Gaya Hidup
Menghapus Stigma 'Si Tangan Panas' dalam Urusan Berkebun
Kunci dari berkebun hanyalah belajar dan mencari tahu.
Banyak orang yang menganggap aktivitas berkebun hanya tepat dilakukan oleh 'si tangan dingin' alias orang yang memiliki bakat berkebun. Sementara, orang dengan tangan panas atau yang merasa kurang berbakat pun jadi enggan menjajal aktivitas yang satu ini.
Mulai sekarang berhentilah berpikir seperti ini, sebab berkebun bisa dilakukan semua orang. Mereka yang gagal biasanya belum paham, perlu belajar agar bisa berkebun dengan benar.
Pegiat home gardening, Ida Amal, mengungkapkan, tidak ada yang namanya istilah ‘tangan panas’. Dengan tegas, ia menyatakan bahwa berkebun juga tidak susah sama sekali. Hanya saja, setiap orang perlu mengubah mindset di pikirannya.
“Yang harus kita ubah adalah image, butuh nggak sih kita sama tanaman? Rasa butuh ini harus ditanamkan pada diri setiap pekebun, yang baru memulai pun juga seperti itu,” kata Ida dalam peluncuran produk terbaru Bosch Home and Garden di Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2023).
Lihat postingan ini di Instagram
Jika hati saja sudah merasa tidak membutuhkan, maka ketika menghadapi tantangan akan langsung menarik diri. Belajar berkebun bisa dimulai dengan menanam rumput, lalu mulai menanam bunga, setelah itu berkenalan dengan sayuran dan lainnya.
Selain itu, jika hati belum bisa menanamkan rasa butuh, maka bagaimana bisa menanam tanaman? Dan biasanya kebun yang dikelola tidak akan bertahan lama. “Sekarang harus diubah mindset-nya, saya mau ngebun karena membutuhkan tanamannya,” ucap Ida.
Tidak ada istilah ‘tangan panas’ atau ‘tangan dingin’, melainkan hanya saja seseorang itu belum paham caranya berkebun. Kuncinya tentu belajar, cari tahu caranya, peralatannya, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan dunia berkebun.
Berkebun di rumah, telah membuat sepetak area rumah menghasilkan banyak oksigen. Apalagi tren berkebun akan terus naik, karena berkebun di rumah juga menjadi solusi membangun mikroclimate, salah satu pencegah climate change, yang akan membuat para pekebun lebih semangat untuk berkebun.
Ditambah dengan kebahagiaan ketika panen sayuran, buah, dan lainnya, sehingga ketika ingin memasak, semua sudah tersedia di kebun. “Ini sesuatu yang sederhana, kita ngebun tidak hanya sekedar menanam, tapi kita ngebun untuk punya value,” katanya.
Ida menyebutkan bahwa berkebun dapat membuat lingkungan lebih baik, dapat mengajarkan anak-anak tentang perlunya tanaman, dapat membuat satu mikroclimate untuk perlindungan, dapat menghasilkan sayuran dan buah berlebih yang akhirnya bisa dibagikan kepada tetangga.
“Dan itu saya lakukan. Saya punya pohon rambutan kalau berbuah itu bisa terbagi satu komplek. Harus diingat juga proses ini semua bertahun-tahun, tidak mendadak. Ketidakberhasilan biasanya membuat para pekebun itu menjadi lebih sabar dan gampang bersyukur,” kata dia.
Tidak hanya memberikan value dan kebahagiaan, Ida juga menyebut bahwa berkebun ini menenangkan. Mengapa demikian? Ketika seseorang menanam suatu tanaman, pasti akan muncul harapan seperti harapan agar tanaman tumbuh subur dan berbuah banyak.
Kemudian ketika panen, pasti akan muncul rasa syukur ‘Alhamdulillah, terima kasih Tuhan’. Artinya, harapan dan syukur ini membuat seseorang berkomunikasi dengan Tuhan. “Nah di situlah. Itu sebabnya ngebun itu bisa menenangkan karena kita dekat dengan alam dan dekat dengan pencipta-Nya,” ujar Ida.
Berkebun dengan Teknologi
Persentase kepemilikan rumah di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam dua tahun terakhir hingga 84 persen. Data ini mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk Indonesia yang memiliki akses ke hunian mereka sendiri.
Selain itu, pasar bisnis untuk segmen halaman dan kebun di Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang positif, ini menunjukkan animo masyarakat untuk memelihara dan mengelola kebun pribadi terus bertambah.
Bagi masyarakat yang sudah memiliki kebun sendiri di rumah, tentunya sudah paham betul alat-alat seperti apa yang diperlukan untuk membantu memudahkan berkebun. Tetapi bagi pemula, penting untuk memahami alat seperti apa yang dibutuhkan.
“Riset dari 12 wilayah perkotaan, 73 persen masyarakat berkebun dari sebelum pandemi. Dan pengeluaran yang digunakan untuk peralatan rumah tangga ini 13 persen, melebihi pengeluaran membeli pakaian yang hanya 3,7 persen,” ucap Country Business Director Power Tools Bosch Indonesia, Riza Ferdiansyah, dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2023).
Bosch Home and Garden menghadirkan delapan alat berkebun dengan teknologi canggih, yang dirancang khusus untuk memudahkan masyarakat dalam menjalankan kegiatan berkebun dan swakriya (do-it-yourself) di rumah.
Berkebun di rumah terbukti memberikan beragam manfaat, bukan hanya secara fisik tetapi juga psikologis dan mental. Dari menyehatkan jantung, arena banyak bergerak dan berada di luar ruangan, sampai meringankan suasana hati sehingga menurunkan stres dan kecemasan, hingga bahkan membuat bahagia.
Delapan alat berkebun yang dapat digunakan untuk lebih meringankan kegiatan berkebun, adalah:
1. Rotak 32, pemotong rumput listrik yang memberikan pemotongan mudah dan hasil cepat, hingga ke tepi halaman.
2. AHM 38G, pemotong rumput dorong dengan suara minimal yang memiliki lima mata pisau baja.
3. EasyGrassCut 23, pemangkas rumput listrik yang memiliki desain ringan dan nyaman dengan motor kuat untuk hasil pangkas sempurna.
4. EasyPrune, pruner tanpa kabel yang memiliki daya potong lebih dengan teknologi power assist.
5. EasyShear, shear tanpa kabel untuk dua solusi sekaligus, pemangkas semak dan rumput.
6. UniversalHedgeCut 50, hedge cutter berkabel yang cocok untuk memangkas pagar tanaman ukuran medium.
7. PKP 18E, lem tembak berkabel untuk aktivitas swakriya.
8. PWB 600, meja kerja dengan pemasangan cepat di mana saja dan kapan saja.
Alat berkebun Bosch Home and Garden ini dirancang secara khusus untuk memenuhi berbagai kegiatan berkebun dan swakriya, dengan efektivitas dan kenyamanan yang optimal. Kedelapan produk ini dilengkapi teknologi canggih, serta fitur keamanan untuk mendukung keselamatan pemiliknya.
Pegiat Home Gardening yang kini telah berusia 50 tahun, Ida Amal, mengaku tertarik dengan EasyPrune yang cocok untuk pecinta kebun seusianya. Awalnya ia merasa ragu karena biasanya model pisau ini mudah berkarat.
“Tapi tadi saya coba, ternyata pruning jadi lebih mudah, nggak perlu keluar tenaga besar,” ucap Ida dalam kesempatan yang sama.
Ia juga tertarik dengan PWB 600, di mana ini cocok dengan mereka yang ingin berkebun di lahan terbatas, bisa menanam dengan sistem mikrogreen. Meja ini akan memudahkan pemiliknya untuk misalnya meletakkan tanaman di balkon rumah, atau di tempat yang banyak cahaya.
Siapa pun yang ingin berkebun, Ida menegaskan tidak ada kesulitan sama sekali dan ini tergantung kreativitas masing-masing. “Jadi kalau ingin berkebun, itu bisa digantung, taro di jendela, di balkon. Apalagi yang tinggal di apartemen, nah mungkin meja itu bisa dikasih lampu sebagai pengganti sinar matahari,” papar Ida.
Pengeluaran yang digunakan untuk peralatan berkebun, melebihi pengeluaran membeli pakaian.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.