Kuliner
Memasak Daging Terinfeksi Antraks Hingga 60 Menit, Benarkah Sudah Aman?
Antraks ditularkan ke manusia melalui penanganan hewan atau memakan daging bangkai hewan yang terinfeksi.
National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat pernah membuat penelitian terkait kasus antraks di Uganda pada 2018 dan diterbitkan pada Desember 2020 lalu. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa merebus daging terinfeksi antraks selama 60 menit bisa menjadi salah satu bentuk protektif.
“Mengonsumsi daging yang kurang matang secara signifikan akan terkait dengan antraks gastrointestinal, tetapi merebus daging selama lebih dari 60 menit akan bersifat protektif,” tulis NIH dalam laman resminya terkait penelitian tersebut.
Dalam kasus di Uganda, orang yang merebus daging selama lebih dari 60 menit mampu melindungi orang yang memakannya. Kemungkinan karena lamanya waktu tersebut dapat menyebabkan panas naik ke suhu yang cukup untuk menonaktifkan sebagian spora.
Tapi, apakah memasak selama itu benar-benar berguna? Ini masih tidak jelas. Karena temuan dalam penelitian lain di Bangladesh di mana tingkat antraks kulit tinggi, ada kasus antraks gastrointestinal yang tetap terjadi pada orang, meski telah memasak daging lebih lama. “Risiko antraks gastrointestinal tetap tinggi bahkan ketika daging dimasak dengan baik (31 persen) atau direbus selama lebih dari 60 menit (22 persen),” tulis NIH lebih lanjut.
Menurut pedoman WHO, setiap hewan yang sakit, berperilaku aneh atau mati mendadak, tidak boleh digunakan untuk makanan atau untuk membuat produk apa pun, karena mungkin telah meninggal karena penyakit menular. Mengikuti pedoman ini dapat melindungi produk hewani dan orang yang terlibat dalam penanganannya.
Tapi, jika daging terinfeksi antraks sudah direbus lama dan telanjur dimakan, NIH tetap merekomendasikan untuk menyediakan profilaksis pascapajanan antimikroba untuk semua orang yang sudah terpapar.
Antraks adalah infeksi bakteri zoonosis akut yang disebabkan oleh Bacillus anthracis, bakteri pembentuk spora positif yang diperkirakan dapat bertahan hidup selama puluhan tahun di dalam bangkai dan tempat pemakaman hewan yang terinfeksi.
Antraks ditularkan ke manusia melalui penanganan hewan atau memakan daging bangkai hewan yang terinfeksi, kontak dengan produk mereka, misalnya, rambut, wol, kulit, tulang, atau dengan menghirup spora.
Infeksi antraks manusia diklasifikasikan menjadi empat bentuk, bergantung pada rute paparan, masing-masing dengan masa inkubasi yang berbeda, kulit (satu hingga 12 hari), inhalasi (satu hingga 60 hari), gastrointestinal (satu hingga enam hari), dan injeksi ( satu sampai 10 hari). Antraks kulit adalah bentuk infeksi antraks manusia yang paling sering dilaporkan, terhitung hingga 95 persen kasus.
Wabah antraks kulit dan gastrointestinal telah dikaitkan dengan penanganan atau pemotongan hewan yang terinfeksi dan mengkonsumsi dagingnya. Diperkirakan bahwa setiap tahun ada 2.000 hingga 20.000 kasus antraks pada manusia terjadi di seluruh dunia. Wabah antraks yang paling banyak dilaporkan terjadi di daerah endemik di sub-Sahara Afrika dan Asia.
Lihat postingan ini di Instagram
Dari tujuh kasus antraks di Uganda yang dilaporkan Dinas Kesehatan Distrik Kween, Uganda, paparan ganda dari penanganan bangkai sapi yang mati mendadak, secara signifikan terkait dengan infeksi antraks kulit. Sedangkan memakan daging dari sapi itu dikaitkan dengan antraks gastrointestinal.
Hasil dari penelitian ini konsisten dengan investigasi wabah antraks lainnya, di mana pasien antraks terinfeksi melalui kontak dengan ternak yang sakit atau produk hewan yang terkontaminasi.
“Meskipun penyebab kematian sapi tidak diketahui, pengujian laboratorium selanjutnya mengkonfirmasi adanya infeksi antraks pada kulit kering sapi tersebut. Di daerah itu, ketika seekor sapi disembelih, dagingnya dibagikan kepada semua keluarga. Dalam hal ini, kebiasaan itu membuat seluruh desa terkena antraks,” tulis NIH.
Di antara manusia, infeksi antraks biasanya merupakan penyakit berkaitan dengan kerja, paling umum di antara petani dan pekerja dengan aktivitas pekerjaan yang melibatkan penanganan hewan dan produk hewan, seperti penggembala, tukang jagal, dan lain-lain.
Infeksi juga dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi daging yang terinfeksi. Dalam kasus ini, antraks yang hanya menyerang kulit lebih banyak menyerang orang dewasa daripada anak-anak, mungkin karena orang dewasa lebih sering terlibat dalam penanganan dan pemrosesan sapi yang mati.
Berkaitan dengan penelitian ini, NIH membuat beberapa rekomendasi yang bisa dijadikan pedoman:
1. Melakukan vaksinasi ternak secara rutin.
2. Melanjutkan pendidikan dan mobilisasi antraks.
3. Memberikan antimikroba kepada semua orang yang teridentifikasi dengan antraks dan profilaksis pascapajanan kepada masyarakat yang terinfeksi.
4. Menggunakan tes diagnostik cepat di tingkat kota untuk segera memberikan bukti dugaan antraks pada bangkai hewan.
5. Dengan aman mengubur bangkai di bawah pengawasan. Untuk penguburan, bangkai harus didesinfeksi di lokasi kematian dengan larutan formalin 12,5 persen dan dikubur dalam lubang sedalam lebih dari 6 kaki dengan dasar lubang lebih dari tiga kaki di atas permukaan air.
6. Peningkatan kapasitas dan kesadaran petugas kesehatan, untuk mendapatkan sampel dari pasien sebelum memulai pemberian obat.
Antraks yang hanya menyerang kulit lebih banyak menyerang orang dewasa daripada anak-anak.NAMA TOKOH
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.