar 75 persen untuk peserta penerima bantuan iuran (PBI). Sebab, jumlah peserta PBI sekitar 129,81 juta jiwa.
Sementara, kenaikan iuran un tuk peserta pekerja penerima upah (PPU)yang jumlahnya sekitar 50,04 juta akan ditanggung oleh perusaha an. "Jadi, itu ditanggung pemerintah karena sebagian besar PBI 100 juta orang itu dibayar pemerintah. Kalau buruh, dibayar sebagian sama ma jikannya," ujar JK.
(antaraed:satria kartika yudha)
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.