Inovasi
Kupas Tuntas Ragam Jenis Satelit
Indonesia membutuhkan satelit karena Indonesia merupakan negara kepulauan.
Membicarakan sesuatu yang berada di luar angkasa tampaknya selalu menarik. Salah satunya adalah satelit.
Project Manager Satria-1, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Nia Asmady mengungkapkan, ada banyak macam satelit. Contohnya, satelit telekomunikasi, satelit observasi bumi (earth observation satellite), dan satelit navigasi.
Satelit observasi bumi adalah satelit yang mengambil foto-foto atau memonitor cuaca, contohnya. Satelit tersebut dimasukkan dalam kategori satelit observasi.
Satelit navigasi merupakan satelit yang digunakan untuk global positioning system (GPS). Kemudian satelit telekomunikasi digunakan, contohnya, untuk penyiaran televisi dan sistem pendukung telekomunikasi seperti broadband internet.
Selanjutnya, Nia mengatakan, untuk telekomunikasi, satelit sebetulnya bisa menjadi standar loan system network, di mana satelit bekerja dari berbagai titik layanan. Mereka hanya membutuhkan antena kecil kurang lebih satu meter, yang dinamakan very small aperture terminal (VSAT) .
Untuk dapat berkomunikasi dengan satelit, VSAT dibantu juga oleh oleh infrastruktur ruas bumi, yaitu dengan antena gateway yang akan menangkap sinyal dan menghubungkan kepada internet global. “Jadi, kurang lebih komponen yang dibutuhkan adalah selain satelitnya, ada butuh gateway antena yang 13 meter dan itu akan tersambung dengan internet global,” ujar Nia seusai kegiatan Forwat X BAKTI Kemenkominfo “Bagaimana Satria-1 Memacu Ekonomi Digital Indonesia”, Senin (31/7/2023).
Selain itu, Nia juga menjelaskan, sebetulnya satelit telekomunikasi adalah satelit konektivitas. Hanya satelit telekomunikasi adalah tipe satelit yang digunakan untuk memberikan konektivitas.
“Jadi, konektivitas lebih ke mission objective. Contohnya, ada satelit telekomunikasi yang hanya bergerak di broadcasting TV. Nah, itu masih kita sebut itu satelit telekomunikasi cuma peruntukannya hanya one way di mana mereka broadcasting informasi televisi, sedangkan untuk Satria ini, dia two way. Jadi, dia bisa dipakai untuk konektivitas internet,” katanya.
Menurut Nia, Indonesia membutuhkan satelit karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Di mana untuk bisa men-deploy serta mengintegrasikan network terestrial yang berbentuk fiber optik dan cellular tower itu membutuhkan upaya yang sangat tinggi.
Kemudian, menurut Nia, infrastruktur dari segi perjalanan dan mungkin topologi Indonesia itu juga sangat sulit. “Untuk membangun tower-tower dan men-deploy kabel laut yang sangat panjang dan arus di bawah laut sangat kompleks. Jadi, satelit menjadi solusi yang mungkin cost efficient, secara waktu juga karena kita hanya butuh men-deploy satu satelit dan dari segi ground network hanya membutuhkan beberapa stasiun bumi yang nantinya akan di-support oleh perangkat yang dipakai user yang berbentuk memang antena kecil,” ujar Nia menjelaskan.
Jadi, dia melanjutkan, keuntungan satelit adalah lebih omnipresent atau bisa ada di mana-mana. Dengan adanya satu satelit yang mempunyai service area seluruh Indonesia, berarti penggunanya berada di mana saja. "Mungkin benar-benar ada di pelosokan desa tanpa membutuhkan kabel fiber optic ataupun cellular tower pun masih tetap mendapatkan akses komunikasi dalam bentuk internet,” katanya lagi.
Manfaat Nyata Konektivitas
Sementara itu, Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kominfo Sri Sanggrama Aradea menerangkan dampak langsung dan tidak langsung telekomunikasi bagi masyarakat.
Pertama, dari sisi pertanian. Telekomunikasi bisa membantu masalah dari hulu ke hilir dan mendapatkan informasi terkait kekuatan sumber daya pangan Indonesia.
Kedua, dari sisi edukasi. Aradea mengungkapkan, sekolah-sekolah pastinya membutuhkan koneksi internet untuk melakukan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) dan mendapatkan informasi yang sifatnya daring.
“Masih banyak sekolah-sekolah di seluruh Indonesia ini yang masih belum terkoneksi dengan internet sehingga kalau kami datang ke sekolah-sekolah daerah sana, tingkat dari atau bahan dari apa yang dipelajari itu sangat terbatas sehingga memang butuh pemerataan ini menggunakan digital,” ujar Aradea.
Ketiga, kantor pemerintahan. Menurut Aradea, kantor pemerintahan sudah pasti akan mendapatkan dampak langsung dan tidak langsung dari telekomunikasi. Yang paling penting adalah, Aradea mengatakan, terkait data yang digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) dan percepatan pelayanan dalam satu pintu.
Ini akan digunakan oleh kantor-kantor desa dan lain-lain. Keempat, dari sisi kesehatan. Dia menjelaskan, untuk aspek kesehatan, teknologi jelas dapat menjadi penunjang.
“Kebetulan kami juga tahun 2020 pada saat pandemi Covid-19, berhasil membangun kurang lebih 3.000 titik puskesmas dan klinik di seluruh Indonesia dan Alhamdulillah itu semuanya saat membantu ya. Yang pertama adalah terkait dengan data cluster penderita Covid dan kedua yang terpenting adalah distribusi dari vaksin,” katanya.
Kelima, dari sisi finansial atau ekonomi. Sisi finansial pastinya akan sangat terbantu dengan telekomunikasi. Aradea memberi contoh di kota-kota sudah memiliki beberapa platform digital baik untuk berbelanja dan lain-lain. Kemudian di daerah-daerah terpencil di desa-desa, bisa digunakan untuk membayar pajak dan lain-lain.
Melalui United Nations Sustainable Development Goals (UN SDG), Bakti Kominfo mengambil beberapa poin yang berkaitan dengan dampak nonekonomi penyediaan layanan broadband yang harus mereka kedepankan melalui pembangunan digitalisasi nasional saat ini.
Kondisi broadband dapat memberikan manfaat tak berwujud yang selaras dengan tujuan pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Salah satu poinnya adalah tanpa kelaparan.
Aradea mengatakan manfaat tidak berwujud dari poin ini adalah konektivitas memberdayakan petani untuk mengakses program pertanian digital, meningkatkan produktivitas, mengurangi kegagalan, dan meningkatkan ketahanan pangan. Contoh inisiatif di Indonesia, yaitu saat ini Indonesia memiliki aplikasi Peduli Tani Anak Negeri (PETANI).
Itu adalah program e-agriculture yang memungkinkan petani untuk memantau anak kondisi tanaman secara real-time dengan sensor yang terhubung. “Ini adalah implementasi antara pembangunan infrastruktur yang kita sedang buat atau kita sedang lakukan dengan teknologi IoT yang cukup advance saat ini ya. Jadi, mereka akan memiliki sensor-sensor kecil untuk melihat humidity, ada wabah atau temperatur dalam lokasi seperti apa sehingga akan dilakukan analisis yang tepat untuk penanganan di ladang-ladang tersebut,” kata Aradea.
Sekolah pastinya membutuhkan koneksi internet untuk melakukan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).SRI SANGGAMA ARADEA, Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kominfo.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.