Ilustrasi Wakaf Hutan | Republika/Thoudy Badai

Iqtishodia

Menghijaukan Bumi dengan Green Waqf

Program penanaman Tamanu dapat diakomodasi sebagai bagian dari pengabdian masyarakat.

OLEH Syaima Eugenia (Alumni Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB), Irfan Syauqi Beik (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB), Khalifah Muhamad Ali (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB). 


Tahukah Anda bahwa permintaan energi di seluruh dunia tengah meningkat, termasuk di Indonesia? Negeri kita termasuk negara dengan tingkat pertumbuhan konsumsi energi yang paling cepat.

Meskipun menjadi produsen dan eksportir utama batu bara serta pemasok gas terbesar di Asia Tenggara, nyatanya kita masih harus banyak mengimpor energi, terutama minyak. Berdasarkan data dari International Energy Asia, Indonesia menempati peringkat 91 dari 115 negara dalam hal kesiapan menghadapi perubahan energi.

Terdapat sekitar 14 juta hektare lahan kritis di Indonesia yang mengalami degradasi

 

 

Selain persoalan energi, kita juga dihadapkan pada permasalahan lahan yang terus mengalami degradasi. Hal ini disebabkan oleh pembangunan yang kerap tidak mempertimbangkan keseimbangan lingkungan.

Dampaknya, erosi dan sedimentasi semakin meningkat, dan lahan-lahan penting kita menjadi rusak. Terdapat sekitar 14 juta hektare lahan kritis di Indonesia yang mengalami degradasi, dan ini mengakibatkan penurunan kapasitas lahan dalam menghasilkan makanan dan sumber daya lainnya. Hal ini menjadi ancaman serius terhadap keberlanjutan tanah kita.

Nah, dalam menghadapi permasalahan ini, muncul suatu gerakan yang patut diacungi jempol, yaitu Green Waqf. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk memulihkan lahan-lahan yang mengalami degradasi sekaligus memproduksi energi melalui tanaman yang tumbuh di sana.

Hutan Wakaf - (Rep-Achmad Syalaby Ichsan)

Konsep ini tidak hanya memberi manfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat setempat. Beberapa contoh program green waqf adalah Program Hutan Wakaf Produktif yang dikembangkan Yayasan Hutan Wakaf Bogor, Berbagi Listrik Project oleh Wakaf Energi Nusantara Foundation.

Selain itu, program green waqf yang tidak kalah menarik adalah penanaman tamanu yang dikembangkan Waqf Center for Indonesian Development and Studies (WaCIDS) dan Yayasan Dana Wakaf Indonesia (YDWI) untuk bisa berkontribusi dalam menyelamatkan 14 juta lahan kritis di Indonesia. Gerakan ini memiliki visi renewable energy dan telah diresmikan pada 22 Agustus 2021 oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI).

 

 

Penanaman tamanu juga membantu mengurangi emisi karbon dan memberdayakan masyarakat

 

Salah satu fokus program saat ini yaitu pengembangan pohon tamanu atau nyamplung (Calophyllum inophyllum) yang mampu bertahan hidup di lahan kritis sehingga dapat menjadi bagian dari solusi lahan kritis di Indonesia, yakni lahan yang telah mengalami penurunan fungsi (degradasi). 

Tidak sekadar tanaman biasa, tamanu bisa tumbuh di lahan kritis, tanah gambut, bibir pantai, bahkan di daerah yang minim hujan. Keistimewaan tamanu tidak berhenti di situ, minyaknya dapat digunakan untuk banyak hal, seperti energi, kesehatan, hingga industri halal.

Selain itu, penanaman tamanu juga membantu mengurangi emisi karbon dan memberdayakan masyarakat. Namun, sayangnya, masih banyak yang belum menyadari potensinya.

photo
Skema program penanaman tamanu (disintesis oleh penulis) - (IPB)

Pemanfaatan dari tamanu ini dapat membantu mengatasi tantangan energi, lingkungan, dan masalah ekonomi kita. Meski demikian, program ini masih dalam tahap awal dan memerlukan banyak pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis permasalahan dan merumuskan prioritas strategi pengembangan program penanaman tamanu agar dapat dilakukan secara optimal. 

Analisis SWOT

Berdasarkan wawancara dengan beberapa ahli yang memiliki pemahaman mendalam terkait performa program penanaman tamanu, program ini dapat dioptimalkan potensinya dengan menganalisis SWOT (strengths - weaknesses - opportunities - threats) dan mencari alternatif strategi yang dapat diimplementasikan.

Dalam menganalisis SWOT, analisis dapat dibagi menjadi dua, yaitu analisis internal dan analisis eksternal. Analisis internal terdiri atas kekuatan (strengths) dan juga kelemahan (weaknesses). Sementara itu, analisis eksternal terdiri atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

Dengan menganalisis aspek kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, peluang yang bisa dimanfaatkan, serta tantangan yang dihadapi terhadap pengelolaan program penanaman tamanu, dapat dirumuskan strategi pengembangan dalam mengoptimalkan program tersebut. Strategi yang dirumuskan ini diharapkan mampu meminimalkan kelemahan, serta dapat mengatasi ancaman dengan memanfaatkan kekuatan serta peluang yang dimiliki.

Berdasarkan matriks SWOT, terdapat enam strategi yang dirumuskan dari kombinasi antara faktor internal dan eksternal. 

photo
Matriks SWOT - (Dok IPB)

Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan terkait program penanaman tamanu dalam Gerakan Green Waqf, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat enam alternatif strategi yang dapat dijalankan untuk mengembangkan program ini dengan lebih optimal. Strategi pertama adalah berkolaborasi dengan pengiat wakaf, aktivis lingkungan, dan ahli energi baru dan terbarukan (EBT). Kerja sama ini akan memungkinkan sinergi pengetahuan dan sumber daya, menghasilkan dampak yang lebih luas.

Kemudian, program penanaman Tamanu dapat diakomodasi sebagai bagian dari pengabdian masyarakat. Hal ini akan melibatkan masyarakat secara aktif dalam menjaga lingkungan serta menciptakan kesadaran kolektif terhadap pentingnya program ini.

Alternatif strategi ketiga melibatkan pengajuan proposal terkait climate financing, yang mengutamakan pendanaan dalam bentuk hibah yang terencana. Hal ini dapat memberikan dukungan finansial yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan program.

Pembuatan kampanye media yang intensif, terutama pada momen-momen khusus seperti Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup, juga merupakan alternatif strategi yang potensial. Kampanye ini akan membantu menjangkau khalayak yang lebih luas, meningkatkan kesadaran, dan mendapatkan dukungan lebih besar.

Menciptakan ekosistem bisnis terintegrasi dengan industri halal adalah alternatif strategi kelima. Dengan co-branding, program penanaman tamanu dapat tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga pada aspek ekonomi dan industri.

Terakhir, dibutuhkan pendirian yayasan tersendiri yang terdaftar sebagai nazir. Hal ini akan memberikan kerangka hukum yang jelas dan memungkinkan pengelolaan dana dan program penanaman tamanu secara lebih terarah.

Secara keseluruhan, kombinasi dari keenam strategi ini dapat memberikan dukungan komprehensif dan efektif dalam pengembangan program penanaman tamanu, mendorong keberlanjutan lingkungan, dan memberikan manfaat sosial serta ekonomi yang signifikan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat