Arsitektur
Simbol Ukhuwah Muslimin Kashmir
Masjid kebanggaan Muslimin Kashmir ini dibangun pada akhir abad ke-14.
Pemberitaan mengenai Kashmir barangkali didominasi persoalan konflik politik. Sebab, wilayah di dekat Pegunungan Himalaya itu memang menjadi rebutan antara dua negara berdaulat, yakni Pakistan dan India. Lebih dari setengah abad, ketegangan demikian berlangsung, baik secara nyata maupun inheren.
Bagaimanapun, hari-hari Kashmir tentunya tidak melulu berkutat pada politik. Masyarakat setempat memiliki karakteristik kultural dan sosial yang cukup kaya. Mereka umumnya terdiri atas pemeluk Islam.
Syiar agama tauhid masuk ke Kashmir secara bertahap dan cenderung tanpa pertumpahan darah. Mubaligh pertama yang mengunjungi kawasan lembah tersebut adalah Syarifuddin Sayyid Abdurrahman at-Turkistani. Sosok yang dijuluki Bulbul Shah itu merupakan murid pemimpin Tarekat Suhrawardiyyah, Shah Ni’matullah Wali Farsi.
Sejak Bulbul Shah menetap, dakwah Islam tersebar luas di Kashmir. Bahkan, penguasa setempat, Rainchan Shah, kemudian meninggalkan agama lamanya—Buddha—dan memutuskan untuk bersyahadat. Dialah pemimpin Kashmir pertama yang memeluk Islam.
Sejak menjadi Muslim, namanya berganti menjadi Sultan Sadruddin. Sesudah wafat pada 1323, putranya yang bernama Haider meneruskan takhta. Namun, raja kedua ini pada 1339 diturunkan oleh perdana menterinya, Syamsuddin Shah Mir.
Dimulailah dinasti baru yang memerintah Kashmir sejak saat itu. Wangsa tersebut memerintah rakyat setempat dengan hukum Islam. Syiar agama ini kemudian mengalami perkembangan pesat.
Puncaknya terjadi ketika negeri tersebut dipimpin Sikandar Butshikan (1389-1413), raja keenam dari Dinasti Shah Mir. Ia gemar mendirikan berbagai bangunan monumental untuk menunjukkan kegemilangan pemerintahannya.
Legasi arsitektur
Salah satu peninggalan Sultan Sikandar yang masih dapat dijumpai hingga sekarang ialah Masjid Khanqah Shah Hamdan. Bangunan tersebut berlokasi di kawasan Kota Tua Srinagar, teritori Kashmir yang dikuasai India. Konstruksi aslinya berdiri sejak tahun 1395.
Pada 1480, kebakaran hebat melanda masjid tersebut. Penguasa Muslim Kashmir saat itu, Sultan Hasan Shah, lantas merenovasi dengan menambah luas lahan dan daya tampungnya. Hasilnya bertahan hingga dua setengah abad.
Pada 1731, kebakaran besar lagi-lagi menghanguskan sebagian Masjid Khanqah Shah Hamdan. Pemerintah kolonial Inggris yang kala itu menguasai Anak Benua India lantas memugar beberapa bagian masjid tersebut pada 1732 tanpa menghilangkan bentuk orisinalnya.
Masjid ini dibangun dengan bahan utama kayu. Karena itu, bangunan cagar budaya ini sangat rentan kebakaran. Sultan Sikandar membangunnya tidak hanya sebagai tempat ibadah kaum Muslimin, tetapi juga untuk mengenang jasa-jasa Mir Sayyid Ali Hamadani (1314-1384).
Sepanjang abad ke-14, sufi tersebut berkontribusi besar dalam penyebaran syiar Islam di seluruh Kashmir. Berasal dari Persia, silsilah nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui garis Hussein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fathimah az-Zahra binti Rasulullah SAW. Sebagai bentuk terima kasih rakyat dan penguasa Kashmir, sang sultan menamakan masjid ini sebagai Masjid Shah Hamdan.
Masjid yang terletak di tepi Sungai Jhelum tersebut merupakan salah satu bukti pencapaian arsitektur tradisional Kashmir. Rancang bangun Masjid Khanqah Shah Hamdan bahkan menampilkan perpaduan antara unsur-unsur kebudayaan Islam dan Hindu-Buddha. Hal itu tampak dari bentuk atap yang berupa piramida bertingkat, bukan kubah seperti umumnya masjid di berbagai dunia Islam. Selain itu, masjid kebangaan masyarakat Srinagar ini juga tidak dilengkapi dengan menara.
Masjid ini memiliki denah persegi berukuran kira-kira 23 meter pada setiap sisinya. Bangunannya bertingkat dua. Atap berbentuk piramidal membedakan setiap tingkatnya. Lantai dasar memiliki beranda dengan lantai ganda yang mengitari seluruh bangunan. Pintu utamanya cukup lebar dan dinaungi sebuah kanopi.
Masih di lantai bawah, terdapat sebuah aula besar yang penuh akan dekorasi ukiran-ukiran kayu pada dindingnya. Pilar-pilar yang diukir dan didekorasi menopang seluruh aula pada keempat sudut. Setiap pilar tingginya sekitar 20 kaki. Untuk mencapai balkon di lantai atas, pengunjung dapat menapaki tangga ulir pada kedua ujung lantai dasar.
Lantai kedua lebih merupakan balkon lengkung yang menonjol pada keempat sisi struktur utama. Beranda dan balkon berbingkai dengan kisi-kisi kayu yang halus (//pinjras//). Pilar-pilar ramping menyangga balkon tersebut. Permukaannya menampilkan ukiran geometris khas Khasmir, yang bahkan marak dijumpai pada kuil-kuil di Tibet.
Dinding ruangan utama yang dipakai jamaah untuk shalat berbahan panel kayu. Pada bagian pinggirannya dikuatkan dengan fondasi batu. Seperti halnya bagian eksterior, sisi interior ini juga kaya akan ornamen geometris. Bersisian dengan plafon, terdapat ukiran kaligrafi Asmaul Husna dan sejumlah ayat suci Alquran berwarna emas. Lampu-lampu kristal menjadi sumber cahaya utama yang menerangi ruangan tersebut. Bentuknya indah sehingga tampak serasi dengan keseluruhan desain interior masjid ini.
Meskipun berukuran kecil, Masjid Shah Hamdan tergolong unik dan istimewa. Kaum Muslimin setempat pun terus berupaya menjaganya agar tetap lestari. Bagaimanapun, insiden kebakaran tampaknya masih menjadi momok bagi bangunan berusia lebih dari enam abad ini. Pada 15 November 2017 lalu, misalnya, puncak atap masjid tersebut sempat tersambar petir dan terbakar beberapa jam lamanya. Sesudah kejadian itu, pada 30 Maret 2018 otoritas lokal mendekorasi ulang puncak menara tersebut.
Dahulu, masjid ini menjadi jantung pemerintahan Islam atas seluruh Kashmir. Raja-raja Muslim setempat kerap menjadikannya sebagai tempat menenangkan diri dan mendengarkan aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh lokal. Kini, fungsinya cenderung sebagai masjid dan destinasi wisata sejarah. Tentunya, keberadaan bangunan ini diharapkan terus lestari meskipun Kashmir kerap “panas” oleh perselisihan dua kekuatan utama di Asia Selatan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Al-Zaytun dan MUI Hadapi Demonstrasi
Massa meminta agar Panji Gumilang ditangkap dan diadili.
SELENGKAPNYASekjen PBB: Israel Berlebihan di Jenin
Serangan di Jenin bisa meningkatkan tingkat kekerasan.
SELENGKAPNYA