Internasional
Israel Mundur, 13 Pejuang Palestina Gugur
Israel tembakkan gas air mata ke dalam rumah sakit.
JENIN -- Korban serangan Israel ke Pengungsian Jenin di Tepi Barat terus bertambah mencapai 13 orang pada Selasa (4/7/2023) malam. Serangan Israel juga memaksa ribuan orang mengungsi dari Jenin dan meninggalkan banyak kerusakan.
Militer Israel juga mulai menarik pasukan di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Selasa malam. Tapi pertempuran sengit antara pasukan Israel dan militan Palestina berlanjut di beberapa bagian kamp pengungsi Jenin.
Kondisi ini menunda penarikan yang direncanakan. Tepat setelah tengah malam, penduduk di kamp pengungsi Jenin mengatakan, tentara telah meninggalkan daerah tersebut.
Tepat setelah tengah malam, tentara Israel mengatakan, seorang tentara tewas dalam pertempuran itu. Tidak ada rincian lebih lanjut atas peristiwa itu.
Saat mengunjungi pos militer di luar Jenin, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengindikasikan bahwa operasi tersebut, salah satu yang paling intens di wilayah itu dalam hampir dua dekade, sudah mendekati akhir. Namun dia berjanji akan melakukan operasi serupa di masa depan. “Saat ini kami sedang menyelesaikan misi, dan saya dapat mengatakan bahwa operasi ekstensif kami di Jenin bukanlah satu kali saja,” katanya.
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan udara pada Selasa malam dengan menargetkan jaringan milisi yang terletak di pemakaman. Orang-orang bersenjata mengancam pasukan bergerak keluar dari kamp. Tidak ada kata langsung tentang korban.
Pejabat Israel dan Palestina juga melaporkan pertempuran di dekat sebuah rumah sakit di Jenin Selasa malam. Reporter Associated Press di lapangan bisa mendengar ledakan dan suara tembakan. Pejabat rumah sakit Palestina mengatakan kepada kantor berita resmi Palestina Wafa, bahwa tiga warga sipil terkena tembakan Israel.
Watch: Israeli occupation soldiers fired a barrage of live bullets at Jenin government hospital, causing panic among patients. pic.twitter.com/36oRiNiOoI — Wafa News Agency - English (WAFANewsEnglish) July 4, 2023
Seorang pejabat keamanan Israel membenarkan bahwa pasukan telah mulai pergi. Namun dia mengatakan, penarikan itu diperumit oleh pertempura-pertempuran susulan. Dia berbicara dengan syarat anonim sambil menunggu pengumuman resmi.
Perkembangan itu terjadi beberapa jam setelah seorang anggota Hamas menabrakkan mobilnya ke halte bus di Tel Aviv yang penuh sesak. Dia mulai menikam orang, melukai delapan orang, termasuk seorang perempuan hamil yang dilaporkan kehilangan bayinya.
Penyerang itu dibunuh oleh seorang bersenjata. Hamas mengatakan, serangan tersebut adalah balas dendam atas serangan Israel di Tepi Barat.
Serangan besar-besaran itu terjadi di tengah lonjakan kekerasan selama lebih dari setahun yang telah menciptakan tantangan bagi pemerintah sayap kanan Netanyahu. Pemerintahan Israel saat ini didominasi oleh kelompok ultranasionalis yang menyerukan tindakan lebih keras terhadap milisi Palestina.
Lebih dari 140 warga Palestina meninggal tahun ini di Tepi Barat. Serangan Palestina yang menargetkan warga Israel telah menewaskan sedikitnya 25 orang, termasuk penembakan bulan lalu yang menewaskan empat pemukim.
Dengan serangan udara dan kehadiran pasukan darat yang besar, serangan itu menjadi ciri khas taktik militer Israel selama pemberontakan Palestina kedua di awal tahun 2000-an. Namun ada juga perbedaan. Cakupannya lebih terbatas, dengan operasi militer Israel difokuskan pada beberapa benteng milisi Palestina.
Tapi operasi berkelanjutan baru ini telah menimbulkan peringatan dari kelompok kemanusiaan tentang situasi yang memburuk. Doctors Without Borders menuduh tentara menembakkan gas air mata ke rumah sakit. Tindakan itu membuat ruang gawat darurat penuh dengan asap dan memaksa pasien gawat darurat dirawat di aula utama.
Kantor kepala hak asasi manusia PBB mengatakan, skala operasi tersebut meningkatkan sejumlah masalah serius sehubungan dengan norma dan standar hak asasi manusia internasional. Hal ini merusak perlindungan dan menghormati hak untuk hidup.
Badan-badan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (4/7/2023), menyuarakan peringatan pada skala operasi militer Israel yang sedang berlangsung di kota Jenin. Operasi tersebut melibatkan serangan drone dan ratusan tentara dan merupakan salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun.
"Kami khawatir dengan skala operasi udara dan darat yang terjadi di Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, dan serangan udara menghantam kamp pengungsi yang padat penduduk," kata juru bicara kantor kemanusiaan PBB Vanessa Huguenin dalam sebuah pengarahan.
Huguenin mengatakan tiga anak di bawah umur termasuk di antara 13 korban yang meninggal dunia. Kerusakan infrastruktur yang disebabkan oleh serangan udara telah memutuskan sebagian besar air dan listrik di kamp tersebut. Bulan Sabit Merah Palestina sebelumnya mengatakan telah mengevakuasi sekitar 3.000 orang.
Palang Merah mengungkapkan rasa prihatin dengan intensifikasi kekerasan bersenjata yang mengkhawatirkan di Jenin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan amal medis MSF menyuarakan keprihatinan tentang akses.
"Serangan terhadap perawatan kesehatan termasuk pencegahan akses ke orang yang terluka sangat memprihatinkan," kata juru bicara WHO Christian Lindmeier. Lindmeier menyatakan, bahwa pembatasan yang diberlakukan oleh pasukan Israel berarti petugas pertolongan pertama tidak dapat menjangkau yang terluka parah di dalam kamp.
Lembaga kemanusiaan asal Prancis yang berfokus di bidang medis, Doctor Without Borders (DWB), mengungkapkan, militer Israel mengerahkan beberapa buldoser untuk menghancurkan jalanan menuju kamp pengungsi Jenin. “Paramedis Palestina terpaksa berjalan kaki, di daerah dengan tembakan aktif dan serangan pesawat tak berawak,” kata DWB dalam keterangannya, Selasa (4/7/2023).
Semua jalan menuju kamp pengungsi Jenin telah diblokir selama operasi militer Israel. Padahal masih terdapat korban yang membutuhkan perawatan di dalam kamp pengungsi. Saat ini staf DWB masih memberikan perawatan kesehatan darurat di Jenin. Sedikitnya delapan orang telah dilaporkan tewas dan 91 lainnya mengalami luka-luka sejak pasukan Israel melancarkan penyerbuan ke wilayah tersebut pada Ahad (2/7/2023) malam hingga Senin (3/7/2023).
Menurut DWB, sejumlah tabung gas air mata turut mendarat di halaman rumah sakit Khalil Suleiman. Rumah sakit tersebut telah menjadi tempat DWB merawat para pasien yang menderita luka tembak. “Kami telah melihat beberapa pasien dengan luka tembak di kepala dan kami telah menerima 55 pasien yang terluka,” kata Koordinator Operasi DWB di Jenin Jovana Arsenijevic, dikutip laman resmi DWB yang dikenal pula dengan nama Medecins Sans Frontieres.
“Kami telah bekerja selama 15 jam dan pasien terus berdatangan. Ini adalah operasi militer yang sangat lama, namun masih ada korban yang tidak dapat dihubungi. Staf layanan kesehatan harus diizinkan untuk mengakses pasien tanpa hambatan,” tambah Arsenijevic.
Menurut Arsenijevic, operasi penyerbuan dan penggerebekan yang dilakukan Israel di Jenin semakin sering terjadi. “Penggunaan helikopter serang dan serangan drone di daerah padat penduduk menunjukkan peningkatan intensitas yang nyata dan sangat keterlaluan,” ucapnya.
Dia menambahkan, penggerebekan di kamp pengungsi Jenin mulai mengikuti pola yang biasa. “Ambulans ditabrak oleh mobil lapis baja dan pasien serta staf kesehatan secara rutin ditolak masuk dan keluar ke kamp,” ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.