Mujadid
Abdus Salam, Ilmuwan Kebanggaan Negeri Pakistan
Fisikawan Abdus Salam meraih penghargaan Nobel dalam bidang fisika pada 1979.
Abdus Salam merupakan salah seorang ilmuwan berkaliber internasional yang meraih Penghargaan Nobel pada 1979. Tokoh kebanggaan Pakistan ini berjasa dalam bidang fisika, khususnya terkait pengembangan teori elektromagnetik. Kecerdasan dan kegigihannya menginspirasi banyak kalangan, terutama generasi muda Muslim.
Abdus Salam berhasil meraih gelar doktor dalam usia yang sangat muda, 25 tahun. Prestasinya itu kian moncer karena diperolehnya dari salah satu kampus paling bergengsi di dunia, yakni Universitas Cambridge di Inggris. Sejak remaja, dirinya telah menekuni fisika teoretis.
Dua tahun sebelum mendapatkan gelar doktor, Abdus Salam juga menerima penghargaan Smith Prize dari universitas tempatnya belajar. Selain itu, antara tahun 1957-1982, ia dianugerahi gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari berbagai universitas. Sebab, dirinya dinilai berkontribusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan.
Di sepanjang kariernya sebagai ilmuwan dan akademisi, Abdus Salam telah menerima banyak penghargaan. Beberapa di antaranya adalah Adam's Prize Award dari Universitas Cambridge pada 1958 dan Royal Medal dari Royal Society London pada 1978. Selain itu, namanya tercatat sebagai anggota dalam pelbagai komunitas ilmuwan yang prestisius. Sebut saja, Akademi Tiberina di Roma pada 1979; Masyarakat Fisika Korea pada 1979; Akademi Ilmu Pengetahuan, Kesenian, dan Kemanusiaan Eropa di Paris pada 1980; dan Akademi Ilmu Pengetahuan Lisbon pada 1981.
Di sepanjang kariernya sebagai ilmuwan dan akademisi, Abdus Salam telah menerima banyak penghargaan.
Hingga tahun 1993, Abdus Salam menjadi guru besar fisika teoretis pada Imperial College of Science and Technology di London. Dalam periode yang sama, ia pun menjabat sebagai direktur International Centre for Theoretical Physics di Trieste, Italia. Salah satu tugasnya adalah kaderisasi ilmuwan-ilmuwan muda yang berasal dari negara-negara Dunia Ketiga.
Temuan
Terutama sejak abad modern, umumnya ilmuwan mengetahui ada empat gaya fundamental di seluruh semesta. Keempatnya adalah gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir jenis kuat, dan gaya nuklir jenis lemah.
Salah satu temua Abdus Salam yang revolusioner ialah, teorinya bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan prinsipil antara gaya nuklir dan gaya elektromagnetik. Kemudian, tak ada beda utama pula antara bentuk energi nuklir jenis lemah identik dan bentuk energi elektromagnetik.
Temuan Abdus Salam ini didukung oleh hasil eksperimen yang dilakukan di berbagai laboratorium riset di Genewa pada tahun 1973 dan di Pusat Akselerator Linier, Stanford, Amerika Serikat, pada 1978. Hasil percobaan itu memperkuat hipotesis atau teori fisikawan asal Pakistan ini.
Abdus Salam tidak puas dengan pencapaiannya itu. Lebih lanjut, ia merasa tertantang untuk menggabungkan gaya gravitasi dengan gaya elektronuklir yang kuat. Ia mendorong generasi muda Muslim di negara-negara Islam untuk menjawab tantangan ini dengan penelitian-penelitian.
Sebagai seorang ilmuwan Muslim terkemuka, Abdus Salam aktif berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teorinya, dengan harapan dapat dikembangkan oleh intelektual muda Muslim di berbagai negara Islam seperti Irak, Maroko, Bangladesh, India, dan Pakistan, negara asalnya sendiri.
Kritis
Dalam konteks internal umat Islam, Abdus Salam termasuk yang nyaring bersuara kritis. Secara cermat, ia kurang mendukung tren pemikiran era kontemporer, yakni gagasan Islamisasi pengetahuan. Alih-alih demikian, baginya jauh lebih penting untuk mengedepankan saintifikasi umat Islam. Dengan begitu, diharapkan kian banyak ilmuwan Muslim yang lahir dan berproses dengan baik.
Menurut Abdus Salam, umat Islam pada abad-abad silam telah memberikan sumbangsih yang luar biasa besar. Mereka-lah yang membuka pintu kemajuan era modern. Ia mengatakan, sains modern yang berkembang di Barat saat ini sesungguhnya adalah legasi tradisi ilmiah Islam yang berjumpa dengan filsafat Yunani.
Abdus Salam percaya, peningkatan mutu umat mesti dimulai dari perbaikan kualitas pendidikan di negara-negara Islam terlebih dahulu. Termasuk di dalam ikhtiar ini ialah pelatihan guru-guru dan bahwa negara memberikan tunjangan yang layak kepada mereka. Bagi siswa-siswi yang memenuhi kualifikasi, dapat dikirimkan ke pusat-pusat studi sains dan teknologi yang berkembang di Barat.
Abdus Salam mendorong dunia Islam untuk membentuk lembaga dana Islam yang dapat membiayai siswa Muslim berbakat dari berbagai negara Islam, tanpa memandang fanatisme etnis, ras, dan bangsa. Menurutnya, pendanaan ini bisa berasal dari negara-negara Muslim yang memiliki pendapatan yang cukup tinggi, yang bersedia menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk tujuan ini yang memiliki nilai Islami.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mohammed Arkoun, Sang Pemikir Muslim Kontemporer
Arkoun, pemikir Islam kelahiran Aljazair, mengajukan gagasan Islamologi terapan.
SELENGKAPNYAEtiopia, Negeri Penerima Hijrah Pertama
Di antara keistimewaan Etiopia ialah, tidak pernah merasakan penjajahan oleh bangsa Eropa.
SELENGKAPNYAPemberontakan Kaum Budak Era Abbasiyah
Para budak kulit gelap atau zanj memberontak dengan dipimpin seorang dari luar kelompok mereka.
SELENGKAPNYA