ILUSTRASI Ksatria Mamluk menunggangi kuda. Mamluk secara harfiah berarti bekas budak (mamalik). | DOK WIKIPEDIA

Dunia Islam

Pemberontakan Kaum Budak Era Abbasiyah

Para budak kulit gelap atau zanj memberontak dengan dipimpin seorang dari luar kelompok mereka.

Dalam sejarah dunia, keberadaan budak menjadi sebuah persoalan kemanusiaan. Kelompok hamba sahaya pun mewarnai histori umat Islam, dengan pelbagai dinamika.

Secara garis besar, Islam tidak membeda-bedakan tiap insan berdasar status sosial. Semua manusia sama; yang menjadikannya berbeda hanyalah iman dan takwa kepada Allah.

Rasulullah SAW pun menganjurkan pembebasan budak. Pada zamannya, beliau dan para sahabat gemar memerdekakan hamba sahaya. Bahkan, beberapa tokoh Muslimin kala itu berasal dari kelompok ini atau yang memiliki masa lalu sebagai budak.

Era Abbasiyah

Sesudah zaman Nabi Muhammad SAW, pelbagai kekhalifahan berdiri dan tenggelam. Salah satunya ialah Dinasti Abbasiyah yang muncul sejak pertengahan abad kedelapan Masehi.

Wangsa ini pun masih memberlakukan sistem perbudakan. Salah satu kelompok hamba sahaya yang mudah dijumpai di Irak--negeri pusat kekuasaan kekhalifahan ini--ialah orang-orang kulit gelap (zanj).

Kehadiran Zanj di Irak sesungguhnya sudah ada sejak era Abbasiyah. Pada zaman Bani Umayyah, mereka pun tercatat pernah menggelorakan pemberontakan. Misalnya, perlawanan yang dicetuskan di Kufah, yang kala itu dipimpin gubernur Mus'ab bin al-Zubair.

Kemudian, muncul gerakan pemberontakan terorganisir pada 75 H/649 M. Kup itu dipimpin oleh Rabah, yang dijuluki Shir Zanji, "Singa dari Zanj”. Namun, tampaknya kaum hamba sahaya ini menghadapi kegagalan awal.

Belakangan, kemakmuran masyarakat Irak selama era Abbasiyah, terutama sejak era Khalifah Harun al-Rasyid, mengarah pada perluasan proyek produksi skala besar. Semua itu membutuhkan tenaga kerja yang signifikan. Maka, makin marak praktik perekrutan budak-budak.

Dalam sistem sosial yang memungkinkan perolehan budak dalam jumlah tak terbatas, orang-orang zanj dibawa secara masif dari Afrika. Para budak kulit gelap ini lalu dijual di pasar-pasar terkenal di Irak.

photo
Lukisan yang menggambarkan pasar budak di Zanzibar pada abad ke-19. Pada era Abbasiyah, para budak zanj sempat memberontak. - (DOK WIKIPEDIA)

Sebagian besar budak di Irak selatan bekerja di reklamasi tanah (pembersihan dan penanaman) di wilayah pertemuan sungai Tigris dan Efrat, serta di pertanian besar. Mereka bekerja dalam kelompok yang diawasi oleh sipir yang ditunjuk oleh pemilik tanah, dan mereka diperlakukan dengan penghinaan dan kurang hormat oleh sipir dan pemilik. Dalam situasi seperti itu, wajar jika perasaan dendam, keinginan untuk emansipasi, dan kesiapan untuk revolusi dan balas dendam muncul.

Sosok pemimpin

Revolusi Zanj yang terjadi pada 869 hingga 883 M dipimpin oleh Ali bin Muhammad. Uniknya, sosok ini bukanlah murni orang kulit gelap atau zanj. Ia justru mengaku sebagai keturunan Bani Hasyim.

Referensi sejarah mengenai validitas garis keturunan tokoh ini cukup beragam. Beberapa mengungkapkan bahwa dia sesungguhnya berasal dari Persia, sedangkan yang lain mengklaim garis keturunan Arabnya memang benar ke Bani Hasyim.

Sejarawan al-Mas'udi mempertanyakan garis keturunan Arabnya. Sebab, pada masa itu ada cukup banyak orang-orang yang mengaku keturunan sahabat Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib.

Dalam artikel berjudul “The slaves’ revolt during the Abbasid era: Was Ali ibn Muhammad a liberation leader or a victim of ambition?” disebutkan bahwa sulit untuk membuktikan garis keturunan Ali bin Muhammad. Bagaimanapun, yang pasti adalah bahwa dia bukan orang zanj, melainkan mungkin Arab atau Persia. Inilah pula yang membedakan dirinya dengan rasa penentangan terhadap Abbasiyah.

Sebagai mantan penyair di istana Abbasiyah, Ali bin Muhammad pernah menjalin hubungan dengan beberapa bangsawan. Karena itu, kuat dugaan bahwa dia memiliki ambisi politik pribadi yang terwujud dalam upaya pemberontakan berulang kali di Baghdad dan Mosul. Akan tetapi, semua usaha itu berujung kegagalan.

 

 
Belajar dari yang sudah-sudah, Ali pun memilih strategi berbeda.

 

Belajar dari yang sudah-sudah, Ali pun memilih strategi berbeda. Kali ini, ia mengobarkan semangat revolusi bagi kaum tertindas meskipun dirinya sendiri berasal dari luar kelompok yang dimaksud.

Ali bin Muhammad mengklaim 'pengetahuan tentang yang gaib' dan mendapat dukungan dari para malaikat. Dan, tampaknya (klaim) afiliasinya dengan Bani Hasyim telah membantunya menarik lebih banyak pendukung pada saat pemberontakan sedang berlangsung.

Konon, dalam menjalankan aksinya, Ali bersama dengan para pengikutnya mengibarkan panji-panji yang bertuliskan ayat Alquran, yakni surah at-Taubah ayat ke-111. Ayat yang dahulu pun digunakan oleh kaum Khawarij itu berarti: “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang Mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Alquran."

photo
Peta wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah - (DOK WIKIPEDIA)

Setiap kali Ali bin Muhammad melewati tempat di mana ada para budak zanj, mereka pun akan dihasut agar bergabung dengannya. Bahkan, para pendukung Ali sampai-sampai menangkap sipir mereka. Dia melanjutkan dengan cara ini sepanjang hari sampai terkumpul sejumlah besar orang

Beberapa orang Arab bergabung dengan gerakannya, tetapi gagasan utama yang dia fokuskan adalah keadilan dan mengakhiri penindasan. Ini menarik tidak hanya orang-orang Zanj yang tertindas tetapi juga beberapa petani dan individu yang membenci otoritas kekhalifahan Abbasiyah di suku-suku selatan Irak, memungkinkannya untuk membentuk pasukan besar yang tersebar di wilayah yang luas.

Seperti pemimpin militer lainnya, Ali bin Muhammad menggunakan taktik yang efektif dalam setiap pertempuran dan situasi. Catatan berbeda tentang belas kasihannya, karena beberapa cerita menggambarkan dia melarang tentaranya untuk melakukan pembunuhan dan penjarahan yang tidak perlu. Sementara, yang lain menggambarkan kebijakan penghancuran, balas dendam, dan perbudakan yang diadopsi, termasuk wanita dan anak-anak.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Prahara di Twitter dan Alasan Pengguna Beralih ke Lain Hati

Twitter kini dianggap telah berpindah dari stabil ke startup.

SELENGKAPNYA

Bolehkah Tetap Nge-Gym Setelah Cedera?

Selalu dengarkan tubuh Anda dan ketahui batasan kemampuan tubuh pada saat berlatih.

SELENGKAPNYA

KEK Mandalika Terus Bersolek

Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan tiga proyek baru di The Mandalika

SELENGKAPNYA