Oase
‘Pernikahan Mendekatkanku pada Islam’
Seorang mualaf asal Amerika Serikat (AS) Anna Maidi mengenal ajaran Islam dari lelaki yang akhirnya menjadi suaminya.
Anna, begitu panggilannya, mengaku bahwa berkat sang suami dia memeluk Islam. Padahal, stigma negatif Muslimin ketika itu masih sangat berpengaruh di Amerika Serikat, yakni akibat peristiwa serangan teroris pada 11 September 2001 (9/11). Sesudah insiden 9/11, banyak pemberitaan yang cenderung tendensius terhadap Islam.
Sekitar tahun 2006, Anna masih berada di bangku kuliah. Kisah wanita ini mengenal Islam bermula ketika dirinya mengenal seorang pria, yang saat itu berusia 19 tahun. Ia bertemu dengan lelaki itu di ruang baca Kafe Hoosier.
Saat berkenalan, pria itu memberikan kepadanya sebotol jus. Chabane Maidi, demikian namanya, tampak ramah dan hangat. Pertemuan dengan sosok yang akhirnya menjadi suami Anna itu terjadi pada 2006, saat ia berusia 18 tahun.
Saat Anna mengenal Maidi, lelaki itu adalah seorang Muslim yang taat. Maidi memiliki keyakinan yang kuat dengan agama dan Alquran. Sementara itu, Anna mengakui, saat itu sebatas percaya akan eksistensi Tuhan walaupun dirinya tidak begitu religius.
Pertemuan tersebut mendorong keinginan kuat pada diri Anna untuk mengetahui lebih dekat Alquran. Dia mencoba membaca terjemahannya. Sebagai seorang mahasiswa, Anna tidak terlalu punya banyak waktu `bercengkerama' dengan kitab suci.
Tetapi, diam-diam, saat berada di Prancis pada 2009, Anna mulai sering membaca Alquran. Selama interaksinya dengan kitab suci umat Islam itulah, dia merasa mene mukan kebenaran. Dia pun resmi memeluk Islam sepekan sebelum dia kembali ke Amerika.
Sekembalinya ke AS, dia tidak segera memberitahu Maidi, yang saat itu belum menjadi suaminya. "Saat itu saya hanya ingin bersama Tuhan saja," kata dia.
Sejak saat itulah, Maidi dan Anna memutuskan menikah. Keduanya dikaruniai dua anak. Anak pertamanya berusia sembilan tahun dan anak keduanya berusia delapan tahun.
Setelah menjadi mualaf, Anna merasa dapat melihat banyak keindahan di dunia. Dia merasa seolah-olah menjadi diri sendiri, lebih dari sebelumnya.
Namun ternyata, tetap saja dia memiliki kendala, khususnya ketika dia memutuskan mengenakan jilbab. Berhijab adalah keputusan yang terus dipikirkannya berulang-ulang setiap hari. Saat meninggalkan rumah, dia tidak melihat ke cermin, tapi dia sadar banyak orang yang menatapnya saat dia menutup kepala dengan jilbabnya.
Banyak orang mengetahuinya sebagai seorang Muslimah, ketika dia pergi bekerja meng gunakan jilbab. "Ketika saya berpakaian tertutup, saya melihat banyak orang menatap saya, dan saya bertanya dalam hati, apakah mereka membenciku? Ketika seseorang mendekatiku, aku menjadi khawatir," ujar dia.
Satu hal yang penting, meski banyak orang menatap aneh dengan jilbabnya, dia sangat bersyukur, keluarganya sangat terbuka dan mendukung pilihannya. Sudah sejak lama, keluarganya memutuskan tak lagi beragama. Demikian halnya dengan sikap para sahabatnya.
Anna menemui banyak pertanyaan di balik keislamannya. Namun, mereka tidak mengintimidasi, sekadar ingin tahu. Setelah dia menjelaskan alasan dan keyakinannya, mereka mengerti dan menerimanya.
Empat tipe sikapi Islam
Menurut Anna, warga Amerika terbagi menjadi empat klasifikasi memandang umat Islam. Pertama, mereka yang menyikapi dengan prinsip kesetaraan, tak ada beda Islam dan non-Islam. Orang-orang ini memandang, Muslim di Amerika adalah orang Amerika juga, begitulah kira-kira.
Kedua, tipe yang khawatir dengan umat Islam. Kekhawatiran itu muncul dari pemberitaan miring media. Ketiga, para pembenci Muslim yang membabi buta. Mereka tak pernah melihat ada kebaikan dari umat Islam.
Keempat, dan tipe ini yang paling berbahaya menurut Anna, golongan pembenci Muslim dan mereka memang dididik untuk mendiskreditkan umat Islam. Bagi mereka tak penting memahami Islam, cukup dengan mengindetifikasi pemeluknya sebagai Muslim.
Dari keempat tipologi tersebut, Anna pernah terseret dalam salah satunya. Dia pernah membenci Islam dan umatnya. Terutama saat peristiwa 9/11. Saat itu, dia merasa tragedi tersebut sangat mengerikan. Namun, setelah dewasa, dia memahami apa yang terjadi di dunia.
Justru, gejolak kebencian tersebut sekarang menjelma menjadi cinta. Anna saat ini rutin membaca Alquran dan bertugas di Dewan Eksekutif Pusat Islam. Dia bersyukur telah mengenali agama yang benar, melalui perantaraan Maidi, sang suami.
“Pernikahan ini mendekatkanku pada Islam,” katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Trump Ngotot Tak Bersalah
Trump bisa berkampanye sebagai terdakwa jika persidangan molor.
SELENGKAPNYADahulu Ateis, Kini Muslimah Berhijab
Seorang mualaf asal Denmark, Annette Bellaoui menemukan kebenaran dan kedamaian dalam Islam.
SELENGKAPNYAKisah Malaysia vs Komika Pengejek Malaysia Airlines
Malaysia meminta bantuan Interpol lacak Jocelyn Chia.
SELENGKAPNYA