Gaya Hidup
Jangan Lupa Hati-Hati Ketika Ingin Donor ASI
Para ibu yang memiliki ASI berlebih dan ingin mendonorkan ASI-nya, sebaiknya melalui jalur faskes.
Baru-baru ini viral kisah seorang perempuan pejuang air susu ibu (ASI) yang mendapatkan perlakuan tidak baik dari pengikutnya. Wanita ini mendapatkan pesan dari pengikutnya ini yang menanyakan soal asi dan pompa asi. Percakapan berlanjut aplikasi pesan.
Namun, belakangan diketahui bahwa pengikutnya ini ternyata seorang pria dan menginginkan ASI untuk dikonsumsi dirinya sendiri. Kejadian ini membuat wanita tersebut geram bahkan trauma untuk memberikan edukasi mengenai ASI kembali di media sosial.
Hal ini bisa dijadikan pelajaran bagi kita kaum perempuan yang ingin mendonorkan ASI-nya agar lebih berhati-hati. Sebenarnya bagaimana cara mendonorkan ASI yang aman?
Menanggapi kejadian tersebut, Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, mengaku baru pertama kali menerima laporan mengenai kejadian ini. Oleh karena itu, ia memberikan imbauan untuk para perempuan agar berhati-hati untuk mendonorkan ASI-nya.
Nia mengatakan donor ASI harus ada aturannya, tidak bisa sembarangan hanya dari satu ibu ke ibu lain, dari keluarga satu ke keluarga lain. Karena donor ASI ini berupa cairan dari tubuh seseorang dikonsumsi oleh manusia lain. "Donor ASI dilakukan dengan harapan membantu anak atau bayi lain, namun akhirnya ada kejadian seperti itu," ujarnya saat dihubungi Republika.id, Jumat (11/8/2023).
Kalau di luar negeri, menurut Nia, seperti Vietnam, Singapura, sudah ada bank ASI yang menempel dengan fasilitas kesehatan (faskes). Akan tetapi, di Indonesia belum ada hal seperti ini. Dalam beberapa tahun terakhir AIMI dilibatkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, untuk mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan terkait bank ASI, donor ASI.
"Cuma karena belum keluar-keluar aturannya, kejadian kayak gini akhirnya bebas merdeka. Karena tidak ada yang ngatur. Padahal kan sebenarnya enggak bisa sembarangan," kata Nia.
Ia pun menyarankan bagi para ibu yang memiliki ASI berlebih dan ingin mendonorkan ASI-nya, sebaiknya melalui jalur faskes. Nia mengungkapkan di beberapa kota besar sudah ada rumah sakit yang menerima donor ASI yang diperuntukkan bagi anak-anak bayi prematur. "Itu biasanya mereka diskrining dulu, baik ibunya maupun ASI-nya, jadi jelas dikasih ke siapa," ujarnya.
Nia tidak merekomendasikan ASI diberikan langsung dari orang ke orang. Untuk mendonorkan ASI juga terdapat beberapa kriteria khusus, baik dari segi ibu pendonor ASI maupun ASI yang akan didonorkan.
Semuanya harus diperiksa dengan baik, bahkan ASI yang akan diminum oleh penderita donor ASI harus dipasteurisasi sebelum dikonsumsi. "Ada beberapa kriteria, enggak bisa langsung donor dan terima," ujarnya.
Nia mengatakan masalah ASI ini juga banyak diperdebatkan di kalangan masyarakat Islam, terutama soal saudara sepersusuan. Kalau dalam Islam, menurut Nia, memang ada beberapa pemahaman, misalnya seorang bayi meminum ASI perah dari ibu lain disebut saudara sepersusuan dengan anak ibu tersebut. Namun, ada juga yang bilang kalau bayi menyusu langsung dengan ibu donor ASI baru dikatakan saudara sepersusuan, ada pula yang bilang kalau minum ASI lima kali dan sampai kenyang, barulah disebut saudara sepersusuan.
"Pemahamannya beda-beda karena mazhabnya juga beda-beda. Tapi, yang jelas karena isu itu juga donor ASI tidak bisa sembarangan karena warga negara Indonesia mayoritas Islam, jadi pasti pemahamannya beda-beda, intinya macam-macam. Jadi harus dilihat pemahaman masing-masing orang yang mendonor dan menerima juga bagaimana," ujar Nia.
Imbauan untuk Pendonor
View this post on Instagram
Nia mengatakan donor ASI tidak boleh diberikan sembarangan dari orang ke orang. Namun, harus ada aturan dalam pelaksanaannya. Apa saja yang harus diperhatikan saat donor ASI? Berikut imbauan dari AIMI soal donor ASI:
1. Prinsip kehati-hatian
Dalam donor ASI, idealnya dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan banyak faktor terutama medis, agama, sosial, dan budaya.
2. Pertimbangan medis
Donor ASI harusnya hanya bisa dilakukan oleh ibu yang sehat dan melalui proses skrining kesehatan (misal: skrining penyakit seperti Hepatitis B dan C/HIV/CMV). Skrining ini perlu dilakukan sebelum ibu memerah ASI-nya. Lalu ASI yang didonorkan pun harus diskrining ulang apakah layak untuk didonorkan.
3. Sifatnya sementara
Donor ASI sifatnya hanya sementara sambil keluarga penerima donor juga mendapatkan pendampingan dari konselor menyusui agar jika situasi memungkinkan, ibu dan bayi tetap bisa diupayakan menyusui atau menyusu atau memerah.
4. Bagaimana membantu bayi yang butuh ASI donor
AIMI menyadari, donor ASI pada situasi tertentu akan sangat membantu dibanding jika bayi tidak bisa mendapatkan ASI sama sekali. Tapi, karena Indonesia saat ini belum memiliki lembaga resmi yang bisa memfasilitasi hal ini maka disarankan, baik bagi ibu yang ingin mendonorkan ASI-nya maupun keluarga yang mencari donor ASI untuk menghubungi fasilitas kesehatan yang sudah biasa menerima, memeriksa, dan menggunakan donor ASI.
5. Penting
Pada situasi ibu meninggal, AIMI menyarankan donor ASI dicari dari keluarga terdekat, mengingat kebutuhan donor ASI bukan lagi kebutuhan yang sifatnya sementara, tetapi bisa jadi akan berlangsung cukup lama. Jika ingin mendonorkan ASI, pastikan Anda dalam keadaan sehat dan sudah melalui skrining Hepatitis B dan C, HIV, CMV, Sifilis, seperti laiknya orang yang akan mendonorkan darah. ASI juga perlu melewati pemeriksaan dan pemanasan sebelum dapat diberikan kepada bayi.
6. Ingat
Nia menyampaikan, AIMI adalah organisasi nirlaba yang berbasiskan dukungan sesama ibu untuk bisa mencapai tujuan menyusuinya. "AIMI menyadari kapasitas sebagai organisasi bukan pada tempatnya untuk menjadi perantara donor ASI yang kompeten, kami tidak memiliki kemampuan melakukan skrining bagi pendonor pemeriksaan ASI perah yang didonorkan," katanya.
Menurut Nia, AIMI juga tidak bisa bertanggung jawab jika ada penularan penyakit yang terjadi karena proses donor ASI dilakukan tanpa melalui tahapan yang harusnya dilakukan.
Dalam donor ASI, idealnya dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan banyak faktor.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Jalan Berliku Ibu Bekerja yang Menyusui
Sekitar 45 persen ibu menyusui yang kembali bekerja memilih berhenti memberikan ASI kepada bayi mereka.
SELENGKAPNYAMengatasi Bengkak dan Lecet pada Ibu Menyusui
Sekitar tiga persen sampai 10 persen ibu menyusui mengalami mastitis.
SELENGKAPNYA