Geni
Body Checking Miss Universe tak Menghargai Keragaman Tubuh Perempuan
Seharusnya, ajang kompetisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan martabat perempuan.
Penyelenggaraan Miss Universe Indonesia 2023 menjadi sorotan setelah isu mengenai prosedur body checking yang dilalui para finalis beredar di dunia maya. Isu ini menjadi perbincangan hangat karena para finalis dirumorkan harus menanggalkan busana saat menjalani prosedur tersebut.
Isu ini mulai mendapatkan sorotan warganet saat National Director Miss Universe Indonesia Bali membuat unggahan Instagram Story. Dalam unggahan tersebut, Sally memperlihatkan tangkapan layar berisi percakapan mengenai prosedur body checking yang dilalui oleh peserta.
Pengirim pesan mengungkapkan bahwa dia menerima laporan para peserta diminta untuk telanjang saat melakukan prosedur pemeriksaan tubuh. Selain itu, ada pula dugaan bahwa peserta juga difoto saat menjalani pemeriksaan tersebut.
Dalam unggahan berbeda yang dibuat oleh salah satu finalis Miss Universe Indonesia (MUID) 2O23, Sheren Simamora, dia mengungkapkan bahwa ada lima orang di dalam ruangan selama proses pengecekan tubuh. Dua di antaranya merupakan laki-laki yang berperan sebagai desainer dan petugas yang membantu memakaikan serta membuka gaun agar tidak rusak. "Dan kenapa t*l**j*ng? karena habis body check kita fitting Evening Gown buat Final kena sensor atau enggak," tulis Simamora.
Berkaitan dengan isu ini, Komisaris Komnas Perempuan, Prof Dr Alimatul Qibtiyah SAg MSi MA PhD, menilai kebijakan body checking tanpa busana perlu ditinjau ulang. Menurut Alimatul, ada dua hal yang patut dipertanyakan, yaitu standar dan kepentingan dari pemeriksaan tubuh tanpa busana.
"Apalagi, ada laki-lakinya ya untuk tempat body check-nya. Itu jelas menurut saya sih membuat kita para perempuan kurang nyaman untuk perspektif heteroseksual," jawab Prof Alimatul saat dihubungi Republika, pada Senin (7/8).
Terkait standar, pemeriksaan tubuh tanpa busana mungkin dilakukan untuk memeriksa noda, bekas luka, atau stretch mark yang ada di tubuh finalis. Menurut Alimatul, standar ini kurang mengakomodasi keragaman jenis tubuh hingga kulit wanita.
"Kalau dia, misalnya punya bekas melahirkan atau bekas operasi, bagaimana? Apa kemudian tidak punya kriteria untuk menjadi Miss Universe padahal dia punya kemampuan, kualitas, kecerdasan yang luar biasa?" kata Prof Alimatul.
Sedangkan terkait kepentingan, Alimatul menyoroti dugaan penggunaan kamera untuk memfoto para peserta saat melakukan body checking tanpa busana. Bila benar terjadi, Alimatul menilai hal tersebut sangat berisiko karena foto-foto para peserta menjadi rentan untuk disalahgunakan atau tersebar tanpa izin.
"Banyak sekali kasus kekerasan seksual berbasis elektronik yang salah satunya adalah penyebaran foto-foto tanpa izin. Sehingga menurut saya sih, sebagai upaya pencegahan, lebih baik ya tidak diambil gambarnya," kata Alimatul menambahkan.
Oleh karena itu, ia menilai prosedur pemeriksaan tubuh tanpa busana sebaiknya ditinjau ulang maksud dan tujuannya. Selain itu, Alimatul menilai kecantikan seorang wanita seharusnya tak hanya bertumpu pada penampilan fisik, seperti kulit yang mulus tanpa noda atau bekas luka.
"Terkadang standar kecantikan masih berdasarkan pemahaman-pemahaman mainstream dan tidak banyak mengakomodasi keragaman jenis tubuh atau kulit wanita," ujar Alimatul.
Aisyiyah: Itu Pelecehan
Ketua Umum Aisyiyah, Salmah Orbayinah, mengaku turut geram dengan peristiwa yang menimpa para kontestan Miss Universe Indonesia 2023. Menurut dia, apa yang dilakukan oleh pihak penyelenggara terhadap para kontestan itu adalah sebuah pelecehan dan bukan lagi kompetisi. "Body checking itu tujuannya untuk apa? Kalau Miss Universe harusnya banyak yang bisa dinilai tanpa harus melalui body checking segala," ujarnya.
Seharusnya, menurut dia, sebuah ajang kompetisi sangat baik apabila dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan martabat perempuan, bukan justru menjadikan sebagai objek pelecehan seksual. Misalnya dengan menilai intelektualitasnya, memberi sebuah kasus dan lihat bagaimana cara mereka menemukan solusinya.
Kemudian bisa juga dilihat kepribadiannya dengan melakukan tes psikologinya, tes spiritualnya, tes profesionalnya. "Tiga hal yang penting bagaimana spiritualitas calon, intelektualitas, dan sikap profesionalitasnya," kata Salmah kepada Republika, Selasa (8/8/2023).
View this post on Instagram
Jika dibutuhkan riwayat kesehatan dari para peserta, kata Salmah, cukup dengan melampirkan surat keterangan sehat dari dokter. Sehingga tidak perlu sampai dilakukan pemeriksaan tubuh yang mengharuskan dia telanjang, apalagi sampai didokumentasikan dengan cara di foto. "Jadi kalau itu dianggap pelecahan ya memang benar mengarah ke sana," kata Salmah.
"Kalau toh ada standar tinggi badan dan berat badan ya tidak apa, harus good looking juga tidak apa, tapi tidak boleh buka-bukaan atau telanjang," katanya menegaskan.
Salmah berharap kejadian hari ini bisa menjadi bahan evaluasi bersama dan agar peristiwa ini tidak lagi terulang, apalagi jika sampai diikuti oleh ajang-ajang kecantikan lainnya. Salmah berpesan agar kontes-kontes apa pun agar tetap mengindahkan norma-norma agama.
"Miss Universe boleh saja diadakan, tapi tetap menganut norma-norma agama. Kalau sampai kemudian pakai bikini dan sebagainya, jelas Aisyiyah juga tidak mendukung," kata Salmah.
Jadi kalau itu dianggap pelecahan ya memang benar mengarah ke sana.SALMAH ORBAYINAH, Ketua Umum Aisyiyah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tak Perlu Kontes Kecantikan Jika Hanya Pertontonkan Aurat
YPI menegaskan tak lagi memegang lisensi Miss Universe
SELENGKAPNYABung Hatta Keras Mengecam Miss Universe
Menurut Bung Hatta, tak pantas perempuan diperlombakan bentuk fisiknya.
SELENGKAPNYADari Panggung Kecantikan Berlanjut ke Polda Metro Jaya
Sebagai kelanjutan dari skandal foto telanjang, finalis Miss Universe Indonesia membuat laporan ke Polda Metro.
SELENGKAPNYA