Gaya Hidup
Timbang-Timbang Efektivitas Kerja Empat Hari, Libur Tiga Hari
Berbagai dinamika di dunia modern saat ini telah melahirkan banyak teori baru tentang produktivitas. Belum lagi, konsep slow living dan work from anywhere (WFA) yang kini populer membuat banyak pihak yang mempertanyakan konsep kerja konvensional.
Saat ini, konsep bekerja empat hari dalam sepekan tengah digadang-gadang lebih efektif dibanding kerja penuh dalam sepekan. Satu perubahan besar ini ternyata bisa menjadi lebih baik untuk semua orang.
Dilansir ZDNet, Selasa (22/8/2023), jika ada cara bekerja yang lebih baik yang membuat Anda lebih bahagia dan produktif, mengapa tidak mencobanya? Itulah pemikiran Kickstarter, yang selama enam bulan terakhir telah menguji coba empat hari kerja dalam sepekan tanpa kehilangan gaji bagi staf.
"Mereka lebih bahagia dan segar setelah tiga hari di akhir pekan untuk memulihkan tenaga. Dan kami lebih efektif sebagai sebuah perusahaan," kata Wolf Owczarek, direktur operasi di Kickstarter.
Gagasan bahwa karyawan dapat mencapai jumlah pekerjaan yang sama dalam waktu yang lebih singkat mungkin tampak berlawanan dengan intuisi. Namun, hal ini bisa menjadi kunci untuk memecahkan dua tantangan besar, yakni memperbaiki keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan karyawan yang sering kali buruk, sekaligus memecahkan teka-teki produktivitas yang telah menjadi masalah bagi organisasi selama bertahun-tahunan.
Cara Kerja yang Baru
View this post on Instagram
Di Inggris Raya, Atom Bank juga telah memperkenalkan kerja empat hari dalam sepekan, 32 jam tanpa pengurangan gaji untuk staf pada November 2021. Hampir seketika, perusahaan mengatakan melihat peningkatan 500 persen dalam lamaran pekerjaan dan pada Agustus 2022 organisasi melaporkan bahwa produktivitas telah meningkat sebesar 92 persen.
Survei karyawan menemukan bahwa 91 persen staf mampu menyelesaikan semua yang mereka butuhkan dalam empat hari. Dan sekarang perusahaan sangat ingin meniru kisah sukses ini. Pada Juni 2022, 70 perusahaan di Inggris yang terdiri dari 3.300 pemberi kerja memulai eksperimen yang mungkin merupakan eksperimen tempat kerja terbesar dalam satu generasi.
Dipimpin oleh 4 Day Week Global, kelompok kampanye ini saat ini sedang melakukan uji coba dengan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, lembaga pemikir Autonomy di Inggris, dan peneliti dari Universitas Cambridge, Universitas Oxford, dan Boston College, uji coba selama enam bulan ini bertujuan mengeksplorasi apakah empat hari kerja dalam sepekan dapat memberikan dampak positif.
View this post on Instagram
Baik terhadap produktivitas, kesejahteraan, dan keseimbangan kehidupan kerja, sekaligus mengatasi tantangan sosio-ekonomi yang lebih luas seputar kesetaraan kerja dan emisi karbon. Uji coba ini didasarkan pada prinsip 100/80/100, di mana karyawan menerima gaji 100 persen untuk 80 persen dari jam kerja biasa mereka.
Jumlah ini diberikan sebagai imbalan atas komitmen untuk mempertahankan produktivitas 100 persen. Di tengah masa uji coba di Inggris, 88 persen responden melaporkan bahwa empat hari sepekan berjalan baik bagi bisnis mereka. Hampir separuh (46 persen) mengatakan produktivitas tetap berada pada tingkat yang sama, sementara 34 persen melaporkan bahwa produktivitas sedikit meningkat dan 15 persen melaporkan bahwa produktivitas meningkat secara signifikan sejak penerapan empat hari sepekan.
Managing Director perusahan kreatif Amplitude, Jo Burns-Russell, mengatakan, peralihan ke empat hari sepekan sebagian besar berjalan lancar dan semua proyek tetap berjalan sesuai rencana. Sementara staf juga menikmati memiliki lebih banyak waktu untuk mengejar minat mereka sendiri di waktu luang mereka, yang semuanya pada akhirnya menguntungkan perusahaan.
"Semua orang punya usaha sampingan. Semua orang menyukai hal yang berbeda, itu bagus, karena kami adalah industri kreatif dan sepenuhnya mendorong dan mendukungnya sebanyak mungkin," kata Burns-Russell.
Dia mengatakan orang-orang juga dapat menggunakan waktu ekstra itu untuk mengerjakan segala hal mulai dari desain game hingga menulis novel dan memproduksi sebuah drama. “Itu hanya akan menguntungkan kita, karena semakin mereka melakukan keterampilan silang dan semakin mereka melakukan semua hal tersebut, mereka akan kembali kepada saya sebagai orang-orang kreatif yang lebih baik," ujarnya.
Menurut dia, kreativitas membutuhkan ruang. Kreativitas membutuhkan downtime atau waktu jeda. "Anda tidak selalu menjadi paling kreatif ketika Anda duduk di depan komputer," kata Burns-Russell.
Peralihan keempat hari sepekan sebagian besar berjalan lancar.JO BURNS-RUSSEL, Managing Director perusahan kreatif Amplitude.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menimbang Efektivitas WFH Sebagai ‘Obat’ Polusi Udara
Presiden Jokowi menawarkan perkantoran untuk kembali menerapkan WFH.
SELENGKAPNYA