Gaya Hidup
Melawan Panas dengan Adaptasi Teknologi Pakaian
Seperti banyak negara lainnya, Jepang mengalami musim panas yang semakin ekstrem.
Perusahaan-perusahaan di Jepang telah merespons kenaikan suhu panas pada musim panas dengan menghadirkan inovasi pakaian. Inovasi ini membantu masyarakat mengatasi suhu yang semakin meningkat. Penjualan jaket dengan kipas terintegrasi, pakaian yang mendinginkan leher, dan kaus yang memberikan sensasi dingin menjadi tren di pasaran saat ini.
Seperti banyak negara lainnya, Jepang juga tengah mengalami musim panas yang semakin ekstrem. Juli 2023 bahkan menjadi bulan terpanas dalam seratus tahun terakhir, dengan dampak yang signifikan. Suhu yang mencapai rekor tertinggi dalam 100 tahun itu telah menyebabkan setidaknya 53 orang meninggal karena sengatan panas, dan hampir 50 ribu orang memerlukan perawatan medis darurat.
Perusahaan Workman, yang menghasilkan pakaian untuk pekerja konstruksi, telah meluncurkan versi jaket mereka yang dilengkapi kipas sejak 2020 untuk menjawab peningkatan permintaan. Mekanisme jaket tersebut cukup sederhana, yakni terdapat dua kipas listrik seukuran telapak tangan yang ditenagai oleh baterai isi ulang, dan terpasang di bagian belakang jaket.
View this post on Instagram
Kipas-kipas ini kemudian menarik udara untuk kemudian menghasilkan angin sejuk dengan kecepatan bervariasi, yang dialirkan ke tubuh pemakai. Jaket ini dijual dengan harga sekitar 12 ribu hingga 24 ribu yen atau sekitar Rp 1,2 juta - Rp 2,5 juta.
Juru bicara dari Workman, Yuya Suzuki, mengatakan ketika cuaca semakin panas, orang yang belum pernah mencoba pakaian berkipas sebelumnya ingin mencari cara untuk mengurangi panas tubuh, sehingga semakin banyak yang tertarik membelinya. "Seperti ketika kita merasa nyaman di rumah dengan kipas angin, jaket ini memberikan kesejukan karena angin selalu mengalir ke tubuh kita,” kata Suzuki, dilansir Japan Today, Selasa (22/8/2023).
Jepang dikenal dengan musim panasnya yang sangat panas dan lembap. Juli 2023 di Tokyo panasnya bahkan telah memecahkan rekor suhu rata-rata tertinggi sejak 1875, dengan suhu mencapai 28,7 derajat Celsius.
Kematian akibat pingsan karena panas menjadi ancaman serius, terutama bagi populasi lanjut usia yang cukup besar di negara tersebut. Lebih dari 80 persen kematian akibat panas dalam lima tahun terakhir terjadi pada warga lanjut usia.
Perusahaan seperti MI Creations telah merespons permintaan solusi pendinginan dengan produk-produk seperti tabung pendingin leher, yang cocok untuk pekerja pabrik dan gudang. Tabung ini berisi gel berwarna cerah dengan harga 2.500 yen atau sekitar Rp 262 ribu, yang mampu memberikan sensasi dingin setelah didinginkan dalam lemari es dan dikenakan di leher, memberikan kesejukan untuk sekitar satu jam.
Di tengah tren ini, pameran "Langkah-Langkah Melawan Panas Ekstrem" juga diadakan di Tokyo. Eksebisi ini memamerkan berbagai produk baru yang dirancang untuk membantu masyarakat tetap nyaman di tengah teriknya panas.
Pada pameran ini, perusahaan berbasis di Tokyo, Liberta, menawarkan berbagai pakaian termasuk T-shirt dan lengan yang menggunakan bahan cetakan seperti silitol, yang memberikan sensasi dingin saat bersentuhan dengan air dan keringat. Sementara, perusahaan di Osaka, Chikuma, bahkan telah mengembangkan jaket dan gaun kantor dengan kipas listrik terpasang.
Yosuke Yamanaka dari Chikuma menjelaskan, jaket ini tidak perlu dikancingkan dan tetap memberikan udara sejuk berkat struktur khusus yang memungkinkan kipas berada dalam dua lapisan. Payung juga telah menjadi salah satu solusi untuk melindungi diri dari panas matahari.
View this post on Instagram
Khususnya di Jepang, yang telah mendapati pria lebih banyak menggunakannya setelah dorongan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Pembuat payung mewah di Tokyo, Komiyama Shoten, telah mulai menciptakan payung khusus untuk pria sejak 2019.
Pemilik perusahaan tersebut, Hiroyuki Komiya, mengatakan bahwa setelah digunakan orang merasa nyaman dengan payung dan sulit untuk melepaskannya. Di Asakusa yang dikenal sebagai tujuan wisata populer di Jepang, orang seperti Kiyoshi Miya dan Shoma Kawashima telah menemukan solusi dalam menghadapi panas.
Miya menggunakan payung untuk melindungi diri dari sinar matahari, sementara Kawashima mengenakan kipas berpakaian di lehernya untuk tetap nyaman di bawah terik matahari. Meski teknologi wearable mampu membantu, keduanya sadar bahwa itu bukan solusi akhir terhadap masalah panas yang semakin mengancam keselamatan.
Ketika cuaca semakin panas, orang ingin mencari cara untuk mengurangi panas tubuh.
YUYA SUZUKI, Juru bicara dari Workman.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Juli 2023, yang Terpanas dalam Ribuan Tahun
Demam berdarah adalah penyakit tropis dengan penyebaran tercepat di dunia.
SELENGKAPNYAPanas Ekstrem, Tanda Bahaya Krisis Iklim
Tahun ini jadi tahun terpanas selama ratusan tahun.
SELENGKAPNYAPanas Ekstrem Dorong Penurunan Jumlah Turis di Eropa
Penurunan jumlah turis akan menjadi berita buruk bagi ekonomi Italia.
SELENGKAPNYA