Inovasi
Mana Lebih Bahaya, AI atau Bom Besutan Oppenheimer?
AI membutuhkan pengawas internasional.
Sutradara film Oppenheimer, Christopher Nolan, mengakui dampak kecerdasan buatan (AI) saat ini mirip dengan dampak historis dari permulaan bom atom yang dibuat oleh J.Robert Oppenheimer pada 1940-an. Banyak peneliti AI melihat, temuan ini sebagai milik mereka.
Bahkan, mereka menyebutnya sebagai momen Oppenheimer. “Ini membuat kita kembali ke masa lalu, pada cerita Oppenheimer. Apa yang bisa dilakukan secara berbeda? Apa tanggung jawab orang yang menciptakan teknologi dan memiliki dampak yang tidak diinginkan?” kata Nolan, dilansir Fox News, Ahad (16/7/2023).
Saat ini, dia melanjutkan, ada banyak ketakutan di industri film tentang bagaimana AI akan mengambil peran. Nyatanya teknologi ini sudah digunakan selama bertahun-tahun dan akan terus berkembang. Namun, ada banyak hal yang harus diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan hak artis dan hak cipta.
“Saya pikir itu berhasil dan serikat pekerja khususnya sedang melakukan pekerjaan itu sekarang. Jelas itu akan menguntungkan kita. Pada akhirnya, AI adalah alat yang tidak diizinkan untuk mengambil alih gagasan. Kita harus meminta pertanggungjawaban orang-orang atas cara mereka menggunakan alat ini,” ujarnya.
Film yang dibintangi oleh Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr, Cillian Murphy, dan Florence Pugh ini akan tayang perdana di Indonesia pada 19 Juli 2023. Sementara itu, mantan aktor dan sutradara Justine Bateman mengatakan, AI sama sekali tidak memiliki tempat di Hollywood.
Teknologi tersebut harus menyelesaikan masalah yang dimiliki manusia. "Menggunakan ChatGPT atau perangkat lunak apa pun yang menggunakan AI untuk menulis skenario, menggunakannya sebagai pengganti penulis tidak menyelesaikan masalah. Kami tidak kekurangan penulis. Kami tidak kekurangan aktor. Kami tidak kekurangan sutradara. Kami tidak kekurangan orang berbakat,” kata dia.
PBB Bahas Risiko AI
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan pertama tentang potensi risiko kecerdasan buatan (AI) terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Pertemuan tersebut diselenggarakan pada 18 Juli oleh Duta Besar Inggris Barbara Woodward.
Pembicaraan akan mencakup sambutan dari para ahli dan masukan dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Bulan lalu, dia memperingatkan risiko dari teknologi AI yang semakin canggih. “Kita harus menanggapi peringatan itu dengan serius,” kata Guterres, dilansir Fox News, Senin (17/7/2023).
Guterres telah mengumumkan rencana untuk menjadi staf dewan penasihat AI pada September 2023. Sementara itu, Woodward menjelaskan Inggris ingin bekerja dalam pendekatan multilateral untuk mengelola peluang dan risiko AI.
Menurut dia, manfaat AI dapat membantu potensi penutupan kesenjangan antara negara berkembang dan negara maju. Pada saat yang bersamaan, dia juga memikirkan risiko potensial keamanan serius. Eropa telah memimpin regulasi AI dan anggota parlemen Uni Eropa (UE) menandatangani aturan untuk AI pada Juni.
Pekan lalu, lebih dari 150 eksekutif mendesak UE untuk memikirkan kembali peraturan tersebut. Mereka mengatakan peraturan itu akan mempersulit perusahaan Eropa untuk bersaing dengan saingan internasional. “Peraturan semacam itu dapat menyebabkan perusahaan yang sangat inovatif memindahkan aktivitas mereka ke luar negeri dan investor menarik uang mereka dari pengembangan AI Eropa. Hasilnya akan menjadi kesenjangan produktivitas,” kata mereka.
Namun, CEO OpenAI Sam Altman dan para pemimpin perusahaan mengatakan, AI membutuhkan pengawas internasional. Guterres dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pun telah mendukung gagasan semacam itu.
AI adalah alat yang tidak diizinkan untuk mengambil alih gagasan.CHRISTOPHER NOLAN, Sutradara Oppenheimer.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.