Dunia Islam
Gelora Syiar Islam di Peru
Pasca-Peristiwa 11 September 2001, jumlah mualaf Peru meningkat tajam.
Peristiwa 11 September 2001 (9/11) membuat dunia Islam terguncang. Umat Islam serta-merta disangkutpautkan karena ulah gerombolan teroris yang menyerang Amerika Serikat (AS). Sontak saja, stigma sebagai agama kekerasan ditudingkan kepada Islam.
Namun, dengan kekuasaan-Nya, Allah SWT selalu menjaga agama ini. Tragedi kelam pada 2001 itu justru membuat banyak warga dunia penasaran terhadap Islam. Bahkan, hal itu menumbuhkan keinginan untuk memeluk agama rahmatan lil alamin ini. Masyarakat Amerika Latin termasuk yang banyak mendapat hidayah pascaperistiwa tersebut.
Pakar Islam Universitas Sao Paolo, Brasil, Paulo Daniel Farah, mengatakan wilayah Amerika Latin mengalami gelombang penguatan Islam pascaperistiwa 11 September. Setiap negara di kawasan Latin mengalami peningkatan jumlah pemeluk Islam secara siginifikan.
Saat ini, terdapat sekitar enam juta Muslim di Amerika Latin. Brasil menjadi negara Latin yang memiliki penduduk Muslim terbesar. Meski demikian, umat Islam di Peru menjadi contoh baik dalam kehidupan sosial masyarakat Muslim. Dakwah Islam di negara ini berkembang amat pesat.
Meski demikian, jumlah Muslimin terus berkembang dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mereka pun hidup nyaman dengan kebebasan agama yang diterapkan pemerintah setempat.
Seperti negeri tetangganya Ekuador, Kolombia, Bolivia, dan Chile, Peru pun banyak dipengaruhi budaya Spanyol. Negeri kaya emas dan perak tersebut merupakan bekas koloni Spanyol yang merdeka atas bantuan Argentina. Namun, dari Spanyol pula Peru mengenal agama Islam.
Mulanya dakwah
Secara historis, Islam pertama kali dikenalkan oleh bangsa Moor atau Moros dari Spanyol. Mereka melarikan diri dari Spanyol ke Peru karena mendapat penyiksaan. Tercatat dalam sejarah, terdapat seorang wakil penguasa Spanyol di Peru yang merupakan bangsa Moor dari Guadalajara.
Ia bernama Alvaro Gonzalez. Pada 1560, Alvaro dijebloskan ke penjara di Kota Cuzco dengan leher terbelenggu karena telah mempraktikkan dan menyebarkan agama Islam. Rekannya yang merupakan keturunan bangsa Spanyol dan negro, Luis Solano, pun mengalami nasib serupa dengan dakwaan yang sama.
Islam pun sempat lenyap karena banyaknya penyiksaan terhadap Muslimin. Umat Islam sempat dicekam ketakutan hingga enggan menyebut diri sebagai Muslim. Sementara Islam tenggelam, misionaris Peru McNaim giat menyebarkan paham gereja.
Keadaan berubah ketika pada 1940-an, terjadi eksodus Muslim Palestina dan Lebanon yang hendak menyelamatkan diri dari kekejaman Israel. Mereka masuk ke Peru dan Islam pun dikenal kembali di negara itu untuk kali kedua.
Tak hanya berjasa mengenalkan kembali Islam, para pengungsi dari Palestina dan Lebanon juga berperan penting dalam membangun perekonomian Peru. Pada 1993, kaum Muslimin membentuk komunitas dan membangun masjid. Sayangnya, masjid itu tak bertahan lama karena kesulitan dana untuk merawat dan mengelolanya.
Kaum imigran dari Palestina dan Lebanon itu pun kemudian menjalin hubungan ukhuwah Islamiah dengan kaum etnis Moor yang merupakan pemeluk Islam awal di Peru. Mereka saling memengaruhi adat istiadat hingga terbentuklah budaya perpaduan keduanya, budaya Islam. Maka tak heran, jika ibu kota Peru, Lima, memiliki aura keislaman yang kuat.
Memasuki kota ini akan tampak pemandangan layaknya Andalusia pada masa kejayaan Islam. Begitu banyak arsitektur Islam yang menghiasi Kota Lima. Masyarakat setempat menyebut arsitektur tersebut sebagai gaya Arabescos, yakni perpaduan gaya Timur Tengah dan Mediterania. Kehadiran bangunan-bangunan berasitektur Islam itu membuat Muslim dikagumi oleh masyarakat setempat.
Tak sekadar menjalin ukhuwah Islamiah, komunitas Moor dan kaum imigran Palestina serta Lebanon pun bersama-sama menyebarkan agama Islam di Peru. Dimulai sekitar 1980-an, kegiatan dakwah menggeliat. Tak sedikit warga Latin yang memeluk agama Islam. Bahkan, pascaperistiwa 11 September, jumlah mualaf meningkat tajam. Meski masih merupakan kelompok minoritas, Muslimin sangat aktif menggelar syiar Islam hingga kini. Aktivitas dakwah ini bisa berjalan berkat kebijakan Pemerintah Peru yang memberikan kebebasan bagi setiap umat beragama.
Kiprah organisasi Islam
Saat ini terdapat beberapa organisasi Islam di Peru. Hampir seluruh organisasi tersebut berpusat di Lima. Sebab, kota ini memang menjadi pusat penyebaran Islam di Peru. Beberapa organisasi Islam itu, antara lain, Asociación Islámica del Perú dan Musulmanes Peruanos of Naqshbandi Haqqani.
Kedua organisasi tersebut kerap menyelenggarakan kegiatan, baik kegiatan agama maupun sosial kemasyarakatan. Mereka menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat non-Islam, juga aktif membantu anak-anak telantar dan yatim piatu korban trafficking (perdagangan manusia).
Menyokong program penyelamatan yatim piatu tersebut, organisasi Persatuan Amerika Latin Muslim (LAMU) yang berpusat di California, AS, kemudian menggalang dana untuk membangun panti sosial di Peru. Mereka berencana membangun panti asuhan Islam pertama di negara ini untuk menangani anak-anak telantar yang jumlahnya sangat banyak di Amerika Latin. LAMU juga memberikan bantuan dana untuk organisasi Islam Peru dalam melaksanakan program dakwah Islam.
Organisasi Islam di negara ini memang dikenal giat berdakwah. Tak hanya di kota besar, aktivitas dakwah juga dilakukan di wilayah pedesaan terpencil. Mereka pun melebarkan sayap dakwah melalui internet dengan membuat situs internet bertajuk Musulmanes Peruanos. Sembari berdakwah, Muslimin Peru pun dikenal sangat ringan tangan dalam membantu warga miskin tanpa melihat latar belakang agama apalagi etnis.
Masjid Bab al-Islam
Masjid Bab al-Islam merupakan salah satu bangunan gaya Arabescos yang mempercantik Peru. Tempat ibadah ini berdiri megah di Tacna, sebuah kota di selatan Peru, dekat perbatasan dengan Chile.
Meski dibangun sejak 1995, seluruh proses pembangunan masjid baru tuntas pada 2008. Inilah masjid pertama di Peru dan bahkan kini telah menjadi perlambang (landmark) Kota Tacna.
Pembangunan masjid ini bermula dari inisiatif 25 pengusaha Muslim asal Pakistan yang bermigrasi ke Tacna pada 1995. Awalnya, bangunan masjid ini sangat sederhana. Seiring bergulirnya waktu, sumbangan dari jamaah ataupun organisasi Islam terus mengalir. Maka itu, disempurnakanlah masjid ini dengan arsitektur cantik lengkap dengan empat kubah dan satu menara.
Saat ini, Masjid Bab al-Islam menjadi tempat ibadah yang senantiasa ramai dikunjungi oleh umat Islam di Tacna, yang jumlahnya sekitar 350 jiwa. Di tempat ini, mereka beribadah sekaligus berdakwah. Selain bahasa Spanyol, khotbah di masjid ini juga disampaikan dalam bahasa Arab.
Masjid Bab al-Islam juga membuka sekolah bagi anak-anak Muslim. Tak hanya mempelajari Islam, mereka juga mendapatkan ilmu pengetahuan umum. Sekolah ini merupakan pengembangan dari Sekolah Sains Shah Wali-Ullah yang didirikan Sher Afzal Khan Barikoti.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Taman-Taman Representasi Keindahan Islam
Semua kota Islam pada era klasik memiliki taman yang mempesona.
SELENGKAPNYASerba-serbi Perjuangan KH Djazuli Utsman
Pendiri Ponpes Ploso di Kediri ini turut berjuang terutama pada masa pendudukan Jepang dan revolusi.
SELENGKAPNYAKH Djazuli Utsman, Pendiri Ponpes Ploso
KH Djazuli Utsman pernah berguru pada Hadratus Syekh Hasyim Asyari.
SELENGKAPNYA