Kabar Utama
Marahnya Paus Fransiskus Soal Pembakaran Alquran
Paus menolak alasan kebebasan berbicara sebagai pembenaran tindakan pembakaran Alquran.
Oleh DWINA AGUSTIN, ANDRIAN SAPUTRA
VATIKAN -- Pembakaran Alquran yang dilakukan di Stockholm, Swedia, memancing keprihatinan bukan hanya dari tokoh Muslim di dunia. Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus bahkan mengutuk aksi yang dilakukan oleh imigran asal Irak, Salwan Momika, pada Hari Raya Idul Adha tersebut. Paus bukan hanya mengutuk pembakaran Alquran. Dia merasa marah dan jijik melihat kitab suci dinodai.
"Kitab apa pun yang dianggap suci harus dihormati untuk menghormati mereka yang mempercayainya. Saya merasa marah dan muak dengan tindakan ini," ujar Paus dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di surat kabar Uni Emirat Arab Al Ittihad pada Senin (3/7/2023).
Paus menolak alasan kebebasan berbicara sebagai pembenaran tindakan pembakaran Alquran. “Kebebasan berbicara tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk merendahkan orang lain, dan membiarkan yang ditolak dan dikutuk,” katanya.
Kebebasan berbicara tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk merendahkan orang lain, dan membiarkan yang ditolak dan dikutukPAUS FRANSISKUS Pemimpin Gereja Katolik
Sebenarnya, polisi Swedia telah menolak beberapa pengajuan untuk melakukan demonstrasi anti-Alquran akhir-akhir ini. Hanya saja, pengadilan baik tingkat pertama maupun banding telah menolak keputusan tersebut. Pengadilan mengatakan, pelarangan pembakaran Alquran adalah melanggar kebebasan berbicara.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan pada akhir pekan lalu, tindakan kolektif diperlukan dan hukum internasional harus digunakan untuk menghentikan kebencian agama. "Kita harus mengirimkan pengingat terus-menerus kepada masyarakat internasional mengenai penerapan hukum internasional yang mendesak, yang jelas melarang advokasi kebencian agama," ujar organisasi yang terdiri atas 57 anggota itu, dikutip dari Aljazirah.
Arab Saudi memanggil duta besar Swedia atas insiden tersebut dan mendesak Swedia untuk menghentikan semua tindakan yang secara langsung bertentangan dengan upaya internasional yang berupaya menyebarkan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan penolakan terhadap ekstremisme. Riyadh menegaskan, upaya untuk rasa saling menghormati yang diperlukan untuk hubungan antara masyarakat dan negara.
Sementara itu, polisi Swedia yang sebelumnya telah memberikan izin terhadap pembakaran Alquran mendakwa Salwan Momika karena melakukan agitasi terhadap kelompok etnis atau bangsa. Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan, pembakaran Alquran dapat mengubah citra baik Swedia menjadi buruk. Dia mengatakan, negaranya sedang berjuang untuk menyelamatkan reputasinya.
"Citra baik Swedia akan berubah dalam jangka panjang jika terus digambarkan sebagai Islamofobia. Sulit untuk memprediksi apa konsekuensinya dalam proses persetujuan keanggotaan NATO Swedia. Pertahanan juga penting,” kata Billstrom, dikutip dari Anadolu Agency.
Billstrom menegaskan, Swedia memperhatikan keberatan Turki dalam meratifikasi aksesi negara itu ke NATO. Ankara telah mengajukan keberatan atas aksi-aksi pembakaran Alquran di Stockholm, termasuk yang terbaru pada hari pertama Idul Adha pada 28 Juni 2023.
Kementerian Luar Negeri Swedia pada akhir pekan telah mengecam pembakaran Alquran yang terbaru oleh Salwan Momika. "Pemerintah Swedia memahami bahwa tindakan Islamofobia individu dalam demonstrasi di negara itu dapat menyinggung umat Islam. Kami mengutuk keras tindakan ini yang tidak mencerminkan pandangan Pemerintah Swedia dengan cara apa pun," ujarnya.
"Rasialisme, xenofobia, dan intoleransi terkait tidak memiliki tempat di Swedia atau Eropa," kata Kementerian Luar Negeri Swedia menggambarkan pembakaran Alquran dan kitab suci lainnya sebagai provokasi yang jelas.
Menurut Kementerian Luar Negeri Swedia, demonstrasi yang diadakan oleh Momika memiliki konsekuensi serius bagi keselamatan dan keamanan internal Swedia. “Di Swedia, kebebasan berekspresi mendapatkan perlindungan yang kuat. Namun, tentu saja ini tidak berarti bahwa pemerintah mendukung setiap pendapat yang diungkapkan. Pertemuan publik yang sepenuhnya legal juga dapat bersifat polarisasi dan ofensif,” kata dia.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan, sudah saatnya Swedia memikirkan identitasnya. “Ini adalah situasi keamanan yang serius. Tidak ada alasan untuk menghina orang lain,” kata Kristersson.
Ini adalah situasi keamanan yang serius. Tidak ada alasan untuk menghina orang lainULF KRISTERSSON Perdana Menteri Swedia
Pembakaran Alquran yang dilakukan oleh seorang pria asal Irak di depan sebuah masjid di Stockholm, Swedia, pekan lalu telah memantik reaksi dari dunia Islam. Negara-negara Islam mengecam tindakan Islamofobia yang dilakukan oleh pria bernama Salwan Momika itu. Pemerintah Irak meminta Swedia untuk menyerahkan Salwan sehingga dapat diadili secara tegas atas aksi Islamofobia yang dilakukannya.
Dalam aksinya, pemuda itu merobek beberapa halaman salinan Alquran dan membakarnya dengan tujuan mengkritik Islam. Ia pun memperkenalkan diri sebagai ateis sekuler di media sosial. Lantas, apa yang harus dilakukan umat Islam Indonesia menyikapi kasus perobekan Alquran di Swedia?
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persis KH Jeje Zainudin mengatakan, reaksi kemarahan umat Islam atas kasus pembakaran Alquran di Swedia menunjukkan kecintaan umat terhadap Alquran. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menjelaskan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW bahwa di antara ciri keimanan adalah cinta karena Allah dan marah pun karena Allah. Oleh karena itu, menurut Kiai Jeje, apabila seseorang tidak memiliki rasa marah atas kemungkaran yang berupa penghinaan terhadap simbol kesucian agama, seperti perobekan Alquran di Swedia, maka sama artinya sudah tidak punya keimanan kepada agamanya sendiri.
Kiai Jeje menjelaskan, sebagai bentuk kecintaan terhadap Alquran yang merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, patut bagi seorang Muslim marah dan protes atas penghinaan terhadap Alquran seperti yang dilakukan oleh Salwan di Swedia. Ia menjelaskan, protes terhadap perobekan Alquran di Swedia dapat dilakukan secara perorangan, kelembagaan, bahkan secara resmi oleh Pemerintah Indonesia.
Kendati demikian, dia menilai perbuatan buruk tidak boleh dibalas dengan keburukan pula. Karena itu, dia menegaskan, aksi perobekan Alquran yang dilakukan oleh Salwan Momika di Swedia tidak boleh dibalas dengan membakar kitab suci agama lain.
"Karena kemarahan kita karena Allah, tentu tidak boleh dengan cara dan tindakan yang tidak terpuji. Kita dilarang oleh agama kita membalas keburukan dengan keburukan lagi, dilarang membalas pembakaran Alquran dengan membakar kitab suci agama lain, tetapi balas keburukan dengan cara yang terpuji dan terhormat," kata Kiai Jeje kepada Republika, Selasa (4/07/2023).
Dilarang membalas pembakaran Alquran dengan membakar kitab suci agama lain, tetapi balas keburukan dengan cara yang terpuji dan terhormatJEJE ZAINUDIN Ketua Umum PP Persis
Lebih lanjut, Kiai Jeje mengatakan, Alquran dengan jelas mengajarkan umat Islam untuk menolak perbuatan buruk dengan cara yang baik. Sebagaimana terdapat dalam QS al-Fussilat ayat 34 yang artinya, "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."
Maka dari itu, menurut kiai Jeje, yang harus dikecam adalah pelaku perobekan Alquran dan pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya hal itu. "Yang harus dikecam, diprotes, dan dikutuk adalah mereka yang jadi pelaku penghinaan dan pihak pihak yang bertanggung jawab, bukan agama dan kitab suci mereka yang mereka anut. Islam justru mengajarkan untuk mengimani dan memuliakan semua kitab yang dibawa para nabi sebelum Nabi Muhammad. Kita diperintahkan objektif dan adil dalam menyikapi segala hal. Adalah dua hal berbeda antara pemikiran dan perbuatan pemeluk agama dengan kitab suci agama yang dianutnya. Tidak mungkin kitab suci yang benar dari Tuhan mengajarkan kekejian dan penghinaan kepada kitab suci yang lain," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.