Sastra
Hujan Batu
Puisi Imam Budiman
Oleh IMAM BUDIMAN
Darah Pertama
sebelum dini hari satu anak belum terdengar suara
terompah kulitnya dari pintu yang ia pisahi terakhir
kali sedari pagi tadi. hutan telah raib—hanya pekat.
datang kabar kepadanya perihal penerimaan ilah:
kambing sintal dimakan api yang turun dari langit
sementara seikat hasil ladang buruk mengutuk diri.
barangkali tongkat kayu atau sebongkah batu
atau cekikan serta gigitan serupa hewan buas
mengakhiri tidur dengan kepala yang pecah.
dipanggul jasad tak bernyawa itu
satu tahun—mungkin pula seratus.
ditanggung pedih itu; betis melekat paha
wajah menantang arah semayam matahari.
sebelum seekor gagak menggali tanah,
menanam tubuh lain bersimbah darah.
2023
***
Musabab Mata Air
mengapa kau tinggalkan kami
berantah tanah tandus tiada penghuni, lembah
tanpa tumbuhan serta ternak perahan, bayi itu
belum mengerti mengapa ia harus diasingkan.
hanya naungan dauhah, beberapa
butir kurma, beserta gerabah
milik ibu yang kesepian.
air susu mengering, pasung nyeri
tersisa tenaga pada cekik dahaga
tak ada mata air—hanya air mata
sebelum bekas kakinya menagih
menerbitkan lubang sumur abadi
benar, ilah tak menelantarkan kami
2023
***
Setelah Banjir Bah
jemaat, akar-bijian, segala yang melata
mencari papan ternyaman di biliknya
pada panjang kapal seribu dua ratus
dan lebar ruang enam ratus hasta.
tiga tingkat disusun; satu hewan buas
satu manusia, satu bagi para burung.
maka, diperlihatkan drama haru itu:
menyaksikan nabi melepas air mata
dilarung dari senyap sebuah bahtera.
sepenggal pinta akhir yang tertolak;
barangkali sebuah janji—tapi tidak
kasih purba milik seorang bapak.
barangkali, sungguh akan dikunyah
dalam kemarahan kutuk banjir itu.
barangkali, masih ada potongan kecil
terulang dalam adegan ini sekali lagi.
bah serupa bukit, tiada rakit yang selamat
dari murka jelang seribu tahun yang rabun
2023
***
Hujan Batu
jangan kau mengapung di danau itu ketika murka
telah mengepung di setiap tapal batas yang urung.
hujan batu telah melumat dubur mereka, sebelum tanah itu
dijungkirbalikkan—menjadi asin dalam maklumat sejarah
andai zakar mereka berkumpang secara mesti
tiada terkutuk kampung itu atas silsilah nabi
dua putri terkasih yang suci, yang menjamu dua tamu asing
hanya berlari menjauh dari api yang membakar tanpa tapi.
2023
***
Menunaikan Mimpi
mungkin tengkurap—atau tengkuk
agar tak terlihat kilat dan kesedihan
saat keduanya berpisah.
pelipis anak itu, ia tahu
telah menyentuh tanah.
sungguh berselang lipatan jari
wangi darah menyeruak di sini.
ada basmalah yang getir sesaat parang
di tangannya akan mengakhiri lisan
syahadat darah daging terkasih.
sungguh kau benarkan mimpi itu.
seekor domba putih bertanduk, embik
mengalahkan sejawat, mekar matanya
terikat pada sebuah tombak di gunung
telah kami gembalakan di kebun surga
selama empat puluh musim berturut.
: menjelma tubuh lain yang kau peluk.
2023
***
Menyusun Batu
ia yang bermasyuk membetulkan anak panah
di rindang pohon tak jauh dari sumur kakinya
kedatangan sosok dari jauh, mengantar titah
menyusun rumah ilah.
apakah batu-batu di lembah ini bertasmiyah
setiap pijak yang tak beranjak, memetakan
nama serta tanda agar arah tiada tertunda.
sebelum banjir dan bola api di tahun amarah
yang membakar—menjagal, yang meruntuh
akibat perebutan tahta serta konflik politik.
tangan kecilmu menjadi wasilah
bagi tawaf manusia tak berumah.
2023
***
Mata Buta
di peta yang basah, langit tidak setabah
nabi yang terpaksa menyerah atas drama
sepotong jubah penuh darah
telah ditanggalkan mimpi itu, sebelas
bintang, matahari, serta bulan simpuh
simpan baik-baik kisahmu
sebab ia tahu apa yang akan terjadi
tetapi seekor serigala—mereka ciptakan
di lakon ini, telah merobek lambungnya.
pada mata yang buta, mata yang menyusun
kesedihan di tahun-tahun penuh payah luka
ditangisi anak itu, sedalam-dalamnya
terjebak anak itu, di sumur mimpinya
2023
***
Mata Putih
bukankah sahih disebut pencuri bagi siapa saja
yang menyimpan piala di kantung gandumnya
tetapi, sumpah telah kami ikrarkan, tuan
pantang kami pulang dari negeri subur ini.
lalu melesat kabar itu selekas terik paceklik
menaburkan perih debu di kedua matanya
mata murung yang berupaya
sembuh dari kehilangan
kesedihan memakan berat badannya.
tak henti ia menyusun tubuh anaknya
—dalam gelap yang memasung
2023
Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Menyelesaikan S-1 Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences. Semasa kuliah, turut aktif di Komunitas Diskusi dan Kajian Sastra Rusabesi. Puisi-puisinya tersebar di berbagai media cetak nasional.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Misi Besar Keberlanjutan Raksasa Teknologi
Di Google Maps kita dapat menemukan opsi transit berkelanjutan, bersepeda, berjalan kaki, naik transportasi umum.
SELENGKAPNYAPuluhan Ribu Hektare Hutan dan Lahan Terbakar Sejak Awal Tahun
Pemda diminta membentuk satgas khusus untuk mewaspadai dampak El Nino.
SELENGKAPNYAMenanti Aksi 'Wonderkid' Tim Tango di GBK
Aksi para pemain muda timnas Argentina patut dinantikan.
SELENGKAPNYA